Perbanyaklah Doa Dalam Sujud

1761

Sujud adalah penzahiran penghormatan sempurna, merendahkan diri sepenuhnya dan kefanaan yang merupakan tujuan dari ibadah.

Ketika berada dalam sikap sujud, kesadaran mengenai keagungan Tuhan di satu pihak dan kesadaran mengenai kelemahannya sendiri di pihak lain pun  membuat jiwanya merasa amat rendah. Serta ia benar-benar menghilangkan jiwanya sendiri  dan melenyapkan wujudnya sendiri di dalam-Nya.

Di dalam sujud juga terdapat banyak kesempatan untuk terkabulnya do’a. Karena sujud merupakan maqam/tempat yang paling dekat dengan Allah Ta’ala dan keadaan yang paling tepat untuk berdo’a. Sebagaimana tertera dalam sabda Rasulullah saw :

اَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَّبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ

Keadaan yang paling dekat antara hamba dan Tuhan-nya adalah ketika dia sedang bersujud(Muslim Kitabush Shalah Bab Ma Yuqalu fir Ruku’)

Orang-orang Muslim pun melewatkan malam dengan bertasbih dan berdoa serta  merendahkan diri terhadap Allah Taala.

 “Dan orang-orang yang mempergunakan malam untuk bersujud dan berdiri di hadapan Tuhan mereka” – Al-Furqaan, 65

Suatu kali ada pertanyaan mengenai membaca doa-doa Qur’ani dalam ruku’ dan sujud, Maulwi Abdul Qadir ad-Dahlawi bertanya, “Apa hukumnya membaca ayat atau doa-doa dari Kitab Suci Al-Qur’an dalam keadaan ruku’ dan sujud?” Hazrat Masih Mau’ud as bersabda, “Keadaan sujud dan ruku’ ialah keadaan perendahan diri dan kerendahan hati.

Kalam Allah Ta’ala menuntut keagungan. Selain itu, tidak terbukti dari Hadits-Hadits bahwa Nabi Muhammad saw membaca doa-doa dari Kitab Suci Al-Qur’an dalam keadaan ruku’ dan sujud.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنِّى نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِى الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

“Sesungguhnya aku dilarang untuk membaca al-Qur’ân dalam keadaan ruku’ atau sujud. Adapun ruku’ maka agungkanlah Rabb ku , sedangkan sujud, maka berusahalah bersungguh-sungguh dalam doa, sehingga sangat layak dikabulkan untukmu.” [HR. Muslim no. 479]

Juga disampaikan oleh ‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu tentang larangan tersebut dalam perkataan beliau Radhiyallahu anhu :

نَهَانِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ أَقْرَأَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا

“Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangku untuk membaca (ayat al-Qur’an) ketika ruku’ dan sujud” [HR. Muslim no. 480]

Hazrat Shahibzadah Mirza Basyir Ahmad berkata tentang bahasan ini, “Miyan Khairuddin Sekhwani mengabarkan kepada saya melalui surat bahwa Hazrat Masih Mau’ud as suatu kali bersabda, ‘Banyak-banyaklah berdoa dalam shalat.’ Beliau as juga bersabda, ‘Seseorang harus berdoa dalam bahasanya sendiri.

Namun, ia harus melafalkan doa-doa ma-tsuraat (yang diriwayatkan) yang pasti dari Nabi Muhammad saw sebagaimana apa adanya. Misalnya, ia melafalkan “ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ” dalam ruku, dan ” سُبْحَانَ  رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ “ dalam sujud lalu setelah mengucapkan itu tak masalah bila berdoa dalam bahasa sendiri. Hendaknya seseorang tidak melafakan doa-doa Qur’ani dalam ruku’ dan sujud. Sebab, Al-Qur’anul Karim ialah kalam Allah nan suci dan agung serta luhur, sementara itu, keadaan ruku’ dan sujud ialah keadaan perendahan diri. Maka dari itu, ia harus menghormati kalam Allah Ta’ala.”


Oleh: Achmad Arif Setyawan

Sumber: Khutbah Jumat, 27 Januari 2017 di Masjid Baitul Futuh, London, UK

Sumber Gambar: ctvnews.ca