Mengapa Gerhana? Menelusuri Makna Tanda Alam untuk Imam Mahdi

135

Allah Ta’ala adalah wujud Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui segala sesuatu yang gaib. Pengetahuan-Nya melampaui ruang dan waktu, yang kadang membuat kita terheran-heran oleh kebesaran-Nya di alam semesta ini. Sebagai contoh, Allah Ta’ala memilih fenomena gerhana matahari dan bulan sebagai tanda kedatangan Imam Mahdi di akhir zaman. Di sini, penulis tidak akan membahas pemenuhan gerhana ini di zaman kita saat ini. Namun, penulis penasaran: Mengapa harus fenomena gerhana? Mari kita bersama-sama mencari jawabannya.

Sudut Pandang Sains

Gerhana merupakan fenomena langka yang terjadi karena membutuhkan presisi luar biasa antara jarak, posisi, dan ukuran Bumi, Bulan, serta Matahari. Bahkan, itu baru sekadar gerhana, belum termasuk gerhana total, yang jauh lebih langka. Untuk menutupi seluruh Matahari yang berukuran besar dengan Bulan yang jauh lebih kecil, diperlukan presisi yang sangat sempurna. Gerhana total dapat terjadi di Bumi karena meskipun Matahari berukuran 400 kali lebih besar dari Bulan, ia juga berada pada jarak 400 kali lebih jauh. Perbandingan ini membuat kedua benda langit tersebut tampak seukuran di langit Bumi.

Ada fakta menarik yang penulis temukan. Menurut berbagai sumber, Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, sementara Bulan terbentuk sekitar 30-50 juta tahun setelahnya. Sejak pertama kali terbentuk, Bulan terus menjauh dari Bumi setiap tahun dengan laju yang bervariasi sesuai kondisi awalnya. Saat ini, jaraknya bertambah sekitar 3,8 cm per tahun. Dengan demikian, gerhana total yang sempurna hanya terjadi dalam rentang waktu tertentu sepanjang sejarah Bumi, karena di masa lalu Bulan lebih dekat dengan Bumi, sementara di masa depan posisinya akan terlalu jauh untuk menghasilkan gerhana total yang sempurna. Seolah-olah Allah Ta’ala telah mengatur fenomena gerhana total yang sempurna agar dapat terjadi tepat pada waktu kedatangan Imam Mahdi.

Hal menarik lainnya adalah bahwa dari semua planet di tata surya kita, hanya di Bumi kita dapat menyaksikan gerhana total yang sangat sempurna dan dramatis. Fenomena ini memberikan kesan bahwa gerhana bukanlah sekadar kejadian biasa. Hal itu terjadi karena gerhana total membutuhkan presisi luar biasa dalam posisi, ukuran, dan jarak antara planet, Bulan, dan Matahari, serta kondisi yang sangat mendukung untuk menciptakan pemandangan yang begitu menakjubkan.

Sudut Pandang Kepercayaan Kuno

Mari kita mundur sejenak dalam sejarah bumi. Pada periode ini, berbagai masyarakat kuno memiliki interpretasi yang beragam terhadap fenomena gerhana. Ada yang menganggapnya sebagai tanda menakutkan dari dewa-dewa di langit, sementara yang lain percaya bahwa gerhana disebabkan oleh roh jahat yang sedang mengamuk. Dalam bagian ini, penulis akan menyajikan beberapa contoh kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat kuno mengenai gerhana.

Banyak kepercayaan di Asia menggambarkan gerhana sebagai peristiwa supernatural yang dipicu oleh makhluk mitologis. Sebagai contoh, kepercayaan masyarakat Tiongkok kuno. Dokumen Tiongkok mencatat lebih dari 900 gerhana matahari sepanjang sejarah. Deskripsi awal tentang hal ini tercatat dalam Shu Ching atau Buku Dokumen Sejarah, sebuah kompilasi terkenal yang berasal lebih dari dua milenium yang lalu. Dalam catatan tersebut, dijelaskan bahwa mereka percaya bahwa gerhana matahari terjadi ketika naga langit menyerang dan melahap matahari. Untuk mengusir naga tersebut, suara keras dari drum dan kendi dibunyikan sebagai usaha untuk mengembalikan cahaya matahari.[1]

Dalam kepercayaan suku Maya, gerhana matahari dianggap sebagai peristiwa penting yang melibatkan pertarungan kosmik antara dewa-dewa, seperti dewa Matahari Kinich Ahau dan dewa Venus Chak Ek. Mereka meyakini bahwa selama gerhana, Matahari seolah “ditelan” oleh Bulan, yang menggambarkan kehancuran dan pembaruan dalam siklus kehidupan. Untuk meredakan kekacauan kosmik, masyarakat Maya melakukan ritual seperti pemotongan darah untuk menenangkan para dewa. Mereka juga sangat mahir dalam memprediksi gerhana, menunjukkan pengetahuan astronomi yang luar biasa.[2]

Dalam kepercayaan Mesopotamia, gerhana matahari dianggap sebagai pertanda buruk yang mengancam keselamatan raja. Para astronom dan imam kuno memprediksi gerhana dengan akurat dan, untuk melindungi raja, sebuah ritual penggantian raja dilakukan. Seorang “raja pengganti” dipilih, dikenakan pakaian raja, dan diperlakukan seolah-olah ia adalah raja sejati. Setelah gerhana berlalu, raja pengganti dan ratunya dikorbankan untuk mengalihkan nasib buruk yang ditujukan pada raja asli. Ritual ini bertujuan untuk melindungi struktur kekuasaan dan menjaga stabilitas kerajaan.[3]

Di Jawa, gerhana dipercaya terjadi karena Batara Kala melahap matahari atau bulan, sehingga langit menjadi gelap. Untuk mencegah dampak buruknya, sawah disirami dan pohon dipukul agar terhindar dari kerusakan. Hewan ternak dijaga agar tetap terjaga, dan masyarakat dilarang tidur selama gerhana. Wanita hamil dianggap rentan terhadap bahaya gerhana, sehingga diungsikan ke tempat aman seperti kolong tempat tidur. Ritual sego rogoh, berupa makan bersama nasi dan lauk, dilakukan. Tradisi ini masih hidup di beberapa desa hingga kini.[4]

Kesimpulannya, fenomena gerhana sering dianggap sebagai kejadian luar biasa yang membawa makna simbolis atau peringatan. Dalam berbagai budaya kuno, gerhana sering dikaitkan dengan hal-hal yang menakutkan, terlihat dari adanya ritual khusus yang dilakukan untuk menghadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa gerhana dipandang sebagai pesan dari alam, yang mencerminkan ketakutan, kepercayaan, dan upaya manusia untuk memahami fenomena kosmis yang terjadi di luar kendali mereka.

Pemersatu Perhatian Manusia

Selain dari sudut pandang kepercayaan kuno, gerhana tetap menjadi pusat perhatian di zaman modern ini. Meskipun banyak mitos yang telah ditinggalkan oleh sebagian masyarakat, fenomena ini masih memukau banyak orang, yang sejenak mengalihkan perhatian mereka ke langit. Dari berbagai rentang waktu sejarah, kita dapat menarik kesimpulan bahwa gerhana selalu memikat perhatian manusia, melintasi zaman dan budaya. Baik sebagai sumber kekaguman, ketakutan, atau rasa penasaran, fenomena ini menjadi momen langka yang memaksa manusia untuk sejenak menengok ke langit dan mengakui kebesaran alam semesta.

Oleh karena itu, fenomena gerhana ini dapat dianggap sebagai tanda universal yang digunakan untuk menandakan kedatangan seorang pemberi peringatan yang dijanjikan di akhir zaman, dengan cakupan tugas yang mencakup seluruh umat manusiaJika tanda yang digunakan tidak bersifat universal, maka ada kemungkinan sebagian kelompok akan salah mengartikan maknanya. Mengingat bahwa Imam Mahdi yang dijanjikan akan membawa syariat Nabi Muhammad SAW, yang ditujukan untuk seluruh umat manusia, maka tanda yang digunakan juga harus bersifat universal, agar tidak ada keraguan atau kesalahpahaman.

Alasan lainnya adalah Allah Ta’ala selalu memberikan tanda-tanda yang dapat dilihat di segala penjuru bumi untuk mendukung kebenaran utusan-Nya, sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur’an:

سَنُرِيهِمۡ أٰيٰتِنَا فِي ٱلۡأٰفَاقِ وَفيِ أَنفُسِهِمۡ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa itu (Alquran) benar.”

Kata “ٱلۡأٰفَاقِ” dapat berarti horison, wilayah-wilayah terjauh, atau segenap penjuru.[5] Artinya, tanda tersebut haruslah sesuatu yang dapat dilihat oleh banyak orang. Jika tanda yang digunakan hanya bisa dilihat oleh sebagian kecil orang, maka banyak manusia yang mungkin akan melewatkannya.

Alasan lainnya adalah karena gerhana atau tanda langit lainnya tidak dapat dimanipulasi oleh tangan manusia. Ini adalah tanda yang kedatangannya sudah dijanjikan oleh berbagai kitab suci. Tanda yang digunakan haruslah sesuatu yang spesial dan bebas dari campur tangan manusia. Oleh karena itu, tanda langit, khususnya gerhana, menjadi pilihan yang tepat. Tidak ada manusia yang dapat memanipulasi fenomena alam ini, dan dalam konteks ini, setiap kedatangan seorang pendakwa akan disusul oleh gerhana sebagai tanda. Selain itu, gerhana yang menjadi tanda kebenaran Imam Mahdi bukanlah sembarang gerhana, melainkan gerhana yang memiliki makna khusus.


Oleh : Ilham Sayyid Ahmad

Referensi :
[1] Tsu, W. S. “A Statistical Survey of Solar Eclipses in Chinese History,” Popular Astronomy, Vol. 42, p. 136, https://articles.adsabs.harvard.edu/full/1934PA…..42..136T/0000137.000.html.
[2] Breuer, Kimberly H. (2024, 5 April). For The Maya, Solar Eclipses Were A Sign Of Heavenly Clashes. Discover Magazine. https://www.discovermagazine.com/the-sciences/for-the-maya-solar-eclipses-were-a-sign-of-heavenly-clashes
[3] Sarah Graff, “The Solar Eclipse and the Substitute King,” The Met, August 30, 2017, https://www.metmuseum.org/perspectives/solar-eclipse-substitute-king.
[4] Iswara N. Raditya, “Ketika Orang Jawa Takut Gerhana,” tirto.id, 10 Juni 2020. https://tirto.id.
[5] Farid, M. G. (2006). Dictionary of the Holy Qur’an: With References and Explanation of the Text. Islam International Publications Limited; Al-Ashfahani, A. (2017). Al-Mufradat fi Gharibil Quran. Dar Ibnul Jauzi.