Di Ambang Kekacauan dan Kehancuran: Mengapa Dunia Membutuhkan Sosok Pembaharu Tatanan Dunia Baru?

534
Planet earth from the space at night . Some elements of this image furnished by NASA

Dunia saat ini berada di ambang kekacauan dan kehancuran. Berbagai peristiwa seperti perang, krisis ekonomi, degradasi moral, dan bencana alam semakin menunjukkan betapa dunia ini membutuhkan sosok pembaharu yang dapat mengembalikan keseimbangan dan kedamaian. Kehancuran ini tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual dan sosial. Islam telah lama menubuatkan kedatangan seorang pembaharu yang akan menyelamatkan umat manusia dari jurang kehancuran. Lalu siapakah sosok yang akan mengembalikan atau menata kembali dunia kearah ketenangan dan perdamaian?

Contoh pertama yaitu peperangan yang terus berlanjut di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa dunia semakin jauh dari kedamaian. Dari Timur Tengah hingga Eropa, konflik berkepanjangan merenggut jutaan nyawa dan menghancurkan peradaban. Al-Qur’an telah mengingatkan manusia mengenai akibat dari keserakahan dan kebencian yang memicu peperangan:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi setelah perbaikannya, dan berdoalah, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang berbuat Kebajikan.” (Al-A’araf: 57)

Ayat ini menubuatkan bahwa dunia akan dipenuhi oleh konflik yang melibatkan banyak negara, bahkan hingga ke lautan. Peristiwa seperti Perang Dunia I dan II, serta berbagai konflik global lainnya menjadi bukti nyata dari nubuatan ini.

Di era modern ini juga, norma-norma moral semakin terkikis. Kehancuran nilai-nilai kekeluargaan, meningkatnya kriminalitas, serta eksploitasi manusia dalam berbagai bentuk semakin menguatkan bahwa dunia sedang kehilangan arah. Rasulullah SAW. bersabda:

“Akan datang suatu zaman pada umatku di mana mereka mencintai lima hal dan melupakan lima hal lainnya: mereka mencintai dunia dan melupakan akhirat, mencintai kekayaan dan melupakan hisab, mencintai makhluk dan melupakan Khaliq, mencintai dosa dan melupakan taubat, mencintai rumah-rumah megah dan melupakan kuburan mereka.” (HR. Al-Baihaqi)

Hari ini, kita melihat bagaimana nilai-nilai moral semakin tergerus. Perzinaan, riba, korupsi, serta kejahatan merajalela, dan banyak orang lebih mementingkan kekayaan dunia dibandingkan kehidupan akhirat.

Kesenjangan ekonomipun semakin tajam antara si kaya dan si miskin. Sistem kapitalisme yang dominan telah menyebabkan ketidakadilan yang nyata. Sumber daya dunia hanya dikuasai oleh segelintir orang, sementara miliaran manusia hidup dalam kemiskinan. Ketimpangan ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan ekonomi:

وَالَّذِيْنَ فِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُوْمٌۖ

لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِۖ

 “Dan orang-orang dalam harta mereka ada hak yang ditentukan untuk orang miskin. Bagi yang meminta dan yang tidak meminta, (Al-Ma’arij: 25-26)

Bencana alam semakin meningkat akibat eksploitasi manusia terhadap alam. Pemanasan global, kebakaran hutan, banjir besar, dan badai dahsyat adalah bukti nyata bahwa manusia telah gagal menjaga keseimbangan alam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

 “Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan, disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Dia membuat mereka merasakan akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari keburukannya” (Ar-Rum: 42)

Lalu dari semua kerusakan yang terjadi didunia, apakah dapat diperbaiki dan siapakah sosok yang dapat memperbaikinya?

Di tengah berbagai bentuk kehancuran ini, dunia sangat membutuhkan sosok pembaharu yang dapat membawa umat manusia kembali kepada nilai-nilai ketuhanan dan keadilan. Dalam Islam, pembaharu ini dikenal sebagai Imam Mahdi. Jemaat Ahmadiyah meyakini bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as adalah Imam Mahdi yang dijanjikan. Siapakah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as ini?

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as adalah pendiri Jemaat Ahmadiyah yang mendapatkan wahyu dari Allah Ta’ala sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud. Beliau datang dengan membawa pesan reformasi dalam Islam dan menyeru kepada perdamaian serta keadilan bagi seluruh umat manusia. Sebagai seorang pembaharu, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as membawa beberapa ajaran utama yang relevan dengan kondisi dunia saat ini:

  1. Menegakkan Perdamaian dan Meluruskan Konsep Jihad: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menegaskan bahwa jihad dalam Islam bukanlah peperangan fisik, tetapi perjuangan melawan hawa nafsu dan pengabdian kepada kemanusiaan. Dalam bukunya “The British Government and Jihad”, beliau menulis:

“Islam tidak pernah mengajarkan untuk menyebarkan agama dengan pedang. Jihad di zaman ini adalah jihad dengan ilmu, akhlak, dan pelayanan kepada umat manusia”

Ajaran beliau ini terbukti sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini, di mana banyak kelompok ekstremis yang salah memahami konsep jihad.

  1. Memperkuat Persatuan Umat Manusia: Dalam dunia yang semakin terpecah belah, beliau mengajarkan persatuan antarumat manusia tanpa memandang ras atau agama. Beliau mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang mempersatukan seluruh umat manusia, bukan agama yang memecah belah. Dalam buku karya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as “Paigham-e-Sulh” (Pesan Perdamaian), beliau menulis:

“Saya datang untuk menghapus kebencian antarumat beragama dan menanamkan cinta kasih di antara mereka.” 

Konsep ini penting dalam dunia yang semakin terpecah belah oleh konflik agama dan sektarianisme. 

  1. Menyebarkan Islam Melalui Argumen dan Ilmu: Alih-alih menyebarkan Islam dengan kekerasan, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menekankan pentingnya dakwah melalui hujjah (argumen) dan ilmu. Beliau menulis lebih dari 90 buku yang menjelaskan keindahan ajaran Islam dan membantah tuduhan-tuduhan terhadap Islam Beberapa bukunya yang terkenal adalah: Barahin-e-Ahmadiyya (Bukti-Bukti Ahmadiyah), Jesus in India (Yesus di India), The Philosophy of the Teachings of Islam. Melalui karyanya ini, beliau telah memberikan fondasi bagi umat Islam untuk memahami Islam secara benar dan intelektual.
  2. Menyebarkan Nilai-Nilai Keadilan Sosial: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menekankan pentingnya keadilan sosial dan ekonomi. Beliau menentang sistem kasta dan ketidakadilan ekonomi, serta menyerukan pembagian kekayaan yang adil sesuai ajaran Islam. Beliau juga mendirikan jemaat Ahmadiyah dengan program berfokus pada pengembangan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.
  3. Mengajarkan Kepedulian terhadap Alam: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as juga mengajarkan bahwa manusia harus menjaga keseimbangan alam dan tidak merusaknya. Beliau menentang eksploitasi berlebihan terhadap alam dan menyerukan gaya hidup sederhana (tahrik jadid) serta berkelanjutan.

Di tengah dunia yang semakin kacau, ajaran dan peran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as menjadi sangat relevan. Beliau telah membuktikan bahwa nubuatan Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW telah menjadi kenyataan dan membawa solusi bagi masalah dunia saat ini.  Melalui gerakan jemaat Ahmadiyah yang beliau dirikan, ajaran Islam yang sejati terus disebarkan ke seluruh dunia dengan damai. Jika umat manusia memahami dan mengikuti ajaran beliau, dunia akan kembali kepada kedamaian, keadilan, dan keberkahan sebagaimana yang dijanjikan Allah Ta’ala.


Oleh : Taufiq Ahmad

Sumber
Ahmad, H. M. G. (1880). Barahin-e-Ahmadiyya. Jilid pertama
Ahmad, H. M. G. (1908). Jesus in India.
Ahmad, H. M. G. (1908). Paigham-e-Sulh (Pesan Perdamaian).
Ahmad, H. M. G. (1900). The British Government and Jihad.
Ahmad, H. M. G. (1896). The Philosophy of the Teachings of Islam.
Al-Qur’an, Surah Al-A’raf: 57.
Al-Qur’an, Surah Al-Ma’arij: 25-26.
Al-Qur’an, Surah Ar-Rum: 42.
Hadis Riwayat Al-Baihaqi.