Dalam kehidupan yang fana ini, doa adalah salah satu alat manusia untuk mengekspresikan kelemahan, harapan dan ketergantungan sepenuhnya pada kekuatan Allah Ta’ala. Bagi seorang mukmin, doa bukan hanya permintaan, tetapi bentuk ibadah yang paling dalam, suatu hubungan batin yang sangat personal antara hamba dan Tuhannya. Rasulullah SAW bersabda, “Ad-du’ā mukhkhul ‘ibādah”—doa adalah inti dari ibadah. Hadits Riwayat at-Tirmidzi
Keberkatan doa bukan hanya diukur dari terkabulnya keinginan, melainkan dari dampak ruhani yang ditimbulkan oleh doa itu sendiri. Seseorang yang berdoa dan merasakan ketenangan itulah salah satu pengabulan dari doa. Pengabulan doa memiliki syarat ruhani–untuk itu sangat penting untuk kita memenuhi syarat ruhani tersebut. Syarat ruhani yang dapat kita lakukan dalam ibadah dan doa adalah dengan ketulusan hati, kerendahan hati, keimanan, ketakwaan, kesabaran dan keyakinan. Jika seseorang terus berdoa sambil memvisualisasikan apa yang didoakannya, itulah sebaik-baiknya berharap.
Sering kali, manusia hanya menganggap doa sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu: meminta kesembuhan, rezeki, kelulusan, jodoh, atau keselamatan. Namun sesungguhnya, keberkatan doa jauh lebih luas dari itu. Ia mendidik jiwa untuk bersabar, melatih hati untuk bersyukur, dan menumbuhkan kedekatan yang tulus dengan Allah Ta’ala. Padahal doa juga tentang kesabaran, proses, kegigihan. “Boleh jadi keterlambatanmu dalam perjalananmu adalah sebuah keselamatanmu” Prof Muhammad Quraish Shihab. Begitulah pengabulan doa, Allah Ta’ala maha mengetahui kapan waktu terbaik untuk kamu mendapatkan pengabulan dari doa.
Dalam bukunya Keberkatan Doa (Barakātud Du’ā), Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., menekankan bahwa doa yang tulus dan konsisten mampu menggerakkan kuasa Ilahi. Beliau a.s. menjelaskan bahwa doa bukan sekadar ritual, tapi merupakan bagian dari sistem ruhani yang ditetapkan Allah SWT. “Ketika seseorang sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, maka seisi alam raya bahu membahu mewujudkan keinginanmu” Beitulah pandangan dari Paul Coelho. Alam raya menjadi alat dari Allah Ta’ala untuk merealisasikan apa yang didoakannya. Jadi, alih-alih kita pesimis dengan doa dan keinginan kita, sepatutnya kita harus optimis karena pertolongan Allah Ta’ala datang dari segala penjuru.
Salah satu bentuk keberkatan doa adalah ketenangan batin. Sering kali, sebelum apa yang kita pinta terkabul, hati kita sudah merasa tenteram. Itulah bukti bahwa doa tidak pernah sia-sia. Bahkan saat permintaan tidak dikabulkan sesuai harapan, doa tetap membuahkan kebaikan—baik berupa pengganti yang lebih baik, dihindarkannya bahaya yang tak terlihat, atau ditangguhkannya pahala untuk hari akhirat. Sama seperti anak berumur 4 tahun yang meminta untuk memainkan pisau kepada ibunya, alih-alih mengabulkan permintaan anaknya, sang orang tua justru menjauhkan pisau itu dari anaknya. Analogi lainnya yaitu sebagaimana obat memiliki khasiat menyembuhkan secara jasmani. Jika syarat-syaratnya terpenuhi—yakni ketulusan, kepasrahan, dan keyakinan yang kuat—maka doa itu dapat mengubah takdir, mendatangkan solusi dari arah yang tak disangka-sangka, dan menjadi sebab terjadinya perubahan besar
Sayangnya, di era modern ini, banyak orang mulai kehilangan kepercayaan pada kekuatan doa. Mereka lebih percaya pada usaha logis, angka statistik, dan kekuatan materi. Padahal, sebagaimana dinyatakan oleh para nabi, doa adalah senjata orang beriman, yang bisa menembus batas ruang dan waktu. Ia tak butuh koneksi duniawi, hanya butuh keterhubungan ruhani. Padahal doa juga tidak bertolak belakang dengan ilmu sains, dunia sudah menerima para penikmat doa. Kebanyakan dari kita terkadang berdoa hanya ketika dalam kesulitan atau dalam menginginkan sesuatu. Padahal sesungguhnya doa seharusnya dipanjatkan setiap saat, karena seperti otot yang sering dilatih ia akan mudah melakukan mengangkat beban yang berat. Semakin sering kita berdoa, semakin kuat doa kita terkabul.
Keberkatan doa adalah anugerah besar bagi siapa pun yang memahami maknanya. Ia memperhalus hati, memperkuat jiwa, dan ia adalah kebahagiaan haqiqi. Dengan demikian marilah kita berdoa dengan sungguh-sungguh, memasrahkan diri terhadap Allah Ta’ala. Doa dan keinginan harus dibuat semudah mungkin. Lakukanlah juga doa-doamu sebelum dan sesudah tidur. Kekuatan doa yang tertanam dalam hati dan diekspresikan dalam fisik adalah perpaduan yang luar biasa.
Oleh: Fivo Nugraha
Referensi:
– Barakatud Doa
– HR Tarmidzi
– Think and Grow Rich
– Sang Alkhemis
– Kutipan Quraish Shihab