Dalam era modern yang penuh dengan dinamika dan tekanan, manusia sering kali terjebak dalam rutinitas yang melelahkan. Tuntutan pekerjaan, studi, kehidupan sosial, dan tanggung jawab lainnya dapat memunculkan stres, kegelisahan, bahkan kekosongan jiwa. Dalam kondisi demikian, Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin memberikan solusi spiritual yang menenangkan yaitu zikir. Zikir bukan sekadar repetisi kata-kata, melainkan bentuk komunikasi hati dengan Allah Swt. yang mampu menghadirkan ketenangan dan kekuatan batin.
Zikir secara bahasa berarti “ingat”. Dalam konteks Islam, zikir berarti mengingat Allah Swt. dengan hati, lisan, dan perbuatan. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
فَاذۡکُرُوۡنِیۡۤ اَذۡکُرۡکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لِیۡ وَ لَا تَکۡفُرُوۡنِ
“Maka ingatlah Aku, Aku pun akan ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah tidak bersyukur kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Ketika manusia mengingat Allah dengan cinta dan ketaatan, Allah pun membalas dengan mendekatkan diri-Nya, mencurahkan rahmat, dan memberikan ketenangan serta kekuatan untuk menghadapi tekanan hidup. Dengan demikian, dzikir menjadi sarana spiritual yang tidak hanya menenangkan hati, tetapi juga mengundang pertolongan dan kasih sayang dari Allah Swt.
اَلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ تَطۡمَئِنُّ قُلُوۡبُہُمۡ بِذِکۡرِ اللّٰہِ ؕ اَلَا بِذِکۡرِ اللّٰہِ تَطۡمَئِنُّ الۡقُلُوۡبُ
“Yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ketahuilah! Hanya dengan mengingat Allah, hati akan memperoleh ketenteraman.” (QS. Ar-Ra’d: 29)
Ayat ini menjelaskan bahwa zikir adalah kunci ketenteraman hati. Mencari Tuhan adalah hasrat terdalam jiwa manusia dan tujuan hakiki hidupnya. Saat tujuan itu tercapai, hati pun mencapai ketenangan sempurna karena merasa berada dalam pengakuan Tuhan. Lalu dalam riwayat hadits, Rasulullah Saw. bersabda:
مَثَلُ الّذِيْ يَذكُرُ رَبَّهُ وَالّذِيْ لَا يَذكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir, seperti orang yang hidup dan orang yang mati.” (HR. Bukhari)
Hadits ini menggambarkan bahwa dzikir adalah sumber kehidupan spiritual. Orang yang berdzikir kepada Allah diibaratkan seperti orang yang hidup karena hatinya senantiasa terhubung dengan Sang Pencipta. Sebaliknya, orang yang lalai dari dzikir digambarkan seperti orang mati karena hatinya kering, jauh dari cahaya iman dan ketenangan batin. Artinya, dzikir menghidupkan jiwa dan menjaga kesadaran ruhani seorang hamba.
Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra. dalam bukunya Dzikir Ilahi menyatakan bahwa “dzikir adalah jalan untuk meraih keridhaan Allah yang paling agung.” Pernyataan ini menegaskan bahwa dzikir bukan sekadar ibadah lisan, melainkan sarana utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kasih sayang-Nya. Zikir menjadi indikator hidupnya hati seorang Muslim, karena hati yang senantiasa terhubung dengan Allah akan dipenuhi ketenangan dan kekuatan, sehingga lebih mampu menghadapi berbagai cobaan duniawi dengan lapang dada dan keteguhan iman.
Zikir dalam Islam berarti mengingat Allah dengan hati, lisan, dan perbuatan. Ia merupakan sumber ketenangan dan kehidupan spiritual, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Zikir mendekatkan manusia kepada Allah, mengundang rahmat-Nya, serta memperkuat jiwa dalam menghadapi tekanan hidup. Karena itu, zikir menjadi tanda hidupnya hati dan sarana meraih keridhaan Allah.
Manusia modern sering kali terjebak dalam hiruk-pikuk rutinitas harian yang membuatnya lupa untuk menyapa Sang Pencipta. Ironisnya, di tengah kemajuan teknologi dan informasi, keresahan justru semakin meningkat. Burnout, anxiety, dan gangguan kesehatan mental lainnya menjadi fenomena umum. Dalam hal ini, zikir dapat menjadi solusi yang menyeimbangkan dimensi spiritual dengan kehidupan duniawi.
Zikir tidak harus dilakukan dalam waktu dan tempat tertentu saja. Ia fleksibel dan dapat disisipkan dalam aktivitas sehari-hari. Saat berjalan menuju kampus atau kantor, saat menunggu antrean, bahkan saat mengerjakan tugas, seorang Muslim bisa melafalkan kalimat-kalimat zikir seperti:
- Tasbih: Subhanallah (Mahasuci Allah)
- Tahmid: Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)
- Tahlil: Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah)
- Takbir: Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
- Istighfar: Astaghfirullah (Aku memohon ampun kepada Allah)
Kebiasaan ini, meskipun tampak sederhana, memiliki dampak luar biasa terhadap ketenangan jiwa dan peningkatan kualitas spiritual. Bahkan, kebiasaan berdzikir juga membentuk karakter yang lebih sabar, ikhlas, dan tawakal dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Cinta kepada Allah akan tumbuh dan berkembang seiring dengan kedekatan dan kebiasaan mengingat-Nya secara terus-menerus. Seperti halnya seseorang bisa mencintai tempat tinggalnya karena terbiasa berada di sana, maka hati pun akan mencintai Allah jika ia rajin berdzikir dan menyebut nama-Nya pagi, petang, bahkan setiap saat. Dengan demikian, dzikir adalah jalan untuk menumbuhkan cinta sejati kepada Tuhan secara perlahan namun mendalam.
Dalam lingkungan kerja atau studi yang penuh tekanan, dzikir menjadi perisai yang menjaga kestabilan emosi dan pikiran. Alih-alih melampiaskan stres dengan hal-hal negatif, zikir mengarahkan jiwa untuk berserah dan berlindung kepada Allah, sumber segala ketenangan.
Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam karyanya Al-Wabil ash-Shayyib menyebutkan bahwa zikir memiliki lebih dari seratus manfaat, di antaranya: mendatangkan rezeki, menjauhkan dari setan, menenangkan hati, dan memperkuat jiwa. Ia menyatakan bahwa zikir adalah cahaya bagi hati, makanan bagi ruh, dan penangkal kesedihan.
Hadhrat Khalifatul Masih II ra. menekankan pentingnya dzikir sebagai sumber kehidupan spiritual dengan menyatakan bahwa dzikir merupakan penopang utama kehidupan ruhani seorang hamba. Beliau juga menambahkan bahwa dzikir adalah amalan paling mulia dan paling dicintai Allah, lebih baik daripada harta, kekuasaan, bahkan jihad, karena dzikir menghubungkan jiwa manusia secara langsung dengan Sang Pencipta.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan bahwa zikir adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menghidupkan hati yang lalai. Menurutnya, hati yang terus-menerus berdzikir akan lebih peka terhadap kebenaran dan lebih kuat dalam menghadapi ujian.
Banyak penelitian modern yang menunjukkan manfaat meditasi dan mindfulness dalam mengurangi stres. Zikir dalam Islam, selain menjadi bentuk ibadah, juga memiliki fungsi yang serupa sebagai bentuk mindfulness Islami. Ketika seseorang mengucapkan zikir dengan khusyuk dan penuh penghayatan, ia melatih fokus, kehadiran batin, dan kedamaian hati.
Dalam kondisi stres atau tekanan, meluangkan waktu beberapa menit untuk duduk tenang sambil berdzikir, mengatur napas, dan mengingat Allah, dapat menjadi terapi yang menenangkan. Aktivitas ini menyelaraskan antara pikiran, hati, dan tubuh. Bahkan, zikir seperti istighfar (memohon ampun) juga dapat menjadi sarana untuk membersihkan hati dari rasa bersalah atau tekanan batin.
Agar zikir benar-benar menjadi penawar di tengah tuntutan hidup, ia perlu dibiasakan dan dimaknai. Berikut beberapa tips agar zikir menjadi rutinitas yang bermakna:
- Tentukan waktu khusus, misalnya setelah shalat, sebelum tidur, atau saat bangun tidur.
- Gunakan teknologi seperti memanfaatkan aplikasi pengingat zikir atau alarm harian.
- Kombinasikan dengan aktivitas lain seperti saat berjalan, berkendara, atau menunggu, gunakan waktu itu untuk berdzikir.
- Zikir akan lebih bermakna jika kita memahami arti dan tujuan dari kalimat-kalimat tersebut.
- Lakukan dengan hati, jangan sekadar mengucap, tetapi hadirkan hati dalam setiap lantunan zikir.
Dalam dunia yang terus berlari, manusia butuh tempat untuk bernaung dan menenangkan diri. Zikir hadir sebagai penawar yang menyejukkan jiwa dan memperkuat batin. Ia bukan sekadar ritual, melainkan jalan menuju ketenangan hakiki. Seperti yang dijanjikan Allah dalam Al-Qur’an:
وَ اذۡکُرۡ رَّبَّکَ فِیۡ نَفۡسِکَ تَضَرُّعًا وَّ خِیۡفَۃً وَّ دُوۡنَ الۡجَہۡرِ مِنَ الۡقَوۡلِ بِالۡغُدُوِّ وَ الۡاٰصَالِ وَ لَا تَکُنۡ مِّنَ الۡغٰفِلِیۡنَ
” Dan ingatlah Tuhan engkau di dalam hati engkau dengan merendahkan diri, rasa takut, dan tanpa suara keras pada waktu pagi dan petang; dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raf: 206)
Ayat ini menekankan pentingnya dzikir yang dilakukan dengan penuh kerendahan hati, rasa takut kepada Allah, dan kekhusyukan tanpa perlu suara keras. Waktu pagi dan petang disebutkan sebagai momen istimewa untuk berdzikir, menandakan kontinuitasnya dalam keseharian. Ayat ini juga mengingatkan agar kita tidak termasuk golongan yang lalai dari mengingat Allah. Maka, jadikanlah zikir sebagai sahabat setia di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Dengan zikir, kita tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang lebih sabar, kuat, dan dekat dengan Allah Swt. Di tengah tekanan dan tantangan hidup yang semakin kompleks, zikir adalah penyejuk hati yang menghidupkan hati dan membimbing kita menuju ketenteraman yang sejati.
Oleh : Muharim Awaludin
Daftar Pustaka
- Al-Qur’anul Karim.
- Al-Ghazali. Ihya’ ‘Ulumuddin. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tanpa tahun.
- Bukhari, Imam. Shahih al-Bukhari.
- Ibn Qayyim al-Jauziyah. Al-Wabil ash-Shayyib. Riyadh: Dar Alam al-Fawaid, 2005.
- Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Dzikir Ilahi. Jakarta: Neratja Press, Edisi Revisi 2013.
