Roti Tuhan untuk Murid Imam Mahdi

3089

Bagaimana ya, rasanya diberi roti oleh Tuhan sendiri? Dalam suatu mimpi yang dialami Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. diriwayatkan ada seorang malaikat yang memberikan roti untuk beliau dan para Darwis  (pengikut) yang menyertai beliau. Kita akan membahas mimpi tersebut dan makna apa yang terdapat pada mimpi itu, juga roti seperti apa yang diberikan Tuhan kepada beliau dan para pengikut beliau.

Referensi utama pembahasan kita adalah buku Nuzulul Masih halaman 206-207, Ruhani Khaza’in jilid 8 halaman 584-585. Pembahasan ini dimuat dalam Tazkirah edisi bahasa Indonesia cetakan pertama tahun 2014 halaman 16-17. Mimpi Hazrat Masih Mau’ud as ini terjadi sekitar tahun 1874. Pada mimpi itu beliau melihat malaikat dalam rupa seorang pemuda yang duduk di atas suatu tempat yang tinggi. Di tangannya, ada sepotong roti yang bercahaya (roti yang sangat besar, seukuran sekitar empat potong roti {Haqiqatul Wahi, hal.277}). Malaikat itu memberikan roti tersebut kepada Hazrat Masih Mau’ud as seraya berkata:

“Yeh tere lie aor tere sath ke darwesyong ke lie he”

“Ini untuk kamu dan para Darwis yang menyertaimu”

Uniknya adalah mimpi ini terjadi sebelum beliau dikenal orang dan belum mendakwakan diri baik sebagai Mujadid, Imam Mahdi atau Al-Masih yang dijanjikan. Saat itu beliau tidak memiliki darwis atau pengikut yang menyertai beliau sama sekali. Namun Tuhan telah memberikan kabar suka yakni kelak beliau akan memiliki banyak pengikut.

Kata yang digunakan pada wahyu tersebut adalah Darwesyong yang mengisyarahkan jumlah yang jamak, jadi pengikut beliau pasti menjadi banyak. Hal ini sangat terbukti dan tidak mungkin dapat dibantah karena fakta yang berbicara kalau anggota Ahmadiyah sudah mencapai lebih dari 200 juta jiwa yang tersebar 212 negara didunia pada tahun ini.

Mengenai kata Darweys sebagai kata benda dalam bahasa Urdu bisa berarti pengemis, fakir dan pengemis agamawi (religious mendicant) (lihat Oxford Urdu-English Dictionary terbitan Oxford University Press karya S.M. Salimudin dan Sahil Anjam). Dari terjemahan kata ini jelas ada beberapa aspek supaya bisa masuk kategori darwesy yakni hidup sederhana dan tidak duniawi kemudian berupaya menjadi seseorang yang meminta/menuntut (ilmu dan manfaat) agama. Jelas ini mengisyarahkan kepada pengikut beliau yang mukhlis dan soleh meski tidak memiliki harta duniawi yang banyak.

Lebih lanjut beliau menulis:

“Kini aku memiliki Jemaat yang besar dan secara sukarela memilih mendahulukan keimanan mereka diatas dunia dan karena itu mereka merendahkan kedudukannya sebagai darwis, dengan meninggalkan rumah, berpisah dengan keluarga dan kerabat serta memilih berdekatan denganku” (Nuzulul Masih halaman 206-207).

Bila kita perhatikan kata-kata yang beliau gunakan maka tampak jelas bagaimana kategori darwesy menurut beliau sendiri. Maka darwesy adalah yang mengutamakan keimanan atau agama di atas dunia. Mereka merendahkan hati dan sederhana. Mereka bahkan rela mengutamakan beliau dari sanak keluarganya sendiri serta rela memilih hidup dekat dengan beliau (tinggal di Qadian saat itu). Bila kita mengamalkannya maka kita memiliki kesempatan untuk memperoleh roti yang Tuhan berikan kepada beliau.

Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan roti disini ?

Hazrat Masih Mau’ud as menyampaikan:

“Aku mentakwilkan roti itu, Tuhan sendiri akan mencukupkan untuk kehidupanku dan pengikutku dan kami tidak akan menjadi cemas karena kekurangan rezeki. Ini sudah menjadi kenyataan sejak beberapa tahun yang lalu” (Nuzulul Masih halaman 206-207)

Dari pernyataan beliau maka jelaslah yang dimaksud roti disini adalah rezeki untuk memenuhi segala keperluan hidup. Tuhan sendirilah yang akan mencukupkannya bagi beliau dan umat beliau. Sehingga kita tidak akan cemas kekurangan rezeki. Kebutuhan duniawi dan jasmani anggota akan semakin tercukupi seiring sikapnya mengutamakan agama diatas dunia sebagaimana di isyarahkan oleh beliau as sendiri. Jadi janganlah khawatir dan cemas akan kekurangan rezeki karena Tuhan yang akan menyediakannya.

Kita hanya perlu menjadi sosok pengikut yang benar menurut kriteria yang disampaikan oleh beliau dalam tulisan beliau diatas sembari tetap berupaya sungguh-sungguh dalam bekerja dan bertawakal kepada-Nya. Inilah roti Tuhan yang bercahaya untuk anggota Ahmadiyah yang senantiasa menyertai dan mendukung misi Hazrat Mirza Gulam Ahmad as sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan.


Oleh: Ammar Ahmad

Sumber Gambar: unsplash.com