Halloween: Perspektif Sejarah

500

Sobat semua pasti tahu bahwa pada tanggal 31 Oktober dirayakan Hari Halloween secara internasional. Masih hangat ditelinga, kabar menyedihkan dari Itaewon, Korea Selatan dimana lebih dari seratus jiwa melayang sia-sia akibat kerumunan yang sangat padat yang membuat banyak orang kesulitan bernafas, terinjak-injak dan mengalami serangan jantung selama merayakan Halloween. Penulis akan mengupas sejarah singkat dari Halloween. So here we go!

Awal Mula

Tradisi Halloween di dunia barat era kini diperkirakan diawali oleh tradisi kuno pagan orang-orang berbahasa Kelt, termasuk Irlandia.

Apa yang Mereka Yakini dalam Masa Halloween?

Pada tanggal 31 Oktober menjelang 1 November, mereka percaya bahwa tabir dan ambang waktu demikian menipis sehingga memungkinkan arwah orang-orang yang telah mati masuk ke dunia nyata. Hal ini mendasari ragam budaya yang melekat dalam halloween: menyiapkan makanan untuk arwah dari anggota keluarga yang telah mati, memakai kostum menyeramkan untuk berjaga-jaga dll.

Sejarawan Berkata


Sejarawan Nicholas Rogers, saat menelusuri asal mula perayaan Halloween, mencatat bahwa meskipun “beberapa folkloris telah mendeteksi asal mulanya dalam perayaan Romawi kuno Pomona, dewi buah-buahan, atau dalam festival orang mati disebut Parentalia, namun perayaan tersebut secara lebih khusus dikaitkan dengan festival Kelt Samhain”.

Apa itu Samhain?

Samhain/Calan Gaeaf menandai akhir musim panen dan awal musim dingin atau ‘paruh yang lebih gelap’ dari suatu tahun. Sama seperti Belatane/Calan Mai, perayaan itu dilihat sebagai suatu waktu ambang, ketika batas antara dunia ini dan Dunia lain menipis. Hal ini berarti Aos Sí (dilafalkan ees shee), para ‘roh’ atau ‘peri’, dapat lebih mudah datang ke dunia ini dan pandangan ini sangat diyakini mereka.

Klaim Gereja Katolik


Adapun menurut Katolik, Halloween sejatinya adalah tradisi yang amat Nasrani. Halloween adalah istilah Skotlandia yang merupakan singkatan dari All Hallow’s Eve yang artinya “Malam Para Kudus (Orang-orang Suci)”. Sebab, tanggal 1 November adalah Hari Raya Semua Orang Kudus (All Hallows / All Saints) dan 2 November adalah Peringatan Arwah Semua Orang Beriman. Hari Raya Semua Orang Kudus ditetapkan jadi tanggal 1 November oleh Paus St. Gregorius III. Sedang satu hari sebelum hari raya dalam Katolik disebut vigili (Menjelang Hari Raya/Eve; contoh Malam Natal: Christmas Eve). Sehingga 31 Oktober disebut All Hallow’s Eve yang kemudian disingkat Halloween.

Berbagai Detail Tradisi Halloween Masa Kini adalah Sungguh Gerejawi?


Sejatinya kekristenan tidak mengajarkan budaya-budaya Halloween. Halloween yang kita kenal adalah perpaduan dari berbagai budaya yang telah tua dan berbeda-beda ditiap wilayahnya di Barat. Umat Katolik paling tidak hanya berdoa pada malam itu sebagai malam Hari Perayaan Semua Orang Kudus. Alhasil detail tradisional Halloween seperti berpakaian seram, meminta permen dari rumah ke rumah ataupun keyakinan roh-roh masuk kedunia manusia adalah tidak berdasar pada agama Katolik apalagi Islam.

Pastor Katolik Berkata

Pastor Katolik dan juga adalah seorang pengusir setan (exorcist) resmi Katolik di Amerika bernama Stephen Rossetti menyatakan bahwa bagi umat nasrani sekalipun tidak seharusnya merayakan Halloween dengan berpakaian menyeramkan dengan mencoba meniru setan, penyihir dan iblis. Jelas tradisi Halloween masa kini tidak bermula dalam agama-agama samawi melainkan kepercayaan pagan.

Apakah Boleh Muslim Merayakan Halloween?

Halloween bagaimanapun tidak memiliki dampak positif bagi akhlak, berbau pagan dan sangat tidak Islami karenanya termasuk kedalam hal yang sia-sia. Allah Ta’ala meminta umat beriman untuk menhindari hal-hal yang sia-sia oleh karena itu kita sebaiknya tidak turut dalam merayakan Halloween ini.


Penulis: Ammar Ahmad

Sumber Gambar: nrf.com