Meraih Ied yang Hakiki melalui Cinta

459

Ramai riuh persiapan menyambut hari yang dinantikan mulai terasa dimana-mana. Tradisi hari lebaran di Indonesia dengan berbagai ornamennya begitu memanjakan dan tentunya membahagiakan. Tak sekedar ketupat juga kue lebaran, mudik ke kampung halaman, gema takbiran, hingga silaturahmi idul-fitri begitu dirindukan. Kebahagiaan jasmani memang tak dilarang, namun adakah kebahagiaan Ied yang tak lekang oleh waktu? Yang tak hanya dapat dirasakan oleh jasmani namun juga rohani, yang berlangsung lama dan berdampak pada diri.

Huqūqullāh  dan huqūqul-‘ibād sejatinya menjadi jawaban yang tak dapat dielakan. Ramadhan yang telah dilewati bersama sebagai sarana untuk berlatih menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Allah Ta’ala, dan tentunya dengan sesama, sejatinya dapat melahirkan kebahagiaan yang tak ternilai ketika berakhirnya Ramadhan, Huqūqullāh  dan huqūqul-‘ibād pun masih dapat membekas bahkan tetap dilaksanakan dengan baik. Bagaimana hubungan dengan Allah Ta’ala dapat tetap terjaga tanpa terganggu berbagai tradisi lebaran yang begitu menggoda. Hingga kedepannya, hubungan baiknya pun dapat terus terjaga semata demi Ridha-Nya. Begitupun hubungan antara sesama manusia, selama Ramadhan hingga hari raya yang sudah diasah dengan begitu indah, dapat terjaga selamanya. Mari menelisik bagaimana pemenuhan Huqūqullāh  dan huqūqul-‘ibād yang menjadi sarana untuk meraih kebahagiaan hakiki pada hari Ied.

Huqūqullāh

Memenuhi hak-hak Allah Ta’ala menjadi kewajiban tersendiri bagi hamba-Nya. Banyak amalan yang harus dilakukan untuk memenuhinya. Namun, amalan tersebut tentunya dapat dilakukan dengan landasan cinta kepada-Nya. Dengan cinta, tak ada lagi syarat bahkan alasan untuk melepaskan kewajiban dalam pemenuhan hak kepada Allah Ta’ala.

Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Masih Mau’ud as menyampaikan terkait kecintaan kepada Allah Ta’ala:
“Seorang muslim sejati itu mencintai Allah dengan mengatakan dan percaya bahwa, “Dia adalah kekasihKu, Pelindungku, Khalikku, Muhsinku dan ia meletakkan kepalanyaa di gerbang singgasana-Nya. Apabila dikatakan pada seorang muslim sejati bahwa ia tak akan diberi sama sekali ganjaran untuk amal-amal ini dan tak ada surga maupun neraka, tidak ada keleluasaan dan kelezatan-kelezatan, sekali-kali tidak akan mampu meninggalkan amal-amal salehnya dan tidak pernah meninggalkan kecintaan pada Allah karena ibadah-ibadahnya, hubungannya dengan Allah Ta’ala dan kefanaannya dalam mentaati Allah Ta’ala tidak mengharapkan ganjaran.”

Begitu penting seorang muslim sejati meraih kecintaan sedalam ini. Kecintaan yang begitu tinggi kepada Allah Ta’ala tentunya menjadi kebahagiaan yang tak lekang oleh waktu. Yang tak hanya sekedar menantikan ganjaran dari amalan yang dilakukan. Namun hanya semata kecintaan kepada-Nya, amalan tetap terus dilakukan

Huqūqul-‘ibād

Memenuhi hak-hak sesama juga menjadi kewajiban tersendiri sebagai umat manusia. Bagaimana hubungan yang baik dapat terjaga kepada sesama. Rasulullah Saw bersabda terkait hubungan antara sesama manusia:

Saling cinta mencintailah satu sama lain dan berdoalah bagi sebagian kalian yang lainnya tanpa sepengetahuan mereka. Sesungguhnya seseorang yang berdoa bagi saudaranya di luar pengetahuan mereka, maka malaikat akan berkata: “Untukmu adalah sebanding doa yang kau panjatkan”

Mencintai sesama tentunya akan menciptakan hubungan juga perbuatan yang baik antara sesama. Dengan cinta, perselisihan antara sesama  tentu dapat diredam. Pemenuhan hak kepada sesama pun akan terasa lebih indah. Juga dalam do’a, tersisip untuk sesama, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.

Huqūqullāh  dan huqūqul-‘ibād sekilas sederhana, namun sejatinya kaya akan makna, juga butuh pengamalan yang begitu luar biasa. Kecintaan yang menjadi landasan keduanya, tanpa disadari akan dapat meringankan pengamalannya. Ya, cinta kepada Allah Ta’ala, juga cinta kepada sesama sejatinya menjadi formula untuk meraih kebahagian Ied yang hakiki. Dengan cinta, segala amalan yang harus dilakukan untuk memenuhi hak Allah Ta’ala dan hak sesama hamba, dapat terasa lebih mudah juga lebih indah. Kiranya memang tak semudah yang diucapkan, namun, Ramadhan yang menjadi sarana latihan yang telah dilewati bersama, dapat melahirkan kebahagiaan Ied yang tak lekang oleh waktu, ketika Huqūqullāh  dan huqūqul-‘ibād dapat tetap terjaga, dan terus dilaksanakan semata demi Ridha-Nya.


Ditulis Oleh : Mutia Siddiqa Muhsin

Referensi: 
https://ahmadiyah.id/pembahasan-id-hakiki-ketakwaan-esensi-sejati.html
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6061405/ketupat-dan-6-tradisi-lebaran-yang-dilakukan-masyarakat-indonesia
Sumber gambar : freepik.com