Menyambut Keistimewaan Ramadhan yang Tak Lekang oleh Waktu

214

“Ramadhan tiba,, marhaban yaa Ramadhan.”

                Kiranya sebaris kalimat ini mulai ramah di telinga, mengingat Ramadhan tak lama lagi hadir di depan mata. Persiapan menyambut Ramadhan pun kiranya dilakukan oleh berbagai Muslim di belahan dunia, begitupun di tanah air tercinta. Berbagai tradisi berbau khas menyambut Ramadhan disajikan dengan berbagai macam warna sesuai dengan daerahnya. Sebut saja Munggahan, tradisi yang berasal dari daerah Jawa Barat ini menjadi penanda tersendiri menyambut bulan suci Ramadhan.

                Lalu, persiapan apakah yang sebaiknya dilaksanakan oleh umat Muslim untuk menyambut bulan Ramadhan? Setelah beberapa bulan terakhir ini hidup diwarnai dengan berbagai macam kesibukan duniawi, akankah Ramadhan ini juga terwarnai dengan hal yang sama? Padahal, Ramadhan hadir dengan berbagai keistimewaan yang dijanjikan langsung oleh Allah Swt. Sebagaimana Rasulullah Saw memberikan kabar gembira terkait hadirnya Bulan Ramadhan.

                Rasulullah Saw bersabda:

                “Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kepada kamu sekalian untuk berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka dan pintu neraka Jahanam dikunci, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan itu ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Maka siapa yang tidak berusaha untuk mendapatkan kebaikannya, maka luputlah semua kebaikannya.

                Kabar suka datangnya Ramadhan yang telah lama disabdakan oleh Rasullah Saw nampaknya menjadikan umat Muslim menyambut kedatangannya dengan penuh suka cita. Tak pelak Masjid-Masjid yang biasanya tak terlalu ramai, seketika menjadi ramai dipenuhi hamba-hamba Tuhan yang ingin “kembali” kepada-Nya. Kegiatan Islami berbau khas Ramadhan pun kiranya sudah mulai ada dalam benak umat muslim untuk mengisi Ramadhannya agar tak sia-sia. Al-Qur’an yang terkadang berdebu karena luput tersentuh akibat kesibukan dunia, pada saat Ramadhan pun tak luput dibaca setiap harinya untuk mengejar Khatam di Bulan Suci. Belum lagi tradisi berbagi di bulan suci, seolah menjadi hal yang membahagiakan baik bagi yang memberi maupun yang menerima.

                Ahh indahnya, benar-benar bulan yang penuh dengan keberkahan, yang memantik hamba-Nya untuk senantiasa kembali kepada tujuan peciptaannya yaitu beribadah kepada-Nya.(Surat Adz-Dzariyat ayat 56). Namun, sebagaimana hidup yang tak akan mungkin lepas dari ujian, di pertengahan Ramadhan, alih-alih semakin kuat daya tarik menuju kesibukan rohani, godaan duniawi kiranya sulit untuk ditampikan. Persiapan menyambut Idul Fitri, kebutuhan jasmani dari “kue, baju, hingga ketupat lebaran”, menjadi suatu hal yang tak terbantahkan untuk menjadi beban fikiran. Belum lagi tradisi mudik yang mau tidak mau cukup menguras segalanya, tentu membutuhkan persiapan yang matang. Hal ini tak kerap membuat pertengahan Ramadhan hingga menuju akhir Ramadhan menjadikan “Rumah Allah Ta’ala” menjadi berkurang keramaiannya.

                Miris memang, padahal sejatinya Ramadhan ini hadir menjadi “magnet” tersendiri untuk para hambanya “kembali” kehadirat Ilahi. Dan sejatinya tak sekadar di awal Ramadhan, namun berlangsung selama Ramadhan hingga bulan-bulan selanjutnya. Karena Ramadhan realitanya hadir sebagai ajang untuk berlatih kembali, apa tujuan manusia diciptakan di bumi ini. Ya, selain berkah, pahala, hingga pengabulan do’a yang tak terhitung banyaknya di bulan Ramadhan, tanpa disadari dengan berbagai kegiatan-kegiatan rohani, menjadi sarana tersendiri untuk mendekatkan diri kehadirat Ilahi. Sebagaimana pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hz.Mirza Masroor Ahmad Aba bersabda:

                “Ramadhan ini kembali memberikan peluang kepada kita bahwa kita harus tunduk di hadapan Tuhan sebagaimana selayaknya kita harus tunduk (setia) kepada-Nya. Kita harus beribadah pada-Nya sebagaimana seharusnya kita harus melakukan ibadah pada-Nya, maka Allah pasti akan menjawab doa-doa kita. Dan kita berjanji bahwa untuk masa yang akan datang kita senantiasa akan lebih menghidupkan (meningkatkan) ibadah- ibadah kita.

                Ya, sebagaimana seharusnya manusia menjadi hamba-Nya yang tunduk, taat, hingga beribadah kepada Penciptanya, Ramadhan ini menjadi ajang pemenuhan kewajiban sebagai hamba Allah Ta’ala. Dan tak hanya dilakukan di awal Ramadhan. Pemenuhan kewajiban ini mau tidak mau sejatinya harus dilakukan selama Ramadhan hingga pada bulan-bulan setelahnya.

                Euforia semarak menyambut Ramadhan mudah-mudahan tak sekadar hingar bingar yang dapat dirasakan di awal hingga pertengahan Ramadhan. Ujian kebahagiaan ataupun mungkin kesedihan yangg menjadi beban fikiran untuk mempersiapkan kebutuhan jasmani Idul Fitri sejatinya tak menjadikan pertengahan Ramadhan kembali menjadi seperti hari biasa, dengan kepenatan memenuhi kebutuhan duniawi. Jangan sampai berkah Ramadhan terlepas begitu saja. Karena keistimewaan Ramadhan akan terus berlangsung selama dia hadir. Dan akan menjadi suatu realita yang tak terbantahkan Ramadhan menjadi berkah yang tak ternilai harganya, ketika Ramadhan itu pergi, kuantitas hingga kualitas ibadah manusia kepada hamba-Nya akan terus berlangsung, tak lekang oleh waktu. Mari sambut dan siapkan Ramadhan dengan berbagai kegiatan yang diinginkan oleh Allah Ta’ala. Terus lakukan semata demi Ridha-Nya untuk melakukan pemenuhan kewajiban sebagai hamba-Nya. Tetap istiqamah selama Ramadhan berlangsung bahkan ketika dia pergi meninggalkan. Dengannya, niscaya Ramadhan menjadi keindahan hingga keistimewaan yang dapat dirasakan tak lekang oleh waktu.


Oleh : Mutia Siddiqa Muhsin

Sumber:
https://ahmadiyah.id/cara-memperoleh-kedekatan-allah-taala.html
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6616956/hadits-tentang-menyambut-bulan-ramadhan-apa-yang-harus-dilakukan
https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/tradisi-unik-menyambut-ramadan-dari-berbagai-daerah-diindonesiaaja

Sumber Gambar: Generated with AI (https://gencraft.com/)