Yesus Tidak Mati di Atas Kayu Salib?

3166

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Berdasarkan Hukum Musa as, kutukan Allah ada pada orang-orang yang mati di atas salib. Pernyataan ini ada di dalam Injil, Ulangan 21:23 :

“Maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga; (sebab orang yang digantung terkutuk oleh Allah;) janganlah engkau menangiskan tanah yang diberikan Tuhan, Allah-mu, kepadamu menjadi milik pusakamu.”

[Kutipan ini berasal dari versi yang sah. Karena alasan yang tidak diketahui kalimat (sebab seseorang yang digantung oleh Allah;) telah dihapus dari “Good News Bible”]

                Dalam Ulangan 13:5 tertulis :

                “Nabi atau pemimpin itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allah-mu, yang telah membawamu keluar dari tanah Mesir dan menebus engkau dari rumah perbudakan –dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan Tuhan, Allah-mu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kau hapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”

                Oleh sebab itu orang-orang Yahudi berusaha sekeras mungkin untuk membunuh Yesus di atas salib, sehingga ini akan membuktikan bahwa berdasarkan hukum mereka, ia (Yesus) dikutuk oleh Allah dan (merupakan) seseorang yang yang jahat yang menjauhkan mereka dari perintah-perintah Allah. Kebencian mereka kepada Yesus disebabkan fakta bahwa ia (Yesus) menyatakan orang-orang Yahudi telah melupakan ajaran-ajaran hakiki yang Allah sampaikan melalui nabi-nabi terdahulu dan mereka yang dipanggil “Para Guru Taurat” sebenarnya mereka adalah orang-orang munafik yang menjauhkan orang-orang dari Tuhan.

                “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadah dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.” [Matius 6:5]

                “Celakalah kamu, hai Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farsi, hai kamu orang-orang munafik karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang-orang.”  [Matius 23:13]

                Sekarang kita dapat mengetahui betapa pentingnya bagi “Para Guru Taurat” untuk dapat menyalibkan Yesus. Jika mereka dapat menggantungnya di salib maka mereka dapat menyatakan bahwa ia (Yesus) adalah penjahat dan dikutuk oleh Allah.

                Sayangnya, umat Kristiani juga percaya pada kematian terkutuk Yesus karena menurut mereka, “Tetapi dengan menjadi sebuah kutukan untuk kita, Kristus telah menebus kita dari Hukum Taurat; sebagaimana Al-Kitab sebutkan:

                “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” [Galatia 3:13]

                Tetapi mereka percaya bahwa ia kemudian bangkit dari kematian pada hari ke-3, bertemu beberapa murid dan kemudian diterima di surga.

                Al-Qur’an (kitab umat Islam) sama sekali tidak menerima ini. Al-Qur’an mengatakan bahwa orang-orang Yahudi menyatakan, “Kami telah membunuh Isa Al-Masih, Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah: “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibkannya, akan tetapi ia diserupakan kepada mereka seolah-olah telah mati di atas salib; Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini pasti ada dalam keraguan mengenainya; mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti tentang ini, melainkan mengikuti dugaan; dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin.” [QS. An-Nisa’ [4] : 158]

                Sebuah kajian yang cermat terhadap Injil harus dilaksanakan dengan teliti untuk menentukan apa yang sebenarnya terjadi.

                Pertama-tama kita lihat pada kenabian Yesus. Dalam Matius 12:39, 40 :

                “Yesus menjelaskan, “Kalian memintaku sebuah tanda? Tidak! Tanda yang hanya akan diberikan adalah tanda nabi Yunus. Sama halya bahwa nabi Yunus menghabiskan 3 hari 3 malam di dalam perut ikan besar, demikian juga anak manusia akan tinggal di dalam perut bumi 3 hari 3 malam.”

                Sama halnya dalam Lukas 11:29, 30 tercantum :

                “Mereka menghendaki untuk sebuah tanda , tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sama halnya bahwa Nabi Yunus menjadi sebuah tanda bagi orang-orang Niniwe, demikian pula anak manusia akan menjadi tanda untuk hari ini.”

                Kita harus ingat bahwa jumlah hari tidaklah penting, karena dalam Lukas jumlah hari tidak diberikan. Apa yang penting adalah bagaimana Nabi Yunus as masuk ke dalam ikan besar dalam keadaan hidup, tetap hidup di sana, dan keluar dalam keadaan hidup. Oleh sebab itu, hal ini mengikuti dari nubuatan bahwa Yesus seharusnya juga masuk ke dalam bumi (makam) dalam keadaan hidup, tetap hidup disana dan keluar dengan keadaan hidup juga. Dengan kata lain, makna nubuatan adalah bahwa orang-orang Yahudi akan gagal dalam membunuh Yesus dan akan gagal dalam rencana mereka untuk memperlihatkan bahwa ia adalah seorang musuh dan dikutuk oleh Allah.

                Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kematian di atas salib berdasarkan Hukum Musa as maknanya adalah sebuah kematian yang terkutuk. Dalam bahasa Ibrani, kutukan berhubungan kepada hati dan orang yang dipanggil terkutuk ketika hatinya menolak Allah, menjadi semakin gelap sehingga di antara ia dan Tuhannya tidak ada lagi cinta, tetapi kebencian dan permusuhan. Berdasarkan alasan inilah syeitan dikatakan terkutuk. Oleh karena itu kata ini tidak pernah bisa digunakan untuk seorang hamba Tuhan yang benar, apalagi Yesus. Kita tidak pernah bisa membayangkan bahwa hati Yesus sangat menolak Allah sehingga di antara ia dan Allah terdapat permusuhan. Apa yang bisa kita katakan adalah ketika orang-orang Kristen menemukan pernyataan yang tidak masuk akal ini, mereka tidak mengetahui kebenaran dari makna terkutuk.

Sebuah kajian Al-Qur’an dan Injil, malah menyatakan bahwa Yesus mempunyai hubungan cinta yang spesial dengan Allah. Lalu bagaimana bisa konsep penyaliban yang kotor ini diterapkan di hati Yesus? Tidak diragukan lagi ini menunjukkan bahwa Yesus harus diselamatkan dari kematian terkutuk di atas salib ini.

                Sesuai dengan pengertian tadi  kita menemukan bahwa Yesus berulang-ulang berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa supaya Dia menyelamatkannya dari kematian ini.

                “Maka ia maju sedikit,lalu bersujud dan berdoa, ‘Ya Bapak-Ku, jika hal ini mungkin, ambilah cawan penderitaan ini dariku. Bukan apa yang aku inginkan tapi atas kehendakMu.” [Matius 26:36-42], [Markus 14:33-36], [Lukas 22:41-42]

                Doa-doa ini telah dipanjatkan dalam penderitaan yang mendalam oleh Yesus. Di dalam versi Matius tercantum, “Kesulitan dan kesedihan mendatanginya dan ia berkata pada mereka, ‘Penderitaan yang di dalam hatiku sangat besar bahkan hampir menghancurkan aku.’” Ini diulang-ulang dalam versi Markus. Di dalam Lukas tertulis, “Di dalam penderitaan yang mendalam; keringatnya bagaikan tetesan darah yang jatuh ke tanah.”

                Jika kita percaya pada doktrin/pernyataan umat Kristiani bahwa penderitaan dan kematian Yesus di atas salib bertujuan untuk penyelamatan manusia, lalu mengapa Yesus sangat takut dengan kematian dan lebih memilih untuk  “Cawan Penderitaan”  dihilangkan.

                Jika Yesus percaya bahwa tujuannya untuk menebus dosa-dosa manusia melalui penderitaannya dan kematiannya maka ia seharusnya menyambut kematian tersebut, bukan meminta Tuhan untuk menghilangkannya.

Kenyataannya adalah Yesus tidak pernah takut akan kematian. Orang-orang yang berasal dari Tuhan tidak pernah merasa takut pada kematian akan tetapi mereka selalu siap untuk mempertaruhkan hidup mereka untuk Tuhan mereka. Satu hal yang dicemaskan Yesus adalah kematian di atas salibnya akan menghukumnya di mata umat Yahudi sebagai kutukan dari Allah dan ini akan menjadi sebuah rintangan bagi umat Yahudi untuk percaya padanya. Inilah alasan utama mengapa umat Yahudi tidak pecaya Yesus sebagai Al-Masih, bahkan hingga sekarang.

Benar bahwa di dalam doanya Yesus berkata, “Namun tidak sebagai keinginanku melainkan sebagai kehendakmu” yang menggambarkan bahwa hubungannya dengan Tuhan adalah sebagai hamba, yang akan menerima keputusan akhir dari Tuannya.

Doa Yesus itu memunculkan pertanyaan jika ia bagian dari Tuhan, lalu kepada siapa ia meminta pertolongan? Kepada diri sendiri?

Kita tahu bahwa Yesus percaya sekali bahwa doanya akan dikabulkan. Secara berulang-ulang ia telah menjelaskan kepada murid-muridnya bahwa Tuhan selalu mendengar doa-doa pelayan setianya.

“Jika kamu percaya bahwa kamu akan apa saja yang kamu minta di dalam doa.”[Matius 21:22]

“Tidakkah kamu tahu bahwa saya bisa mengambil Bapakku untuk membantu dan seketika itu ia akan mengirimkan Bapakku lebih dari 12 tentara malaikat.” [Matius 26:53]

“Yesus menengadah dan berkata, ‘Terima kasih Bapak, kamu telah mendengar aku. Aku tahu bahwa kamu selalu mendengarkan aku.” , [Yohanes 11:41]

Jadi jika Tuhan selalu datang untuk membantu Yesus tercintanya, apa yang akan terjadi saat ia paling membutuhkan bantuan Tuhan? Kita percaya bahwa Tuhan datang untuk membantu Yesus, andai saja jika Tuhan tidak mendengar anak tercintanya, bagaimana bisa Tuhan mendengarkan manusia yang lemah seperti kita. Di dalam Lukas 22:43 tertulis :

“Seorang malaikat muncul di hadapannya dan memberi kekuatan padanya.”

Peristiwa ini terjadi ketika Yesus sedang berdoa mengenai “Cawan Kematian” agar dihilangkan. Malaikat yang dalam masa sulit itu, datang untuk menghibur dan memberi kekuatan kepada Yesus bahwa Tuhan tidak melupakannya dan akan datang untuk membantunya. Di dalam Ibrani 5:7 juga ditulis:

“Di dalam kehidupan di dunia Yesus berdoa dan memohon dengan tangisan yang keras dan air mata kepada Tuhan yang mana hanya Dia yang dapat menyelamatkannya dari kematian. Karena ia adalah hamba dan pelayan, Tuhan mendengarnya.”

Hal ini memperjelas bahwa bantuan Tuhan benar-benar datang. Kenyataanya Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa ragu mengabulkan doa-doanya terutama ketika pelayan terpercayanya datang ke pintunya dengan perasaan tertekan. Ia datang kepada mereka dan membantu mereka dengan jalan yang unik. Bagaimana bisa itu terjadi, di mana doa Yesus yang dipanjatkan dalam keadaan yang benar-benar menderita tidak dikabulkan? Tidak! Mereka semua dikabulkan. Tuhan menyelamatkannya. Tuhan menciptakan keadaan keadan di langit dan bumi untuk menyelamatkan beliau. Jadi Tuhan berdasarkan sunnah-Nya mendengar doa-doa Yesus.

Orang-orang Yahudi terbukti salah ketika penyaliban Yesus, ketika mereka menyatakan kenapa Tuhan tidak menyelamatkannya. Sebagaimana tertulis dalam Matius 17:41-43 :

“Dengan cara yang sama kepala pendeta-pendeta dan guru-guru Taurat dan para tetua mencemooh/mengejeknya, ‘Ia menyelamatkan orang lain tapi ia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri! Bukankah ia raja Israel? Jika ia turun dari salib sekarang, kita akan percaya padanya. Ia mempercayai Tuhan dan menyatakan menjadi anak Tuhan. Baiklah mari kita lihat jika Tuhan ingin menyelamatkannya.”

Dan benar saja kita akan menyaksikan melihat Tuhan menyelamatkannya dan datang untuk menyelamatkannya, orang-orang Yahudi gagal dan Isa Al-Masih menang.

Yesus tahu bahwa ia akan diselamatkan tetapi tidak begitu tahu bagaimana ini akan terlaksana. Orang-orang Yahudi telah merancang sebuah rencana untuk menyalib Yesus, tetapi Tuhan memiliki rencana lain. Sebagimana di dalam Al-Qur’an:

“Dan para musuh Yesus berencana dan Tuhan pun berencana dan Tuhan adalah sebaik-baik pembuat rencana.” [QS. Ali Imran [3] : 55]

Sekarang mari kita lihat bagaimana rencana Tuhan bekerja. Selama sidang Yesus, istri Pilatus bermimpi. Mimpi ini disebutkan di dalam Injil bahwa mimpi ini adalah mimpi yang penting. Di dalam Matius 27:19 :

“Ketika Pilatus sedang duduk di ruang pengadilan, istrinya mengirimnya pesan, ‘Tidak ada yang perlu dilakukan dengan orang yang tidak bersalah itu.’, kerena dalam mimpi semalam,sebab karena dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.”

Ini adalah tahap awal bagi Tuhan untuk menyelamatkan Yesus. Tuhan memberitahukan Pilatus melalui istrinya bahwa Yesus tidak bersalah.Di dalam Injil ada mimpi lain yang menyebutkan untuk membantu penyelamatan orang yang tidak bersalah contohnya dalam Matius 2:13 :

“Setelah mereka meninggalkannya, seorang malaikat Tuhan muncul di dalam mimpi Yusuf dan berkata, ‘Herodus akan mencari seorang anak untuk dibunuh. Jadi bangunlah, bawalah anak dan ibunya dan menghindarlah ke Mesir dan tinggallah disana hingga aku menyuruhmu untuk pergi.”

Sekarang kita tidak bisa menyangka bahwa Yesus akan terancam di Mesir. Karena ini adalah janji Tuhan, ia akan aman disana. Sama halnya dengan mimpi Pilatus untuk menyelamatkan Yesus dan inilah apa yang Pilatus coba lakukan, untuk ini di dalam Yohanes 19:12 tertulis :

“Ketika Pilatus mendengar ini, ia berusaha untuk mencari cara untuk membebaskan Yesus.”

Pilatus begitu yakin bahwa Yesus tidak bersalah sebagaimana ia berkata :

“Apa yang akan saya lakukan dengan Yesus yang dipanggil Al-Masih? Pilatus berkata kepada mereka ‘Salib mereka!’ mereka semua menjawab. Tetapi Pilatus bertanya, ‘Kejahatan apa yang telah ia lakukan?’” [Matius 27:22, 23]

Dan sekarang mari kita lihat bagaimana rencana Tuhan bekerja di saat terakhir sebagaimana tertulis di Al-Qur’an :

“Semua musuh Yesus berencana dan Tuhan juga berencana dan Tuhan adalah sebaik-baik pembuat rencana.” [QS. Ali Imran [3] : 55]

Pertama-tama orang-orang perlu ingat bahwa salib orang-orang Yahudi tidak sama dengan tali orang yang digantung melingkari leher yang dapat membunuh dengan sekejap. Seseorang diletakkan di salib dengan tangan dan kakinya dipaku dan ditinggalkan disana hingga beberapa hari tanpa air dan roti dan jika setelah tiga hari ia masih hidup, tulangnya dipatahkan dan orang akan mati sebagai hasil dari siksaan ini. Terkadang jika diputuskan untuk memaafkan orang itu setelah sehari / dua hari penyaliban ia diturunkan dalam keadaan hidup sebelum tulang-tulangnya dipatahkan.

Dengan membaca injil dengan cermat akan menunjukkan bahwa Yesus tidak tinggal di salib selama tiga hari dan tidak pula tulang-tulangnya dipatahkan. Sebaliknya ia di penyaliban hanya beberapa jam. Pilatus yang ingin menyelamatkan Yesus dengan sengaja menunda keputusannya hingga waktu makan siang di hari Jum’at, karena mengetahui bahwa setelah gelap malam (malam jumat) hari Sabat orang-orang Yahudi dimulai dan tidak adil bagi orang-orang Yahudi untuk membiarkan orang-orang yang berada di salib.

“Para pemuka Yahudi meminta Pilatus untuk mengizinkan mereka untuk mematahkan kaki orang-orang yang telah disalib dan menurunkan tubuhnya dari penyaliban. Mereka meminta ini karena ini adalah Juma’at dan mereka tidak ingin tubuh-tubuh berada di penyaliban pada hari Sabat semenjak kedatangan Sabat yang suci.” [Yohanes 19:31]