Ajaran Islam Tentang Perdamaian Antar Umat Beragama

3039

Dalam Al-Quran secara gamblang dikemukakan bahwa bukan hanya muslim saja yang diperintahkan bersiteguah dalam keimanan dan mengingatkan serta berlaku adil terhadap pengikut agama lain. Banyak lagi umat lainnya yang melakukan hal yang sama ini.

Sikap inilah yang sepatutnya dianut oleh semua pengikut agama-agama di dunia dalam rangka memperbaiki hubungan antar agama. Kedamaian agama tidak mungkin akan dicapai tanpa memanfaatkan asas kelembutan hati, berfikir lapang dan bersikap penuh pengertian terhadap pengikut agama lain.

Sejak zaman purba sudak banyak para filosof yang memimpikan persatuan umat manusia dalam satu ikatan keluarga besar dibawah satu bendera. Konsep persatuan umat manusia ini tidak hanya diimpikan oleh para pemikir politikus, tetapi juga oleh para ekonom dan ahli sosiologi. Ini amat mendapat perhatian dalam ruang lingkup keagamaan.

Walaupun Islam juga berharap sama mengenai hal ini dengan agama-agama lainnya (beberapa diantaranya memiliki program-program yang ambisius guna mendominasi dunia). Namun Islam amat berbeda dalam menyikapi keinginan tersebut.

Berkaitan dengan agama Islam, sayangnya telah beredar propaganda luas yang menyatakan bahwa Islam menggunakan kekerasan dalam menyebarkan kepercayaannya. Ucapan demikian tidak hanya diutarakan oleh para lawan Islam bahkan oleh para ulama Islam yang berfikiran kolot. Jelaslah bahwa jika suatu agama memilih offensive maka agama lainnya berhak membela diri dengan cara-cara yang sama. Mungkinkah suatu agama, baik Islam maupun nasrani atau apapun agama lainnya bisa bersifat universal dalam ajarannya, dengan pengertian bahwa ajaran itu dapat diterapkan bagi semua bangsa di dunia, terlepas dari warna kulit, suku ataupun bangsa. Bayangkan ras, suku, bangsa, kebiasaan, perilaku sosial dan pola kebudayaan yang ada di dunia ini.

Konsep universal suatu agama tidak saja harus mengatasi batas-batas geografis dan negara tetapi juga berlaku lintas waktu. Jadi mungkinkah suatu agama bersifat abadi, yaitu mungkinkah ajaran suatu agama diterapkan secara pas pada umat seribu tahun yang lalu dan tetap cocok bagi umat sekaranga ini?, meskipun suatu agama diterima oleh umat manusia secara global dapatkah agama tersebut memenuhi kebutuhan generasi mendatang? Ini menjadi tugas bagi pengikut-pengikut masing-masing agama untuk mencari pemecahan masalah tersebut.

Berulang kali Al-Quran menjelaskan bahwa Islam adalah suatu agama yang ajarannya terkait dengan fitrat manusia. Islam menekankan bahwa suatu agama yang berakar pada fitrat manusia akan dapat mengatasi waktu dan ruang. Fitrat manusian tidak akan berubah. Dengan demikian, agama yang benar-benar berakar pada fitrat manusia juga tidak akan mengalami perubahan asal saja, agama tersebut tidak terlalu mencampuri situasi-situasi transien manusia dalam kurun waktu maka manapun dalam sejarah kehidupannya.

Bila agama tersebut tetap bersiteguh pada prinsip-prinsip yang bersumber pada fitrat manusia maka agama itu memiliki potensi untuk menjadi agama universal. Islam malah selangkah lebih maju dengan kebesaran hati, Islam menyatakan bahwa semua agama di dunia sedikit banyak juga sama memiliki sifat universal tersebut.

Dengan kata lain, dalam setiap agama samawi dapat ditemukan inti ajaran yang terkait dengan fitrat manusia dan kebenaran abadi. Inti ajaran agama itu tetap tidak akan berubah kecuali jika pengikutnya mencemari ajaran tersebut di kemudian hari. Ayat Al-Quran memperjelas masalah di atas: “maka hadapkanlah wajahmu untuk berbakti kepada agama dengan kebaktian selurus-lurusnya. Dan turutilah fitrat yang yang diciptakan Allah, yang sesuai dengan fitrat itu dia telah membentuk  umat manusia. Tiada perubahan dalam penciptaan Allah. Itulah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS: Ar-Rum 30:31)”

Berdasarkan pandangan di atas muncul pertanyaan lalu apa gunanya menurunkan agama demi agama dengan ajaran yang sama, selanjutnya orang mungkin akan bertanya juga mengapa Islam mengaku bahwa secara relative Islam bersifat lebih universal dan sempurna disbanding semua agama-agama sebelumnya jika agama lain juga memiliki ajaran yang bersifat universal dan berlaku bagi manusia di segala zaman.

Untuk menjawab pertanyaan pertama, Hazrat Mirza Tahir Ahmad ra menerangkan bahwa dalam Al-Quran menjelaskan berdasarkan fakta historis, semua kitab dan naskah suci yang turun sebelum Al-Quran telah mengalami perubahan-perubahan ajaran kitab-kitab tersebut secara berangsur telah telah mengalami penyesuaian-penyesuaian karena dimasukan unsur-unsur baru secara interpolasi sehingga vadilitas dan antentisitasnya menjadi diragukan.

Dengan demikian menjadi kewajiban bagi para pengikut agama-agama tersebut untuk membuktikan kesahihan kitab-kitab mereka. Al-Quran sendiri menduduki posisi unik dan jelas diantara semua kitab-kitab dan naskah suci. Bahwa Al-Quran adalah wahyu tuhan, bahkan para penentang Islam pun mengakui bahwa Al-Quran tidak mengalami perubahan ataupun perombakan sejak sejak diturunkan kepada Muhammadsaw. jelas dalam hal ini bahwa sikap Al-Quran adalah yang paling realistis dan kondusif bagi kedamaian antar agama.

Adapun mengenai pertanyaan kedua, Al-Quran mengingatkan kita akan proses evolusi di semua sisi masyarakat manusia. Agama baru dibutuhkan tidak hanya sebagai restorasi dari ajaran-ajaran fundamental dari agama lama yang telah mengalami perubahan karena campur tangan manusia, tetapi juga sebagai tambahan pada agama lama guna mengadaptasi kemajuan sejalan dengan perkembangan evolusi masyarakat yang terakhir patut di pahami adalah manusia tidak memperoleh pelatihan dan pendidikan dalam ajaran-ajaran samawi dalam satu hentakan.

Manusia dibawa secara bertahap sampai ke tingkatan kedewasaan mental dimana ia dianggap talah cukup matang dan siap untuk menerima keseluruhan prinsip-prinsip fundamental yang baku juga merupakan bagian dari Islam sebagai agama yang sempurna, terakhir dan menyeluruh. Ini pada dasarnya adalah konsep universalitas keagaaman yang dimiliki Islam. Tinggal apakah manusia mau meneliti dan menilai kelebihan satu per satu dari semua agama yang diperbandingkan.

Sekarang kita kembali ke pertanyaan mengenai agama-agama yang mengatakan dirinya sebagai terunggul di dunia. Islam memang menyatakan dirinya demikian. Melalu nubuwatan Al-Quran menuataka bahwa Islam suatu waktu nanti akan menjadi agama tunggal bagi seluruh umat manusia. Walaupun Islam menghendaki berkembangnya kedamaian dan kerukunan antar agama, namun Islam pun tidak melarang penyebaran ajaran dan ideologinya secara kompetitif dengan tujuan memperoleh keunggulan di atas agama-agama lain sebagai tujuan mulia yang harus dikejar oleh semua penganutnya.

Namun untuk menghindari perselisihan dan kesalahpahaman, Islam memberikan seperangkat petunjuk yang jelas guna memastikan pertandingan yang adil, keadilan yang mutlak, kebebasan berbicara, kebebasan menyatakan pendapat dan hak untuk berbeda pendapat bagi semuanya.

Sumber      :   Pandangan Islam Atas Masalah Kontemporer Masa Kini, Hz. Miza Tahir Ahmadra    1992, dicetak oleh : Raqeem Press, Islam Abad

                Al-Quran Terjemah Singkat, JAI, 2014, dicetak oleh : Neratja Press

image : https://unsplash.com/photos/cf9pz8D1pm0


Kontributor : Abdul Ghandi