Mata yang kita miliki adalah mata visual. Ia hanya mampu melihat sesuatu secara fisik saja. Inilah sebabnya kita sering mengabaikan hal-hal kecil dan sederhana. Kita tertipu oleh persepsi kita sendiri, menganggap sesuatu yang kecil hanya memiliki potensi kecil. Padahal, di balik setiap hal sederhana, tersembunyi potensi besar yang sering luput dari pandangan. Sesungguhnya, segala sesuatu yang besar selalu berakar pada hal-hal kecil dan sederhana. Dalam tulisan ini penulis akan mencoba menunjukkan bahwa sesuatu yang besar dan penuh makna, disebabkan oleh sesuatu hal yang sederhana.
Ada istilah yang disebut sebagai The Butterfly Effect, sebuah fenomena matematis yang menjelaskan bahwa perubahan kecil dalam satu keadaan dari suatu sistem nonlinier deterministik[1] dapat memicu perubahan besar pada hasil akhirnya. Secara sederhana, ini berarti perubahan kecil di suatu tempat dapat memicu perubahan besar di tempat lain. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli meteorologi, Edward Lorenz.
Latar belakang istilah ituberawal pada tahun 1960-an, ketika para ahli meteorologi pertama kali mencoba meramal cuaca menggunakan komputer, karena pada masa itu komputer berkembang pesat. Salah satu pionir dalam peramalan cuaca menggun akan komputer adalah Edward Lorenz. Dia membuat sebuah program komputer untuk mensimulasikan cuaca dengan menggunakan 3 variabel utama, seperti temperatur, tekanan udara dan kecepatan angin.[2] Dengan data tersebut, dia berharap bisa mer amalkan cuaca untuk beberapa waktu ke depan.
Suatu hari, Lorenz memulai simulasi pertama dan memperoleh hasil tertentu. Untuk memastikan, dia menjalankan simulasi kedua, tetapi kali ini dia tidak memulainya dari awal. Dia menggunakan data dari simulasi pertama sebagai titik awal, membulatkan nilai input dari enam angka desimal menjadi tiga. Saat kembali dari istirahat, dia terkejut melihat bahwa hasil grafik simulasi kedua sangat berbeda dari yang pertama. Awalnya, dia mengira komputernya rusak, tetapi akhirnya menyadari bahwa perubahan kecil pada data awal menyebabkan perbedaan besar—menunjukkan bahwa sistem atmosfer sangat sensitif terhadap kondisi awal, yang kemudian dikenal sebagai The Butterfly Effect.
Hasil dari grafik itu merepresentasikan kondisi cuaca, seperti hujan atau cerah. Fakta bahwa perbedaan kecil dalam data awal dapat menghasilkan perubahan besar menunjukkan bahwa sistem cuaca memiliki sifat yang sangat sensitif, sehingga sulit untuk diprediksi secara akurat dalam jangka panjang. Hingga pada tahun 1972, Edward Lorenz menyampaikan sebuah presentasi di pertemuan American Association for the Advancement of Science berjudul Predictability: Does the Flap of a Butterfly’s Wings in Brazil Set Off a Tornado in Texas?[3] Presentasi ini memperkenalkan istilah “The Butterfly Effect” yang menggambarkan bagaimana perubahan kecil dalam sistem kompleks dapat menghasilkan dampak besar. Temuan ini mengajarkan kita bahwa dalam sistem yang kompleks, perubahan kecil dapat memicu dampak besar yang tak terduga, memperkuat gagasan bahwa bahkan hal-hal kecil memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan besar.
Menariknya, fenomena ini sudah disinggung oleh Alquran 1400 tahun yang lalu. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Zalzalah ayat 8-9:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ۔ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ۔
“Maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat zarah ia akan melihatnya. Dan barangsiapa berbuat keburukan seberat zarah ia akan melihatnya.”
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menegaskan bahwa setiap tindakan, bahkan sekecil atom sekalipun, memiliki konsekuensi dan akan terlihat pada akhirnya. Ini mengingatkan kita bahwa setiap perbuatan, bahkan yang tampak sangat kecil, dapat memiliki dampak yang luas, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi perubahan besar. Fenomena ini mencerminkan prinsip keterhubungan dalam alam semesta, di mana setiap tindakan, meski sekecil atom, dapat mempengaruhi banyak hal. Sebagaimana yang digambarkan dalam teori The Butterfly Effect, yang menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam suatu sistem dapat memicu dampak besar yang tak terduga.
Untuk mempermudah visualisasi mengenai bagaimana sesuatu yang sederhana, sekecil atom sekalipun, dapat menciptakan dampak luar biasa, penulis akan merujuk pada metode yang dijelaskan oleh James Clear dalam bukunya Atomic Habits. Dalam bukunya, dia mengungkapkan bahwa jika kita menjadi 1% lebih baik setiap harinya, dalam waktu satu tahun kita akan menjadi 37 kali lebih baik. Perbaikan 1% sehari-hari mungkin tidak terasa, namun jika dilakukan secara konsisten selama 365 hari, dampaknya akan luar biasa. Mari kita coba perhitungan sederhananya. Anggap nilai diri kita saat ini adalah 1. Perbaikan 1% berarti menambah nilai sebesar 0,01 pada diri kita. Jika kita lakukan ini selama satu tahun, maka hasil akhirnya adalah 1,01^365 = 37,78. Sebaliknya, jika kita semakin buruk 1% setiap harinya, kita mengurangi nilai diri kita sebesar 0,01. Jika ini terus berlangsung selama setahun, maka hasilnya adalah 0,99^365 = 0,025. Perhitungan ini menggunakan rumus pertumbuhan eksponensial, yaitu A=P(1+r)n di mana:
- A adalah nilai akhir setelah perubahan,
- P adalah nilai awal (dalam kasus ini adalah 1),
- r adalah tingkat perubahan (dalam kasus ini 1% atau 0,01),
- n adalah jumlah periode (365 hari dalam setahun).
Jika kita membuat grafik berdasarkan persamaan ini, maka grafiknya akan berbentuk seperti ini:

Secara matematis, meskipun perubahan 1% tampak kecil setiap hari, jika dilakukan secara konsisten, efeknya akan menjadi semakin nyata. Ini menunjukkan betapa pentingnya kebiasaan yang kita bentuk setiap hari, baik itu positif maupun negatif, karena dapat berdampak besar pada hidup kita dalam jangka panjang. Dengan pendekatan ini, kita dapat lebih memahami bagaimana perbuatan sekecil atom sekalipun dapat menghasilkan dampak yang signifikan.
Selanjutnya, penulis akan mengemukakan sebuah contoh nyata yang menunjukkan bahwa perbuatan yang tampak sederhana dapat mengarah pada perubahan besar yang penuh makna. Salah satunya adalah kisah Nabi Musa as. yang diabadikan dalam surah Al-Qasas ayat 7-13. Secara singkat, kisah Nabi Musa as. dimulai dengan perintah dari Firaun untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari Bani Israil karena takut terhadap potensi ancaman yang datang dari mereka. Ibunda Nabi Musa as., yang sangat mencintai anaknya, merasa cemas dan bingung bagaimana cara menyelamatkannya. Dalam keputusasaannya, Allah Ta’ala memberinya wahyu untuk meletakkannya dalam sebuah peti kecil dan melemparkannya ke sungai Nil. Peti kecil itu, meskipun tampak sepele dan sangat kecil, akhirnya terdampar di tempat yang sangat krusial, yaitu istana Firaun.
Kisah ini berlanjut dengan Firaun yang tidak menyadari bahwa anak yang ditemukan dalam peti itu adalah ancaman besar bagi kekuasaannya. Putri Firaun yang menemukannya memutuskan untuk merawatnya, dan dengan pertolongan Allah Ta’ala, Nabi Musa as. tumbuh besar di istana Firaun itu. Kemudian, dalam perjalanan hidupnya, Beliau as. dibimbing oleh Allah Ta’ala untuk memimpin Bani Israil keluar dari perbudakan di Mesir, suatu peristiwa yang mengubah sejarah umat manusia.
Jika kita lihat, tindakan kecil yaitu menaruh Nabi Musa as. dalam peti dan melemparkannya ke sungai, yang tampaknya sepele dan tidak berarti, malah membawa dampak yang luar biasa. Beliau as. yang diselamatkan dari pembunuhan oleh tindakan yang sangat sederhana itu akhirnya menjadi sosok yang membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan mengubah nasib mereka selamanya.
Salah satu contoh unik yang menurut penulis menunjukkan dampak besar dari kesalahan sederhana adalah Perang Dunia I. Meskipun banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perang ini, ada satu kejadian sepele yang menjadi pemicu awalnya, yaitu sebuah kesalahan berupa salah belok. Pada tanggal 28 Juni 1914, Archduke Franz Ferdinand, pewaris takhta Kekaisaran Austria-Hungaria, dan istrinya, Sophie, mengunjungi Sarajevo, ibu kota Bosnia dan Herzegovina, untuk memantau latihan militer dan mempererat hubungan kekaisaran dengan Bosnia dan Herzegovina. Bosnia dan Herzegovina baru saja dianeksasi oleh Austria-Hungaria, yang memicu ketegangan dengan Serbia, yang mendukung gerakan kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina.
Pada pagi hari itu, Archduke Franz Ferdinand dan istrinya, Sophie, menjadi target dari sekelompok nasionalis Serbia yang tergabung dalam kelompok teroris. Mereka berencana membunuh pasangan kerajaan tersebut sebagai bentuk protes terhadap pendudukan Austria-Hungaria di wilayah yang mereka anggap sebagai tanah Serbia. Dalam suasana ketegangan, Franz Ferdinand dan Sophie memutuskan untuk berkeliling Sarajevo dengan mobil terbuka. Ketika sopir mereka, Leopold Lojka, sedang mengemudi, salah satu anggota kelompok, Nedeljko Čabrinović, melemparkan granat ke arah mobil mereka. Beruntung, granat tersebut memantul dari mobil dan meledak di jalan, melukai beberapa penonton. Franz Ferdinand dan Sophie tetap melanjutkan perjalanan ke balai kota tanpa cedera.
Setelah acara di balai kota, Franz Ferdinand memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit guna menjenguk para korban ledakan. Namun, dalam perjalanan, sopirnya secara tidak sengaja mengambil rute yang salah dan memasuki jalan sempit di dekat jembatan Latin. Kebetulan, di lokasi tersebut, Gavrilo Princip, salah satu pelaku yang terlibat dalam rencana pembunuhan sebelumnya, sedang berada di sana. Melihat kesempatan yang tak terduga, Princip menembakkan dua peluru menggunakan pistol Browning FN M1910. Satu peluru mengenai Sophie, yang meninggal seketika, sementara peluru lainnya mengenai Franz Ferdinand di leher, menyebabkan kematiannya dalam waktu singkat.[4]
Demikianlah tulisan sederhana yang dapat penulis sajikan. Janganlah kita meremehkan hal-hal kecil atau sederhana yang terlihat sepele. Karena seringkali, perubahan besar dalam hidup dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten dalam aktivitas sehari-hari. Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat. Mari kita mulai perubahan dari hal-hal sederhana, karena setiap langkah kecil memiliki potensi untuk membawa dampak besar. Selamat berubah!
Oleh : Ilham Sayyid Ahmad
Referensi dan catatan kaki:
[1] Sistem nonlinier deterministik adalah jenis sistem di mana perubahan kecil dalam keadaan awal bisa menghasilkan perbedaan besar dalam hasilnya, meskipun aturan dan kondisi sistemnya tetap sama dan dapat diprediksi secara keseluruhan. Contohnya adalah cuaca. Meskipun perhitungan matematis dan fisik bisa menggambarkan atmosfer dengan akurat, perubahan kecil dalam kondisi awal (misalnya, suhu udara atau tekanan) bisa mengarah pada hasil yang sangat berbeda, yang menjadikan prediksi cuaca dalam jangka panjang sangat sulit.
[2] Journal of The Atmospheric Sciences, Deterministic Nonperiodic Flow. by Edward N. Lorenz
[3] Terjemah dari judul itu adalah “Apakah kepakan sayap kupu-kupu di Brazil dapat menyebabkan Tornado di Texas?”. Ini hanyalah sebuah metafora saja yang menggambarkan ramalan cuaca bisa terganggu oleh sesuatu yang kecil, sekecil kepakan sayap kupu-kupu.
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan_Adipati_Utama_Franz_Ferdinand