Mengenal Inferiority Complex yang Kerap Menghantui di Semua Generasi

566

Mungkin dari antara teman-teman pernah merasa penampilan kita kurang begitu menarik menurut pandangan orang lain baik di lingkungan sekolah, kampus maupun lingkungan kerja. Misalnya, dari segi wajah yang kurang ganteng atau kurang cantik, rambut penuh uban di usia muda seperti saya, hidung pesek lah hidung mancung lah, badannya gemuk ataupun kurus dan lain sebagainya.

Memang sebenarnya gejala ini adalah hal yang lumrah, namun tanpa kita sadari justru mempengaruhi psikologi. Yang wajahnya dianggap kurang cantik, akhirnya mulai menekuni perawatan kulit, yang dianggap gemuk pun harus berusaha mau diet dan berolahraga agar tubuhnya langsing. Itulah yang dinamakan gejala Inferiority Complex.

Inferiority Complex adalah istilah untuk menggambarkan perasaan lemah dan ketidakmampuan yang intens pada diri seseorang. Inferiority complex lebih dari sekadar rasa kecewa dan sedih saat menghadapi kegagalan. Orang-orang yang memiliki kecenderungan ini selalu merasa bahwa pencapaian, kemampuan, daya tarik, atau kebahagiaan yang didapatkannya tidak berarti bila dibandingkan dengan orang lain.

Beda ya dengan istilah rendah hati, kalau rendah hati itu merupakan sikap di mana seseorang tidak merasa sombong mengenai apa yang dia miliki. Hal tersebut bisa berupa harta benda, kecerdasan, maupun status yang orang tersebut punya. Sedangkan rendah diri berarti merasa kalah atau merasa punya kekurangan dalam diri yang akhirnya jadi insecure.

Indikator yang paling terlihat dari inferiority complex adalah kecemasan, kecemasan yang terus bertambah menyebabkan individu mengembangkan kepribadian compulsory neurosis (Wiguna & Yunita, 2019). Di mana, individu akan terus mengalami keinginan yang tidak tertahankan untuk mengungkapkan perasaan inferiornya dan jika tidak diungkapkan ia akan merasa cemas, tapi di saat yang sama individu tersebut tidak ingin orang lain tahu.

Inferiority complex sangat menyakitkan bagi ego, seseorang yang merasa inferior selalu memiliki mekanisme pertahanan diri (defense mechanisms) yang kuat untuk membantunya menyembunyikan perasaan inferior dari dirinya sendiri maupun orang lain (Kazuki, 2014). Emosi yang tidak sehat kerap akan muncul seperti kecemasan, merasa tidak aman, bahkan dapat menyebabkan perilaku abnormal (Moningka & Midori, 2019). Sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa gejala atau ciri utama dari inferiority complex adalah kecemasan yang menyebabkan perilaku abnormal.

Terdapat empat faktor eksternal yang menyebabkan rasa inferior: sikap/pola asuh orang tua, cacat fisik, keterbatasan mental, dan social disadvantages (status ekonomi, keadaan keluarga, dan ras). Cara untuk mencegah terjadinya inferiority complex adalah sejak anak masih kecil harus diberi kasih sayang dan penghargaan, dan dipahami kebutuhannya secara individu (Arvid, 1958). Inferiority Complex tak hanya di lingkungan pekerjaan tapi bisa di lingkungan pendidikan seperti di sekolah dan kampus.

Ciri-ciri Inferiority Complex yang biasa dirasakan oleh seseorang memiliki komplek inferioritas ada 9, diantaranya:

  1. Selalu merasa rendah diri dan tidak cukup.
  2. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan, selalu merasa terbatas.
  3. Selalu memiliki keinginan untuk menyerah.
  4. Memiliki banyak asumsi yang cenderung buruk.
  5. Berkeinginan untuk selalu menarik diri dari situasi sosial.
  6. Tidak percaya diri.
  7. Mengalami kecemasan dan juga depresi.
  8. Terlalu sensitif akan kritik dan saran dari rekan kerja.
  9. Tidak mau menerima pujian.

Dan ini beberapa ciri-ciri Inferiority Complex yangdapat dilihat dari seseorang:

  1. Sangat atau bahkan terlalu kompetitif dengan rekan kerjanya.
  2. Memiliki sifat perfeksionis.
  3. Selalu mencari perhatian.
  4. Sangat sensitif bila diberikan kritik.
  5. Sering mencari-cari kesalahan orang lain.
  6. Sangat sulit untuk mengakui kesalahan.
  7. Terlalu merasa senang bila melakukan sesuatu lebih baik daripada yang lainnya.

Seperti contoh di lingkungan kampus ketika seorang mahasiswa memiliki kekurangan, seperti kekurangan ekonomi dibandingkan teman-temannya yang lain atau ketika gagal dalam ujian, hal ini dapat menyebabkannya tidak mendapat penerimaan yang baik dari lingkungan pendidikannya serta mendapat komentar yang buruk, dan hal tersebut akan membuat inferiority complex muncul pada dirinya.

Jadi, bagaimana cara menanggulangi perasaan inferiority complex? Berikut cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi perasaan inferiority complex yang kamu rasakan.

  1. Jadikan perbandingan sebagai inspirasi. Sangat wajar untuk membandingkan diri dengan rekan kerja Anda. Sayangnya kita sering membandingkan diri dengan orang lain sampai-sampai merasa iri, cemas, dan frustrasi. Baiknya jadikan perbandingan itu sebagai inspirasi. Fokus pada kekuatanmu yang membuat kamu diterima bekerja di tempat tersebut. Ini dapat membantu untuk merestrukturisasi pola pikir negatif karena membandingkan diri dengan rekan kerja.
  2. Tidak terlalu keras pada diri sendiri. Kamu memang ingin melakukan yang terbaik, tapi tidak perlu bersikap keras pada diri sendiri. Praktekkan self care dan cintai dirimu sendiri. Bersikap baiklah kepada diri sendiri. Jangan berharap kamu akan berubah dalam semalam. Beri dirimu sendiri waktu untuk healing.
  3. Berhenti khawatir dengan anggapan orang lain. Salah satu penyebab utama kompleks inferioritas adalah karena kamu terus-menerus memikirkan apa yang dipikirkan orang lain. Pisahkan diri kamu dari penilaian mereka. Pada akhirnya pendapat kamu tentang dirimu yang penting. Ketika kita merasa baik tentang diri kita sendiri, orang lain juga akan merasa baik tentang diri kita sendiri.
  4. Self-Talk. Latih self-talk yang positif. Pujilah dirimu untuk semua sifat baik yang kamu miliki atau sudah dilakukan. Orang yang memiliki inferiority complex cenderung melakukan self talk negatif pada diri mereka sendiri. Jadi cobalah untuk mengubahnya dengan melakukan self talk yang positif.
  5. Kelilingi diri dengan orang positif. Salah satu alasan muncul perasaan rendah diri yang kamu alami mungkin terkait dengan orang-orang di sekitarmu. Semua itu bisa saja karena anggota keluarga, teman-teman, saudara, atau kolega di kantor yang selalu menjatuhkanmu.
  6. Cobalah menjadi diri sendiri. Tak ada salahnya untuk beda dengan orang lain misalnya kalian memiliki uban di usia muda, lidahnya masih cadel, prinsip tidak mau terlalu saklek atau kaku, dan sebagainya anggap itu sebagai hal unik dalam diri sebagai pelengkap bagi teman kampus atau teman kantor yang kalau dilihat memang harus sefrekuensi agar pas lagi ngobrol pun lebih seru. Tetapi kalau beda teman, beda sifat dan beda kemampuan pun lebih baik saling melengkapi daripada saling membanding-bandingi.
  7. Kurangi share tentang rendah diri di sosial media. Tak masalah kalau kalian mempunyai kekurangan dalam diri masing-masing. Tetapi kalian tak perlu ungkapkan ke sosial media dengan alasan apapun. Sebab ujung-ujungnya kalian akan merendahkan diri baik dari segi finansial, fisik, mental, maupun skill dan yang ada malah kalian jadi insecure.

Kalau sumber masalah memang dari orang sekitarmu yang negatif, coba tempatkan dirimu di sekitar orang-orang yang suportif dan positif yang mengingatkan kamu tentang bagaimana seharusnya kamu memperlakukan diri sendiri. Semangat yaa teman-teman.


Penulis : : Hafiz Abdul Jabbar

Referensi:

Journal of Education and Counseling, Vol. 1, No. 1, Desember 2020, Hlm. 1 – 7

https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/inferiority-complex/

https://www.urbanasia.com/5-tips-mengatasi-inferiority-complex-di-tempat-kerja-U52211