Setelah membacakan Tashahhud, Ta’awudz, dan Surat Al-Fatihah, Hazrat Khalifatul Masih V (aba) menyampaikan bahwa beliau akan menceritakan beberapa anggota Jemaat yang baru saja meninggal dunia belum lama ini.
Yang Mulia (aba) mengutarakan[A1] bahwa mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan memiliki tingkat pendidikan yang berbeda pula, namun mereka memiliki satu kesamaan; mereka memenuhi janjinya untuk mengedepankan kepentingan agama di atas kepentingan dunia, memenuhi janji bai’at mereka (kesetiaan kepada Masih Mau’ud (as)), dan memperlihatkan kesetiaan sejati kepada Khilafat. Mereka mengkhidmati kemanusiaan dan dengan kepribadian yang khasnya memperlihatkan ajaran Islam sejati yang indah. Inilah yang menjadi kesamaan mereka.
Yang Mulia Huzur (aba) mengatakan bahwa dengan mendengarkan cerita-cerita mereka, keimanan menjadi bertambah kuat bahwa hanya dengan mengikatkan diri dengan Masih Mau’ud (as) lah jalinan hubungan sejati antara manusia dan Tuhan akan tercipta, membangun keimanan yang kuat akan keberadaan Tuhan Yang Hidup.
Zulfikar Ahmad Sahib
Orang pertama yang diceritakan Huzur (aba) adalah Yang Mulia Zulfikar Ahmad Sahib, seorang Mubaligh dari Indonesia yang meninggal dunia pada tanggal 21 April 2020 pada usia 42 tahun. Beliau telah berkhidmat sebagai Mubaligh pada beberapa wilayah selama 18 tahun. Beliau meninggalkan seorang istri dan empat orang anak.
Yang Mulia Huzur (aba) mengatakan bahwa beliau adalah seorang Mubaligh yang sangat sukses. Beliau sangat baik dan ramah kepada setiap orang yang ditemuinya. Beliau tidak pernah banyak mengeluh, sebaliknya beliau mengatakan bahwa kita seharusnya fokus kepada doa-doa kita. Huzur (aba) mengatakan bahwa inilah semangat waqaf yang sejati, bahwa apabila kita membutuhkan sesuatu, kita seharusnya tidak banyak mengeluh, tetapi sebaliknya harus banyak berdoa. Banyak orang menerima kebenaran Ahmadiyah melalui tabligh-tabligh beliau. Bahkan ketika beliau sedang sakit pun, beliau selalu mendahulukan pekerjaan Jemaat. Beliau juga melakukan perjalanan dengan perahu untuk membangun hubungan dengan ‘generasi Jemaat yang hilang’ yang tinggal di pulau-pulau kecil. Atas usahanya ini, empat keluarga telah menerima Ahmadiyah. Beliau mengutarakan[A2] bahwa selama beliau hidup, beliau akan sedapat mungkin mengambil bagian dalam semua program dan pekerjaan Jemaat. Huzur menyatakan bahwa inilah pengabdian hidup yang sejati, daripada mengeluh tentang ketidaknyamanan yang tidak seberapa. Beliau memiliki hasrat yang kuat untuk pergi ke Qadian, dan Allah Yang Mahakuasa telah memenuhinya tahun ini. Beliau sangat rendah hati; meskipun beliau lebih senior, beliau tidak akan sungkan untuk berkonsultasi dengan mereka yang lebih muda darinya. Beliau selalu berkata, jangan berputus asa, karena tugas kita hanyalah untuk menabur benih kebaikan melalui tabligh, mungkin orang lain yang datang kemudian yang akan menyaksikan benih ini membuahkan hasil. Beliau benar-benar telah memenuhi janji waqafnya dengan begitu indah.
Dr. Pir Muhammad Naqiuddin Sahib
Orang kedua yang diceritakan oleh Yang Mulia Huzur (aba) adalah Dr. Pir Muhammad Naqiuddin Sahib dari Islamabad, Pakistan, yang meninggal dunia pada tanggal 18 April 2020 pada usia 74 tahun akibat komplikasi Virus Corona. Beliau meninggalkan seorang istri, seorang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Keluarga beliau, baik dari garis keturunan beliau maupun istri beliau, adalah keturunan dari sahabat-sahabat Masih Mau’ud (as). Beliau memiliki klinik pengobatan yang sangat sukses dalam 25 sampai 30 tahun terakhir.
Yang Mulia Huzur (aba) menyebutkan bahwa beliau adalah seorang Qazi (hakim) untuk[A3] dua belas tahun terakhir yang selalu mendasarkan keputusan beliau pada Qur’an dan Hadits, dan semua pihak biasanya puas atas keputusan yang diambil oleh beliau. Beliau sangat baik dan hangat kepada semua orang. Beliau menjalani hidupnya untuk mengkhidmati kemanusiaan; pintu kliniknya selalu terbuka bagi mereka yang miskin dan membutuhkan, baik mereka itu dari kalangan Jemaat ataupun bukan. Suatu ketika beliau menceritakan kejadian ketika beliau lulus ujian MBBS[A4] , dan pergi menemui kakeknya Pir Mazharul Haq Sahib. Kakeknya menasihatinya bahwa ketika beliau memberikan resep obat untuk para pasiennya, beliau juga harus mendoakan mereka, sebagaimana telah dinasihatkan oleh Masih Mau’ud (as). Dr. Naqi mengatakan bahwa beliau telah menjadi dokter selama 50 tahun dan telah mempraktikkan nasihat ini setiap harinya, bahkan mendirikan dua shalat nafal setiap hari untuk para pasiennya. Yang Mulia Huzur (aba) menyampaikan bahwa praktik ini harus dapat diadopsi oleh semua dokter; bahwa bukan hanya menyandarkan pada usaha mereka semata, tetapi para dokter juga harus berdoa untuk kesembuhan para pasiennya. Dr. Naqi juga mendapatkan kesempatan untuk menolong banyak orang menerima Ahmadiyah melalui usahanya ini.
Yang Mulia Huzur (aba) menyebutkan bahwa Dr. Naqi memiliki hubungan yang dalam dengan Tuhan. Suatu waktu beliau tinggal sampai malam sekali di rumah anak perempuannya yang belum dikaruniai anak, dan dokter sudah tidak dapat berharap banyak. Akan tetapi, pada suatu pagi di dalam sholat, beliau mendapatkan suatu pemandangan kasyaf tentang seorang anak yang hampir terjatuh dari tempat tidurnya, kemudian beliau membungkuk untuk mengangkatnya. Tidak lama setelah melihat pemandangan ini, anak perempuannya dikaruniai seorang anak. Beliau juga melihat pemandangan kasyaf lain tentang siaran langsung Khotbah Jumat Khalifah, yang kemudian tergenapi dan dapat kita nikmati setiap minggu melalui MTA.
Yang Mulia Huzur (aba) menyampaikan bahwa bahkan ketika virus ini menyebar, beliau tidak berhenti untuk pergi ke kliniknya meskipun keluarganya melarangnya. Beliau mengutarakan[A5] bahwa jika dokter berdiam diri di rumah, maka apa yang akan terjadi pada para pasien? Sebagai dokter, mereka bertanggung jawab dan harus memberikan pelayanan, bukan mengambil keuntungan. Bahkan selama beliau sakit, beliau tetap pergi ke klinik untuk merawat pasien-pasiennya. Beliau memiliki pemahaman yang mendalam tentang Al Qur’an. Apabila ada masalah yang harus didiskusikan, beliau selalu mengacu pada Al Qur’an terlebih dahulu, mengemukakan ayat-ayat beserta terjemahannya.
Huzur (aba) mengemukakan bahwa Dr. Naqi memiliki kekuatan yang istimewa untuk memanggil orang kepada Tuhan. Beliau biasa mengundang orang-orang datang ke rumahnya pada hari terakhir Jalsah Salana UK, sehingga mereka dapat menyaksikan acara Bai’at Internasional. Beliau menerima mereka sebagai tamu Masih Mau’ud (as) dan memperlakukan mereka dengan sangat ramah. Beliau tidak tertarik pada kilau dunia, tetapi lebih tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan agama dan keimanan. Menurut beliau, bukanlah sesuatu yang hebat memperlakukan baik orang-orang yang baik kepada kita, tetapi moralitas sebenarnya nampak ketika kita dapat berbuat baik kepada orang yang tidak baik kepada kita. Huzur (aba) menyatakan bahwa inilah gambaran sebenarnya dari ajaran Islam.
Yang Mulia Huzur (aba) mengatakan bahwa lebih dari 50% pasien yang ditemuinya setiap hari tidak dikenakan biaya. Beliau selalu khawatir tentang orang-orang miskin, dan beliau bahkan mengambil alih tanggung jawab menyediakan kebutuhan bulanan beberapa keluarga. Apabila ada yang memintanya untuk menunjukkan tanda kebenaran Masih Mau’ud (as), beliau akan mengatakan bahwa beliau sendirilah tanda itu, dan melalui kepribadian beliau serta moralitas yang tinggi, beliau akan menampakkan sosok inspiratif yang mengagumkan. Huzur (aba) mengatakan bahwa inilah tanda dari seorang yang beriman sejati; seseorang yang mempunyai dampak positif terhadap orang-orang di sekitarnya, dan kemudian tampil sebagai tanda yang hidup akan kebenaran Masih Mau’ud (as).
Yang Mulia Huzur (as) menceritakan kejadian pada masa kecil Dr. Naqi. Suatu ketika, ibunda beliau bertanya kepada beliau apakah beliau sudah melaksanakan sholat. Karena beliau dalam keadaan setengah sadar dari tidur, beliau menjawab bahwa beliau sudah melaksankannya. Kemudian pada tengah malam ibunda beliau menghampirinya sambil menangis, dan berkata bahwa Tuhan telah menunjukkannya dalam kasyaf bahwa beliau belum melaksanakan sholat. Dr. Naqi kemudian berkata bahwa sejak hari itu, ketika beliau masih anak-anak, beliau tidak akan lalai dalam mendirikan sholat.
Ghulam Mustafa Sahib
Orang ketiga yang diceritakan oleh Huzur (aba) adalah Yang Mulia Ghulam Mustafa Sahib dari London, yang berkhidmat sebagai sukarelawan di kantor Private Secretary dan meninggal dunia pada tanggal 25 April 2020 pada usia 69 tahun karena komplikasi Virus Corona. Beliau meninggalkan seorang istri, dua anak perempuan dan satu anak laki-laki.
Yang Mulia Huzur (aba) mengutarakan[A6] bahwa Ghulam Mustafa Sahib menerima Ahmadiyah pada masa Khalifah Ketiga (rh). Meskipun beliau bukan seorang waqaf, beliau bekerja seperti seorang waqaf. Meskipun tidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, Tuhan telah menganugerahkan keberhasilan yang besar kepada beliau. Meskipun beliau bukan seorang waqaf, beliau selalu meminta izin terlebih dahulu sebelum pergi kemana saja mengerjakan bisnisnya. Ketika pertama kali beliau sampai di London, beliau tinggal di masjid. Beliau ditawari beberapa pekerjaan dan beliau menerimanya. Akan tetapi, kemudian beliau berpikir bahwa daripada mengerjakan pekerjaan ini, akan lebih baik berkhidmat di Langgar Khana. Oleh karena itu, beliau meninggalkan pekerjaannya untuk bekerja di Langgar Khana Masjid Fazl di London.
Huzur (aba) menyampaikan bahwa beliau selalu berada di baris terdepan dalam hal pengorbanan harta dan menasihati keluarganya untuk melakukan hal yang sama. Ketika ada seruan untuk melakukan pengorbanan harta, beliau akan memberikan apa saja yang sudah disimpannya, bahkan jika itu harus menyebabkan hidup dalam keadaan susah. Beliau satu-satunya ahmadi dalam keluarganya dan beliau berdoa agar tidak bergantung secara finansial kepada siapapun dalam keluarganya; beliau bahkan tidak mengambil bagian warisan yang ditinggalkan oleh ayahya. Tuhan mendengar doanya dan menyediakan segala kebutuhannya, bahkan justru beliau sendiri lah yang membantu anggota keluarganya. Beliau mengumpulkan dana Tabarruk di rumahnya supaya beliau dapat membagikannya kepada tamu-tamu Masih Mau’ud (as) yang menginap di rumah beliau selama Jalsa.
Yang Mulia huzur (aba) menceritakan bahwa beliau bersumpah bahwa beliau akan tinggal di mana saja Khalifah berada. Nasihat terakhirnya untuk putrinya yang kedua adalah untuk tetap berada dalam tali Jemaat, mendirikan sholat dan membaca Al-Qur’an, dan oleh karenanya semua masalahnya pasti akan beres[A7] . Apapun yang terjadi, beliau tidak pernah lalai dalam melaksanakan sholat. Beliau menasihati anak laki-lakinya bahwa apapun yang dia inginkan dalam hidup, hanya Tuhan lah yang dapat menyediakannya untuknya. Bahkan selama beliau sakit, beliau berdiri untuk melaksanakan sholat, dan menasihatkan untuk selalu mendirikan sholat secara berjamaah. Beliau selalu berkata bahwa keimanan harus didahulukan. Sebelum mengalami koma, kata-kata terakhirnya kepada anak laki-lakinya adalah untuk memastikan bahwa candahnya dibayar penuh dan menasihatinya untuk selalu membayar candah setiap awal bulan.
Yang Mulia Huzur (aba) menyebutkan bahwa beliau sangat ramah; beliau biasa membawa tamu ke rumahnya hampir setiap hari, dan selama Jalsa ada banyak tamu yang datang dan pergi setiap jamnya dalam sehari. Beliau telah berhasil menjalankan bisnisnya dengan baik tetapi beliau tidak pernah melewatkan sholat. Dikatakan bahwa beliau sangat menyukai tiga hal; Sholat, Khilafat dan menjadi orang yang ramah. Beliau menerima Ahmadiyah setelah mendapat mimpi yang di dalamnya Khalifah Ketiga (rh) mengutarakan bahwa Khalifah membutuhkan dua anak muda dan kemudian menunjuk beliau. Beliau diberi karunia untuk melaksanakan Umroh dan Haji. Dokternya menceritakan bahwa bahkan di hari-hari terakhir sakitnya, beliau damai dalam Decree of God. Ketika diberi tahu bahwa beliau tidak dapat sembuh dari sakitnya, tapi beliau tidak menampakkan kesedihan atau kemurungan, sebaliknya beliau memperlihatkan keberserahdiriannya terhadap kehendak Ilahi.
Yang Mulia Huzur (aba) berdoa semoga Allah mengangkat derajat semua almarhum. Semoga Dia memberikan ganjaran atas pengabdian yang luar biasa yang telah mereka tunjukkan. Mereka syahid. Semoga Allah memelihara keturunan-keturunannya dan memberikan kekuatan untuk senantiasa menghidupkan kebaikan-kebaikan yang telah mereka lakukan.(diterjemahkan oleh VQ)