Manusia, sebagai makhluk sosial, secara alami membutuhkan kehadiran orang lain di sekitarnya untuk menjalani kehidupannya. Dalam perjalanan hidupnya, manusia selalu berupaya untuk mencari dan hidup bersama, guna meningkatkan peluang bertahan hidup. Seiring berjalannya waktu, berbagai komunitas terbentuk di seluruh penjuru dunia. Terkadang, satu komunitas bertemu dengan komunitas lain, yang kemudian membentuk hubungan yang beragam. Beberapa menjalin hubungan yang harmonis, sementara yang lain menghadapi tantangan dalam interaksi mereka. Dengan demikian, perlahan tetapi pasti, seluruh komunitas di dunia mulai saling terhubung satu sama lain.
Setelah manusia mencapai era revolusi di berbagai bidang dan seluruh dunia terhubung satu sama lain, ia mulai menengadah ke langit, bertanya-tanya, “Adakah kehidupan di sana?” Pertanyaan tentang kehidupan di luar bumi selalu menjadi salah satu teka-teki terbesar yang dihadapi umat manusia. Dalam semesta yang begitu luas dan penuh misteri, adakah makhluk lain yang mendiami planet-planet jauh? Pertanyaan ini bukan hanya menjadi bahan diskusi bagi para ilmuwan, tetapi juga menggugah pemikiran teolog dan cendekiawan dari berbagai tradisi keagamaan.
Penulis merasa terheran-heran saat membaca buku “Wahyu, Rasionalitas, Pengetahuan, dan Kebenaran” karya Hz. Mirza Tahir Ahmad ra.. Dalam buku tersebut, beliau menjelaskan beberapa ayat Al-Qur’an yang merujuk pada eksistensi makhluk lain di luar bumi. Salah satunya berbunyi:
وَمِنۡ ءَايٰتِهِ خَلۡقُ ٱلسَّمٰوٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِن دَآبَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمۡعِهِمۡ إِذَا يَشَآءُ قَدِيرٌ
“Dari antara tanda-tanda-Nya adalah penciptaan seluruh langit dan bumi, dan penciptaan segala mahluk hidup (da’bbah) yang telah disebarkan-Nya di dalam keduanya…” (Asy-Syura:30)
Beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata دَآبَّةٍ mencakup segala hewan yang bergerak atau melata di permukaan tanah. Penggunaan kata ini tidak merujuk pada makhluk spiritual seperti malaikat, karena istilah ini khusus untuk makhluk jasmani. Kemudian, kata جَمۡعِهِمۡ secara spesifik berbicara tentang pengumpulan kehidupan di bumi maupun di tempat lain. Kata ini juga mengandung arti kontak fisik maupun komunikasi. Dengan demikian, Al-Qur’an menubuatkan bahwa suatu hari nanti manusia akan bertemu dan melakukan kontak dengan kehidupan lain di luar sana.
Setelah mengetahui kepastian adanya eksistensi makhluk di luar bumi, penulis mulai bertanya-tanya: Jika memang ada kehidupan di luar sana, bagaimana cara kita mengetahuinya? Berbagai pihak telah berusaha keras untuk mencari jawaban atas pertanyaan ini. Salah satu upaya yang dilakukan manusia adalah dengan meluncurkan teleskop raksasa, seperti Hubble dan James Webb, untuk mengamati planet-planet di luar tata surya kita. Namun, hingga saat ini, belum ada bukti yang konkret mengenai keberadaan makhluk-makhluk tersebut.
Namun, penulis menemukan suatu pendekatan ilmiah yang unik, yaitu Skala Kardashev, yang dapat digunakan untuk memperkirakan kemajuan peradaban makhluk di luar bumi. Pendekatan ini mengklasifikasikan peradaban berdasarkan tingkat pemanfaatan energi yang mereka miliki. Skala ini dibuat oleh astrofisikawan Soviet, Nikolai Kardashev, pada tahun 1964. Skala ini memiliki tiga kategori utama yang mengindikasikan tingkat kemajuan peradaban berdasarkan pemanfaatan energi:
- Peradaban Tipe I: Peradaban ini mampu memanfaatkan semua energi yang tersedia di planetnya, termasuk sumber daya alam seperti angin, air, dan panas bumi. Dalam istilah ini, peradaban Tipe I dapat mengelola dan menggunakan energi secara efisien untuk memenuhi kebutuhan seluruh penghuninya.
- Peradaban Tipe II: Peradaban ini dapat memanfaatkan semua energi yang dipancarkan oleh bintangnya. Ini termasuk pembangunan struktur besar seperti Dyson Sphere, yang dirancang untuk menangkap energi maksimum dari matahari mereka.
- Peradaban Tipe III: Peradaban ini memiliki kemampuan untuk memanfaatkan energi pada tingkat galaksi, artinya mereka dapat mengontrol dan menggunakan energi dari seluruh bintang dalam galaksi mereka.
Sekarang, penulis akan menjelaskan hal ini agar lebih mudah dipahami. Peradaban manusia yang berkembang pesat saat ini memiliki nilai sekitar 0.7 dalam Skala Kardashev. Ini menunjukkan bahwa kita belum sepenuhnya memanfaatkan seluruh energi yang tersedia di planet kita, meskipun telah mencapai kemajuan signifikan dalam teknologi dan penggunaan energi, termasuk energi terbarukan. Berikut adalah penjelasan sederhananya:
Peradaban Tipe I (Planetary Civilization)
Jika peradaban makhluk di luar sana telah mencapai tahap ini, kita dapat mendeteksi teknologi mereka melalui pola atmosfer, satelit, atau sinyal radio. Bahkan, planet mereka akan terlihat mencolok berkat kemajuan teknologi yang mereka miliki. Peradaban ini juga telah mampu mengatasi masalah sosial seperti kelaparan, kemiskinan atau ketidaksetaraan dengan efisiensi yang lebih tinggi. Dalam hal energi, mereka mampu menghasilkan energi sekitar 1016 watt. Sebagai perbandingan, menurut Our World in Data, total konsumsi energi dunia saat ini adalah sekitar 18 terawatt, atau sekitar 1.8×1013 watt. Dengan demikian, 1016 watt setara dengan sekitar 5 hingga 6 kali total konsumsi energi global saat ini.
Jika kita bertemu atau melakukan kontak dengan peradaban tipe I, peluang untuk mendapatkan manfaat kemungkinan jauh lebih besar daripada ancamannya. Meskipun mereka lebih maju dari kita, perbedaannya tidak terlalu jauh sehingga kesenjangan teknologi masih bisa dijembatani. Hal ini dapat dianalogikan dengan hubungan antara negara berkembang dan negara maju. Potensi kolaborasi dalam berbagai bidang, seperti teknologi energi dan komunikasi, sangat tinggi. Kerja sama dengan peradaban ini bisa membuka jalan bagi inovasi besar, sambil memperkaya pemahaman kita tentang alam semesta.
Peradaban Tipe II (Stellar Civilization)
Jika mereka merupakan peradaban tipe II, maka akan jauh lebih mudah terdeteksi oleh teleskop yang kita miliki saat ini. Peradaban ini telah memanfaatkan seluruh energi dari bintang mereka. Bayangkan sebuah struktur raksasa yang mengelilingi sebuah bintang—struktur ini dikenal sebagai Dyson Sphere. Dyson Sphere adalah konsep yang diusulkan oleh fisikawan Freeman Dyson, yang menggambarkan cara peradaban tingkat lanjut dapat mengumpulkan energi dari bintang mereka secara maksimal. Mereka dapat menghasilkan energi sekitar 1026 watt, yang berarti energi ini jauh lebih besar dari total konsumsi energi kita saat ini. Untuk memberikan gambaran, 1026 watt adalah sekitar 10 juta kali lipat dari total konsumsi energi global saat ini.
![](https://rajapena.org/files/wp-content/uploads/img-1024x588.png)
(Contoh model Dyson Sphere yang dirancang untuk memanfaatkan energi dari sebuah bintang)
Jika kita menjalin kontak dengan peradaban Tipe II, ada kemungkinan besar bahwa kita akan menghadapi ancaman serius. Kemajuan teknologi mereka sangat jauh melampaui apa yang kita miliki, sehingga kita akan kesulitan memahami tujuan atau motif mereka. Hal ini bisa dianalogikan dengan suku pedalaman yang berusaha memahami kehidupan masyarakat negara maju. Bagi peradaban Tipe II, kita mungkin terlihat tidak signifikan, sama seperti suku pedalaman yang seringkali diabaikan dalam konteks kehidupan modern. Alih-alih menjalin kemitraan, mereka mungkin memandang kita sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi, atau bahkan sebagai ancaman yang perlu dihilangkan jika kita tidak sejalan dengan kepentingan mereka. Namun, jika kita dapat menjalin komunikasi yang efektif, terdapat peluang untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan dengan mereka.
Peradaban Tipe III (Galactic Civilization)
Jika peradaban mereka termasuk dalam kategori tipe III, penulis berharap mereka tidak berada di galaksi kita saat ini. Mengapa? Jika mereka memang peradaban tipe III, kita kemungkinan besar akan dianggap sepele, seperti semut di mata mereka. Dalam pandangan mereka, kita mungkin tampak tidak berarti atau bahkan tidak relevan. Dalam konteks ini, mereka dapat bertindak sesuka hati, tanpa mempertimbangkan dampak yang mungkin timbul terhadap kehidupan manusia. Ini adalah sebuah peradaban dimana mereka mampu memanfaatkan seluruh energi yang ada di galaksinya secara optimal. Mereka dapat menghasilkan energi sekitar 1036 watt, yang setara dengan sekitar satu triliun kali lebih besar dari total konsumsi energi global saat ini, menjadikan mereka entitas yang sangat kuat dalam skala kosmik. Teknologi mereka pasti akan mudah terdeteksi oleh perangkat kita saat ini, dan galaksi tersebut akan ramai dengan jejak keberadaan mereka.
Jika kita menjalin kontak dengan peradaban tipe III, kemungkinan besar kita akan mengalami kehancuran atau dieksploitasi layaknya budak. Dengan teknologi yang jauh lebih maju, mereka memiliki kemampuan untuk menghancurkan atau mengubah planet kita tanpa merasa perlu memberikan perhatian atau pertimbangan terhadap kehidupan yang ada. Interaksi dengan mereka bisa menjadi sangat tidak seimbang, karena perbedaan antara kita dan mereka jauh melampaui pemahaman manusia. Peradaban yang memiliki kemampuan luar biasa ini mungkin tidak memiliki pemahaman yang sama tentang etika dan moral, sehingga mereka dapat memperlakukan makhluk hidup lain dengan cara yang sangat tidak manusiawi.
Skenario yang Mungkin
Dari semua tipe peradaban, mana yang memiliki kemungkinan terbesar? Apakah kehidupan di luar sana telah mencapai Tipe II atau belum? Berdasarkan data yang ada, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada entitas dengan tingkat peradaban II atau III. Jika memang ada atau pernah ada di masa lalu, kita pasti tidak akan melewatkannya; teknologi mereka seharusnya tersebar di mana-mana. Sisa-sisa dari struktur raksasa di bintang-bintang atau planet-planet pasti akan terdeteksi. Tidak mungkin kita melewatkan keberadaan teknologi canggih seperti itu. Dengan perangkat yang kita miliki saat ini, tidak ada indikasi bahwa teknologi semacam itu telah ditemukan. Oleh karena itu, kemungkinan besar kehidupan di luar sana berada dalam kisaran 0.5 hingga 1.5, atau mungkin mereka masih berada dalam tahap peradaban primitif. Bahkan, ada kemungkinan mereka sedang dalam proses evolusi menuju bentuk organisme yang lebih cerdas, seperti Homo sapiens.
Penulis beranggapan bahwa peradaban manusia adalah yang paling maju di antara semua. Dalam Surat At-Tin ayat 5 disebutkan:
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنْسَانَ فِي أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk”
Ini menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk dengan desain yang optimal. Oleh karena itu, ada kemungkinan besar bahwa bentuk kehidupan di luar sana tidak akan lebih maju dari kita. Bahkan, bisa jadi bentuk kehidupan tersebut hanya setara dengan hewan atau tumbuhan. Jawaban pasti mengenai hal ini hanya waktu yang dapat menjawab. Semoga kita diberikan umur panjang untuk menyaksikan kehidupan di luar bumi.
Oleh : Ilham Sayyid Ahmad