Benarkah Amerika Ada di Belakang Ormas Garis Keras?

1096

Departemen Luar Negeri AS melaporkan adanya pelanggaran HAM di Indonesia. Saya malah tidak heran dengan apa yang dilakukan departemen tersebut perihal mengingatkan pemerintah Indonesia soal tewasnya 6 orang laskar Front Pembela Islam (FPI). Yang saya heran justru kalau Amerika tidak menyoroti kasus ini. Amerika adalah negara yang terus menerus menyoroti kasus pelanggaran HAM di negeri orang lain, tapi lupa dengan masalah HAM di negerinya sendiri. Amerika lewat Departemen Luar Negerinya juga menyoroti pembubaran FPI karena dianggap melanggar kebebasan berserikat.

Padahal Amerika sendiri pernah membubarkan organisasi Ku Klux Klan di tahun 1960-an lewat Undang-Undang Hak Sipil, karena dianggap terlalu rasis. Sikap Amerika yang terlalu membela FPI, sudah pastilah bertentangan dengan sikap pemerintahan Indonesia yang menemukan bukti bahwa ideologi FPI bertentangan dengan ideologi Pancasila sama halnya dengan HTI dan PKI. Amerika seolah lebih tahu dari pemerintah Indonesia mengenai penjagaan negara sendiri dari rongrongan ormas yang memiliki ideologi untuk mendirikan negara islam.

Mungkin di Amerika, masalah FPI ini bukan masalah besar karena mereka memang tidak punya sejarah masalah keagamaan disana. Di Amerika, permasalahan rasial ada di perbedaan ras atau perbedaan kulit. Nah, pertanyaan inti dari masalah ini adalah “Mengapa negara sebesar Amerika begitu tertarik dengan Indonesia?” Kalau kita kembali ke tahun 1960-an, kita akan lebih paham kenapa Amerika punya kepentingan besar di Indonesia.

Pada masa itu, perang dingin dua ideologi besar yaitu kapitalisme dan komunisme sedang merobek-robek dunia. Pasca perang dunia ke-II, Jerman terbelah menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Perang ideologi antara Amerika dan Rusia yang waktu itu masih bernama Uni Soviet sedang tinggi-tingginya. Indonesia juga kena getahnya pada waktu itu ketika ideologi komunis lewat partai PKI naik daun, seakan-akan didukung oleh presiden Soekarno juga. Lewat tangan seorang kolonel bernama Soeharto, terjadilah pencabutan kekuasaan Soekarno yang diawali dari peristiwa G30S/PKI.

Ketika Amerika tidak menyukai pemerintahan di suatu negara. Negara adidaya itu tidak lantas menyerang langsung negara terkait, melainkan dengan cara membiayai kelompok yang berlawanan dengan pemerintahan negara itu. Ini terjadi dimana-mana di seluruh dunia. Bahkan pada waktu perang Suriah, Hillary Clinton, mantan Menteri luar negeri Amerika di kabinet pertama Barack Obama, dengan terus terang mengakui kalau Amerika ada dibelakang pembentukan ISIS. ISIS dibentuk tahun 2013, dengan tujuan untuk memecah belah negara-negara Timur Tengah. Dalam bukunya “Hard Choice”, Hillary Clinton mengakui kalau Amerika ingin mendirikan “negara islam”.

Adapun negara pertama yang akan dijadikan negara islam adalah Mesir, yang dibawah kepemimpinan Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimin. Tapi rencana besar Amerika itu gagal, karena militer Mesir langsung melakukan kudeta dan mengambil alih pemerintahan pada tahun 2013. Hillary Clinton terinspirasi dari campur tangan Amerika di Afghanistan waktu mereka membiayai Mujahidin Afghanistan melawan Uni Soviet. Buat Hillary, membiayai para Mujahidin dan barter senjata dengan sumber daya alam mereka adalah cara yang murah untuk menguasai suatu negara daripada menyerangnya lewat kekuatan bersenjata.

Itulah kenapa Amerika dan beberapa negara Eropa tertarik sekali dengan ormas seperti FPI. FPI dianggap punya potensi untuk membesar dengan kekuatan radikalnya. Ingat tidak, dulu pernah ada intelijen dari Jerman yang mengunjungi Munarman di markasnya? Itulah yang kemungkinan besar merupakan bagian dari strategi Amerika dan beberapa negara Eropa untuk semakin mendekatkan diri dengan FPI dan menyatakan dukungannya. Kalau nanti FPI semakin membesar di Indonesia, lewat dana dari Amerika juga, kemungkinan besar Amerika akan kembali memainkan pola dukungannya yang sama seperti ketika mereka mendukung ISIS di Suriah. Kebayangkan apa yang akan terjadi di Indonesia? Perang Saudara.

Kita seperti setback, kembali di tahun 1960-an ketika Amerika dan Uni Soviet sedang perang dingin dan merobek dunia lewat perang ideologinya. Sekarang pun pasca perang Ukraina, perbedaan antara Amerika dan Rusia semakin membesar. Sesudah Amerika dan beberapa negara barat yang tergabung dengan NATO memboikot Rusia, dan Rusia membalasnya dengan membatasi ekspor gas mereka ke Eropa. Maka api perang yang tadinya berupa sekam, lama-lama mulai membakar.


Indonesia kembali tak bisa menghindar dari masalah ke dua negara ini, meski menyatakan diri sebagai negara non blok. Di tahun ini, Indonesia akan jadi tuan rumah untuk pertemuan KTT G20 atau pertemuan negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Baru persiapan saja, sudah mulai panas karena Amerika dan beberapa negara barat menyatakan sikap untuk memboikot Rusia di pertemuan ini. Ini yang membuat Indonesia menjadi bingung, karena negara kita sama sekali tidak memihak tapi dipaksa terlibat untuk memusuhi negara lain.

Jelas Indonesia secara ekonomi masih tergantung dengan Amerika dan Eropa, tapi nilai perdagangan Indonesia dan Rusia juga semakin naik. Lalu apa yang harus dilakukan dalam pertemuan KTT G20 nanti saat Amerika dan beberapa negara Eropa memboikot Rusia? Kita belum tahu apa yang akan dilakukan Indonesia. Tetapi yang saya tahu, kalau salah mengambil sikap, kita bisa menjadi seperti Ukraina, negara yang mati sebagai pelanduk di tengah-tengah dua gajah raksasa bertarung.

Satu hal yang pasti, Amerika juga akan meninggalkan jejak kekuasaannya disini, dengan mendukung FPI dan ormas garis keras lainnya sebagai sebuah ancaman kepada pemerintah kita kalau terlalu berteman dengan Rusia. Hati-hati aja kawan, kalau kita tidak kuat memegang tali kendali, kuda liar akan merusak semua tatanan yang sudah dibangun selama negeri ini merdeka.


Oleh: Hafiz Abdul Jabbar

Editor: Mln. Ammar Ahmad, Shd

Referensi:

https://www.youtube.com/watch?v=EjRzMhJNilk

https://www.liputan6.com/global/read/4438512/24-12-1865-ku-klux-klan-perkumpulan-rasis-di-as-berdiri

https://www.idntimes.com/science/discovery/steven-gerrard/5-fakta-ku-klux-klan-organisasi-rasis-terbesar-di-amerika-serikat-exp-c1c2/2

https://www.kompas.tv/article/280980/kemenlu-pertanyakan-penilaian-amerika-serikat-soal-ham-lihat-diri-sendiri-dulu

https://news.detik.com/internasional/d-6034298/as-soroti-unlawful-or-politically-motivated-killings-ada-soal-laskar-fpi

https://hot.grid.id/read/181753349/begini-cara-amerika-menyerang-sebuah-negara-dan-menguasainya-hanya-dalam-tempo-1-minggu?page=all

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-56412424

https://minanews.net/hillary-clinton-isis-produk-untuk-pecah-timteng/