Pakaianmu adalah Bentuk Penghormatanmu

2625

Berbicara tentang pakaian, tentu pikiran kita akan langsung tertuju kepada baju dan celana. Memang benar, pakaian adalah salah satu kebutuhan primer yang selalu melekat dalam kehidupan kita. Pakaian yang kita gunakan saat ini merupakan hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebelum era peradaban modern, manusia pada zaman dahulu memanfaatkan kulit kayu dan hewan sebagai pakaian mereka. Setelah berakhirnya peradaban primitif, maka timbul evolusi dalam pemikiran manusia, lalu dikembangkanlah teknologi mesin pemintal kapas yang menghasilkan benang, kemudian ditenun dan menjadi bahan pakaian yang saat ini kita gunakan.

Berbicara tentang fungsinya, sudah tentu pakaian berfungsi sebagai pelindung dari panas dan dingin. Semakin lama, fungsi pakaian beralih untuk memberikan kenyamanan dan menyesuaikan kebutuhan dengan pemakainya. Oleh karena itu, saat ini kita mengenal yang namanya pakaian sekolah, pakaian kerja, pakaian renang, bahkan sampai pakaian untuk tidur. Selain itu, jenis dan model pakaian saat ini menjadi sorotan seluruh masyarakat. Mulai dari pakaian super mini, super ketat, bahkan sampai yang berlubang sekalipun. Dan yang mengherankan, banyak dari antara mereka yang ikut serta dalam trend tersebut.

Tetapi kita tidak dapat menolak hal itu, karena setiap saat model pakaian akan terus-menerus berubah. Lalu apa hubungannya antara pakaian dengan bentuk penghormatan? Untuk itu, kali ini saya akan sedikit menjabarkan pemikiran saya tentang hal ini.

Mungkin sebagian kita menganggap bahwa hal ini tidak begitu penting. Tetapi hal ini menyangkut kepada cara kita memberikan penghormatan kepada Allah Ta’ala, terlebih khusus dalam hal berpakaian ketika mendirikan shalat. Sebagaimana yang kita ketahui, shalat adalah suatu yang sakral, sehingga diperlukan perhatian yang khusus agar shalat kita dipandang layak di mata Allah Ta’ala. Selain faktor rohani, hendaknya diperhatikan pula terhadap faktor jasmani kita.

            Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 31, yang berbunyi:

“Hai anak cucu Adam, pakailah perhiasan kalian pada setiap masjid. . .”

Dalam ayat ini, terdapat kata “perhiasan” yang berarti pakaian. Dan pada kalimat selanjutnya, yakni “pada setiap masjid” yang berarti pada waktu kita hendak mendirikan ibadah. Dari sini pun kita sudah dapat menangkap maksud dari ayat ini, yang mengisyarahkan kepada kita sebagai orang-orang mukmin. Bahwa ketika hendak mendatangi masjid untuk shalat, kita diwajibkan untuk mengenakan pakaian terbaik kita. Sudah tentu pakaian itu harus bersih, terhindar dari kotoran, rapi, dan pastinya harus sopan.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin sering menjumpai orang-orang yang mendirikan shalat dengan mengenakan berbagai macam pakaian. Ada yang mengenakan kemeja, baju koko, gamis, kaos berkerah, kaos oblong, bahkan sampai baju olahraga. Mereka yang mengenakan pakaian-pakaian tersebut beranggapan bahwa apa yang mereka kenakan telah sesuai menurut hukum Islam tentang tata cara berpakaian dalam shalat.

Tetapi masalahnya, hal ini tidak menyangkut kepada tata cara berpakaian, tetapi kepada kesopanan pakaian yang sedang dikenakan. Saya pun yakin bahwa diantara kita telah paham tentang batasan-batasan aurat yang harus ditutup ketika shalat. Tetapi, masih ada saja diantara kita kita kurang memperhatikan penampilan mereka.

Mari kita pikirkan secara mendalam. Apabila kita hendak bertemu dengan orang penting, atau orang yang memiliki kedudukan terhormat, apa yang kita akan kita lakukan? Tentu kita akan memperhatikan penampilan kita nantinya. Kita akan mempersiapkan pakaian terbaik kita, yang akan memberi kesan baik kepada orang penting tadi.

Lalu, apabila kita hendak bertemu dengan Allah Ta’ala, yang mana Dia adalah zat yang memiliki kedudukan yang begitu tinggi melebihi orang penting tadi, maka apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan berpakaian biasa-biasa saja? Apakah kita masih akan menganggap ini hal yang sepele?

Inilah hal yang masih kurang diperhatikan oleh orang-orang saat ini, yakni kurangnya bentuk penghormatan mereka kepada Allah Ta’ala melalui pakaian. Orang-orang hanya memperhatikan kebersihannya dan mengabaikan kepantasan pakaian tersebut. Janganlah kita beranggapan bahwa pakaian yang kita gunakan sehari-hari –seperti kaos oblong dan lain sebagainya, layak untuk dijadikan pakaian dalam shalat, sekalipun pakaian itu bersih dan rapi.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, semua pakaian dibuat menurut fungsi dan kegunaannya. Dan tidak semua pakaian memiliki fungsi yang beragam. Antara kaos oblong dan kemeja, kita tahu kedua jenis pakaian ini adalah pakaian yang sering kita kenakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan kita pun sudah tahu, pakaian mana yang lebih cocok dikenakan ketika shalat.

            Berkenaan dengan hal ini, Rasulullahsaw bersabda:

“Sungguh berhias untuk Allah adalah lebih layak daripada untuk yang lain.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath, 7/127)

Dari hadits ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa hendaknya kita memperindah diri kita sebelum menghadap Allah Ta’ala. Karena pada dasarnya, Allah Ta’ala adalah zat Yang Maha Indah dan mencintai keindahan. Terlebih lagi kita sebagai umat Muslim, kita dianjurkan mengenakan penutup kepala atau peci ketika shalat. Selain sebagai ciri khas orang Muslim, peci juga bertujuan untuk membuat diri kita tampak lebih indah di hadapan Allah Ta’ala.

Singkatnya, pakaian yang kita kenakan sehari-hari tidak semuanya layak digunakan ketika shalat, sekalipun pakaian itu bersih. Oleh karena itu, hendaknya kita lebih memperhatikan hal ini. Tentu sangat ironis ketika melihat orang-orang mengenakan pakaian yang rapi ketika bertemu dengan orang penting, tetapi ketika bertemu Allah Ta’ala, mereka mengenakan pakaian seadanya. “Yang penting shalat”, mungkin itu yang terbesit dalam benak mereka. Kecuali jika kita dihadapkan kepada keadaan yang tidak memungkinkan kita untuk itu, maka kita dapat mengenakan pakaian yang sewajarnya untuk shalat, selama pakaian itu bersih dan menutupi aurat kita.

Semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan kepada kita, bagaimana cara kita berpenampilan di hadapan Allah Ta’ala. Dan semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah kepada kita agar kita dapat menjadi mukmin yang hakiki. Aamiin.


Kontributor : Sandi Ahmad Razi