Menanti Hikmah atas Rencana yang Tak terlaksana; Jalsah Salanah 2024

28

Jalsah Salanah, frasa yang memiliki arti begitu dalam bagi para anggota Ahmadiyah ini begitu dinanti. Perhelatan akbar tahunan yang bertujuan untuk mempererat persaudaraan antar anggota Jemaat Ahmadiyah dan memperkuat keimanan melalui ceramah-ceramah rohani, pembahasan ilmiah, serta do’a bersama begitu dirindukan. Jalsah salanah pun sejatinya menjadi pertemuan yang diselenggarakan rutin setiap tahunnya oleh anggota Ahmadiyah di seluruh dunia. Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hz.Mirza Ghilam Ahmad as, memulai Jalsah Salanah pada tahun 1891. Dan semenjak itu, menjadi tradisi yang terus berlangsung hingga saat ini. Kegiatan rohani yang dimulai pada hari Jum’at setelah melaksanakan Shalat Jum’at bersama sarat akan nilai-nilai spiritual. Dalam 3 hari kedepan selama acara berlangsung, shalat fardhu senantiasa dilakukan secara berjamaah. Tak hanya itu, di sepertiga malam, shalat tahajud pun dijalankan. Berbagai ceramah hingga asma Allah bergema dalam acara Jalsah.

Seolah menjadi sarana untuk mencharge kembali tujuan hidup sebenarnya. Peserta Jalsah salanah disuguhi berbagai siraman rohani dari sepertiga malam hingga istirahat malam. Di sela-sela waktu rehat pun menjadi sarana silaturahmi satu sama lain, untuk mengasah hubungan antar sesama. Ya, faktanya, memang menjadi suatu hal yang tak terbantahkan, jalsah salanah menjadi hal yang paling dinanti oleh para anggota Ahmadiyah. Hingga, pada hari itu, tepatnya di tanggal 6 Desember 2024, tanggal yang direncanakan menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh anggota Jemaat Ahmadiyah di seluruh penjuru tanah air ini harus pupus seketika,

Bagaikan petir di siang bolong, Jalsah salanah tahun 2024 yang semula direncanakan dengan begitu indah, apik, hingga persiapan yang mengagumkan, harus batal seketika dikarenakan berbagai alasan dan pelarangan sejumlah pihak. Bagai mimpi buruk yang tak berujung, pembatalan ini meninggalkan kesedihan yang begitu dalam bagi para anggota Ahmadiyah.

Tak sekadar kesedihan, kiranya sudah banyak waktu, tenaga, hingga materil terkuras demi terlaksananya perhelatan ini. Para anggota Ahmadiyah pun dari berbagai penjuru nusantara dengan segala persiapannya yang telah siap hadir, harus rela mengurungkan niat sucinya untuk mencari kedamaian dalam acara spiritual tersebut. Apa daya, sekeras apapun kerinduan hingga hasrat para anggota untuk hadir menikmati santapan rohani, mau tidak mau terhenti atas dasar ketaatan. Tak peduli, begitu banyak materil hingga moril yang sudah terkuras habis, para Ahmadi hanya dapat menaatinya, meski menyisakan luka, hingga air mata.

Belum lagi ucapan, cacian, umpatan, hingga fitnahan yang kembali diteriakan “mereka”, orang-orang yang mungkin saja sudah paham akan agama, seolah menambah goresan luka. Tak sekadar kata, “pengusiran” pun harus dirasakan oleh mereka yang dengan cucuran keringatnya sudah bergelut dengan waktu untuk dapat hadir disana. Para penerima tamu yang dengan keihlasannya, sudah menyiapkan berbagai sarana dan prasarana hingga rumah yang begitu layak untuk disinggahi, harus mengurungkan niat baiknya untuk dapat mengambil berkah dari pelayanan terhadap tamu-tamu.

Mungkin, “mereka” belum mengerti tujuan jalsah salanah yang sudah menjadi tradisi dilaksanakan sejak tahun 1981 oleh pendiri Ahmadiyah, semata demi meraih berkat spiritual. “Mereka” juga kiranya belum mengerti begitu banyak sunah Rasulullah Saw yang senantiasa diamalkan dalam Jalsah Salanah. Bagaimana berupaya menampilkan akhlak sebagai tamu, hingga penerima tamu yang dengan keikhlasannya, melayani dari hati. Hingga tak jarang merogoh kocek lebih dalam, dan berkorban harta dan waktunya demi untuk memberikan yang terbaik untuk para tamu.

Dan mungkin, “Mereka” pun belum memahami, begitu banyak siraman rohani yang menggaung selama kegiatan dilaksanakan, hingga berujung pangkal untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri pada keridhaan Ilahi. Dan kiranya “mereka’ tidak sampai tahu kedalaman hati para anggota Ahmadi, memuji asma Allah hingga menjunjung shalawat kepada Rasulullah saw demi senantiasa menjaga  niat suci kembali kepada tujuan jalsah salanah yang sebenarnya.

Yah, meski begitu indah nan suci niat jalsah salanah yamg telah direncanakan itu, kembali lagi, manusia hanya dapat berencana. Mungkin dibalik rasa sakit, luka, hingga air mata, terkandung hikmah yang begitu besar dari Allah Ta’ala. Ada rencana yang mungkin lebih indah, yang Allah siapkan untuk para anggota Ahmadiyah. Karena suatu hal yang tak terbantahkan, dalam firman-Nya “Allah sebaik-baik pembuat rencana” (Ali-Imran:55)

Tak ada balasan untuk cacian, umpatan, fitnahan, atau mungkin pengusiran yang “mereka” lakukan. Yang tersisa hanya “diam” dalam do’a. Dan kiranya, terbesit sekadar harapan atau pertanyaan. Mungkinkah anggota Ahmadiyah diperlakukan layaknya manusia sebagai makhluk sosial? Yang diperbolehkan bersilaturahmi satu sama lain dalam ajang pertemuan spiritual? Atau mungkinkah diperlakukan layaknya muslim? Yang butuh siraman rohani demi untuk memperkuat keimanan, memperbaiki diri, hingga mendekatkan kehadirat ilahi? Entahlah, kapan harapan tersebut menjadi sebuah kenyataan. Dalam duka, hingga air mata, sejatinya para anggota Ahmadiyah hanya berupaya kembali kepada slogan yang senantiasa digaungkan, cinta untuk semua, tidak ada kebencian bagi siapapun (love for all, hatred for none). Meski masih terngiang cacian, makian, fitnahan itu, biarlah Allah yang bekerja dengan cara-Nya. Meski pahit, dalam penuh keikhlasan menanti sebuah hikmah yang terlahir dari rencana terbaik yang tentu datang dari-Nya.


Oleh: Mutia Siddiqa Muhsin

Referensi :

Khutbah Jum’at Hz.Mirza Masroor Ahmad Aba tanggal  28 Juli 2017, 3 Juli 2018

What is jalsa salana? https://www.alislam.org

Sumber gambar :

Foto Jalsah Salanah Manislor 2024