Melanjutkan dari tulisan sebelumnya.
https://rajapena.org/al-quran-membantah-nabi-isa-diserupakan-disalib/
“Tapi kan jelas di Al-Qur’an membantah bahwa Nabi Isa (as) disalib, artinya bukan Nabi Isa (as) dong yang disalib??”. Pertanyaan ini bisa muncul jika kita memiliki pemahaman dari kata kerja “disalib” sebagai “menggantung seseorang di kayu salib”. Untuk mengetahui pemahaman yang sebenarnya, perlu mempelajari bahasa arab.
Kalau kita buka Al Qu’ran, kata salaba juga terdapat pada:
- Al-Ma’idah Ayat 33: Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib.[1]
- Al-A’raf Ayat 124: Pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang (tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya) kemudian sungguh akan aku salib kamu semua.
Kira-kira apa persamaan kata salib pada dua ayat yang saya sebutkan di atas dengan ayat yang kita bahas, yakni:
- An-Nisa : 157. Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi..
Kemudian kalau kita membuka kamus bahasa arab, Menurut Kamus Lane’s Lexicon, kata “صَلَبَ” (salaba) dalam bahasa Arab, salah satu artinya adalah membunuh seseorang dengan cara yang khusus atau cara yang populer pada zamannya.
Pic source: https://www.quransmessage.com/images/slb.ht1.gif
Berdasarkan definisi diatas, apakah para pembaca bisa menjawab persamaan dari tiga ayat yang dibahas? Ya, persamaannya adalah konteks salib pada ketiga ayat tersebut sama-sama membahas mengenai hukuman mati untuk seseorang karena kejahatan atau kesalahannya. Kesimpulannya, seseorang bisa dikatakan disalib ketika dia dihukum mati karena suatu kesalahan dan sang pelaku kejahatan tersebut menjadi mati karena hukuman tersebut. Coba kita pelajari kembali Al-Ma’idah Ayat 33:.
“Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib..”.
Tentu maksud kata disalib disini adalah dihukum sampai mati, bukan semata-mata hanya digantung di kayu salib, sesuai yang tertera pada HR. Ath-Thabari dalam Tafsirnya: 11854 yakni:
“Anas menuturkan: “Rasulullah menanyai Jibril mengenai hukuman terhadap orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya.?” Jibril menjawab: “Apabila ia mencuri dan melakukan ancaman teror, maka potong tangannya dan kakinya secara bersilang karena pencurian yang ia lakukan. Apabila ia hanya membunuh, maka ia harus dibunuh. Apabila ia membunuh, melakukan teror dan melakukan pemerkosaan, maka ia harus disalib.”[2]. Disalib menjadi hukuman mati bagi seseorang yang telah membunuh, melakukan teror dan melakukan pemerkosaan.”
Kemudian pada ayat Al-A’raf Ayat 124:
“Pasti akan aku potong tangan dan kakimu dengan bersilang (tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya) kemudian sungguh akan aku salib kamu semua.”
Konteks ayat ini adalah hukuman dari Firaun untuk yang berani melawannya. Tentu maksud kata disalib disini adalah dihukum sampai mati, bukan semata-mata hanya hanya digantung di kayu salib.
Kesimpulannya, sesuai arti dari kamus Lane’s Lexicon dan tiga ayat diatas, disalib adalah hukuman mati dengan cara yang populer pada zamannya. Di zaman Nabi Isa (as), digantung di kayu salib sampai mati adalah hukuman mati yang biasa diterapkan [3]. Jika seseorang digantung di tiang salib, namun ketika diturunkan dari salib masih dalam keadaan hidup, apakah dia dikatakan disalib? Tentu tidak, karena dia lolos dari kematian.
Artinya, pernyataan “padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya” pada An-Nisa 157 memiliki makna bahwasanya tentara Romawi gagal membunuh Nabi Isa (as) diatas kayu salib. Pertanyaannya, apakah Nabi Isa (as) tetap mengalami proses penyaliban? Menurut teori subtitusi, Nabi Isa (as) tidak mengalami proses penyaliban, melainkan orang lain. Namun teori ini diragukan kebenarannya karena tidak sesuai dengan ayat Al Qur’an [4]. Teori yang lebih kuat tingkat kebenarannya adalah teori pingsan. Teori pingsan menyatakan bahwa Nabi Isa (as) tetap mengalami proses penyaliban di kayu salib, hanya saja ketika diturunkan dari salib, beliau dalam keadaan pingsan, bukan meninggal.
Lantas bagaimana dengan An-Nisa ayat 158, yang sebagian ayatnya menyebutkan “Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya..” atau Ali Imran ayat 55 yang sebagian ayatnya menyebutkan “Ingatlah, ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkat kamu kepada-Ku…” Prof M Quraish Shihab, pakar ilmu tafsir asal Indonesia, sudah menjelaskan bahwa kata angkat itu tidak bisa dipahami secara harfiah menjadi Nabi Isa (as) diangkat ke langit[5,6]. Selain itu, kata “langit” atau “surga” juga tidak disebutkan di kedua ayat ini. Allah hanya menyebutkan kepada-Ku atau kepada-Nya, dan ini tidak bisa definisikan di mana tempatnya karena tidak ada satupun tempat kediaman yang bisa kita gambarkan sebagai Tempatnya Tuhan [7]. Jadi tidak bisa dipakai sebagai bukti untuk mendukung kebenaran teori substitusi.
Jadi kesimpulannya, Nabi Isa (as) tetap digantung di kayu salib, namun gagal disalib karena beliau hanya pingsan ketika diturunkan. Untuk memperkuat keyakinan pembaca bahwa salib pada Al Quran itu konteksnya adalah hukuman mati, akan saya sampaikan surat Yusuf ayat 41[8]:
Wahai dua penghuni penjara, salah seorang di antara kamu akan bertugas menyediakan minuman khamar bagi tuannya, sedangkan yang lain akan disalib. Lalu, burung akan memakan sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu berdua tanyakan (kepadaku).”
Dan tafsirnya adalah:
Setelah Nabi Yusuf terlebih dahulu menyampaikan risalah Allah tentang ketuhanan, ayat berikutnya menjelaskan tentang takwil mimpi kedua pemuda itu sebagaimana dijelaskan pada ayat 36. Hal ini dilakukan agar ajaran tauhid mudah diterima oleh mereka. Wahai kedua penghuni penjara, dengarkanlah takwil mimpi kamu,”Adapun salah seorang di antara kamu yang bermimpi memeras anggur, maka dalam waktu dekat akan dibebaskan dari penjara dan akan bertugas kembali menyediakan minuman khamar bagi tuannya. Adapun yang seorang lagi yang bermimpi membawa roti di atas kepalanya, dia akan dijatuhi hukuman mati dengan cara disalib, lalu burung hinggap dan memakan sebagian daging kepalanya. Dengan demikian telah terjawab perkara yang kamu tanyakan kepadaku perihal takwil mimpi kamu.”
Oleh : Fariz Abdussalam
Referensi :
[1] https://quran.nu.or.id/al-maidah/33
[2] https://news24.co.id/read/news/10211/Tulisan-Salib-Hanya-Disebutkan-Dua-Kali-Dalam-Al-Quran
[3] https://www.livescience.com/65283-crucifixion-history.html
[4] https://rajapena.org/al-quran-membantah-nabi-isa-diserupakan-disalib/
[7] Makmuri, M., Junaedi, D. and Maimun, M., 2016. Penafsiran Mirza Bashiruddin Tentang Ayat-Ayat Penyaliban, Kewafatan Dan Kebangkitan Nabi Isa as.(Kajian Tematik Dalam Tafsir Shaghir). Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis, 4(02).