The Masterpiece of Tafsir Kabir

228
The Masterpiece of Tafsir Kabir
The Masterpiece of Tafsir Kabir

Tanggal 20 Pebruari, Dalam sejarah Ahmadiyah merupakan hari penggenapan nubuatan mengenai Mushlih Mau’ud dan  merupakan hari yang amat penting lagi bersejarah. Di hari itu, Hadhrat Masih Mau’ud ’alaihish shalaatu was salaam memberi kabar tentang kelahiran seorang putra, yang baik, shaleh dan mempunyai banyak sekali sifat istimewa. Penggenapan nubuwatan itu telah sempurna pada sosok Hadhrat Mirza Basyirudin Mahmud ra.

Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. dilahirkan hari sabtu tanggal 12  Januari 1889 di Qadian, selaku putera sulung Hadhrat Masih Mau’ud a.s. dari istri kedua, Hadhrat Ummul Mukminin Sayyidah Nusrat Jahan Begum. Kelahiran putra itu merupakan penggenapan kabar suka dari Allah kepada pendiri Jemaat Ahmadiyah. Sejak kecil beliau sudah gemar mempelajari Al-Quran dan Hadist serta buku-buku lain bahkan pada umur belasan tahun pun beliau sudah mengkhatamkan Al-Quran. Sebagaimana Allah swt telah mengabarkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud a.s. bahwasannya Muslih Mau’ud itu beliaulah orangnya, tetapi beliau sendiri mula-mula masih belum mengumumkan bahwa nubuatan tentang Muslih Mau’ud itu sempurna pada diri beliau r.a.

Kemudian pada bulan Januari 1944M, Allah swt memberitahukan kepada beliau dalam mimpi, bahwa beliaulah Muslih Mau’ud itu. Kemudian beliau mengumumkan dalam Khutbah Jumat bahwa beliau adalah Muslih Mau’ud. Mendengar pengumuman itu orang-orang Ahmadi sangat gembira dan mereka mulai saling mengucapkan selamat dan mubarak, kecuali beberapa orang munafik yang hatinya merasa terbakar karena beliau r.a.

Beliau banyak sekali menulis buku, baik itu tentang Islam, Ilmu pengetahuan, politik, dan sebagainya. Dan salah satu karya terbesar beliau adalah ‘Tafsir Kabir’ yaitu sebuah tafsir Al-Quran yang beliau tulis dengan bimbingan langsung dari malaikat. sebuah maha karya yang luar biasa yang berjumlah sepuluh jilid. Didalamnya terkandung makna-makna dan pengembangan-pengembangan ilmu yang terkandung dalam Al-Quran.

Hadhrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra, merupan seorang revolusioner atau pembaharu yang dijanjikan. Beliau  memiliki tanggung jawab yang besar untuk penyebaran dan pengajaran ajaran Islam yaitu yang terdapat di dalam Al-Quran.

Al-Quran merupakan kitab syariat yang terakhir lagi sempurna yang Allah Ta’ala turunkan kepada umat manusia saat ini hingga akhir kiamat nanti. Hal inipun sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran yaitu surah Al-Maidah ayat 4 yang berbunyi;

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ

“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagimu, telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.”

Dan ditempat lain dalam surah Al-Hijr ayat 10 Allah Ta’ala berfirman;

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ 

“Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kamilah penjaganya”

Salah satu penjagaan Al-Quran yang dilakukan oleh Allah Ta’ala  adalah mengirimkan seorang utusannya yang sangat memahami kandungan Al-Quran untuk mengajarkannya kepada para hamba-Nya. Dan penulisan ‘Tafsir Kabir’ yang dilakukan oleh Hadhrat Muslih Mauud ra, adalah salah satu cara untuk penjagaan Al-Quran.

Pada masa ini telah muncul penemuan-penemuan baru baik itu dalam bidang ilmiah maupun teknologi dan sebagainya, dan Al-Quran yang merupakan kitab syariat yang sempurna dan merupakan kitab yang diturunkan dari Allah Ta’ala sudah pasti telah mengabarkan perihal penemuan-penemuan tersebut. Namun, Al-Quran menggambarkannya dalam bentuk perumpamaan atau tamsil. Untuk mengetahui perihal tersebut perlu adanya seorang guru atau utusan yang mendapatkan ilmu langsung dari Allah Ta’ala yang memahami secara mendalam  ilmu Al-Quran tersebut kemudian mengajarkannya kepada kita selaku umat manusia. Dan Hadhrat Muslih Mauud ra, melalui bimbingan Allah Ta’ala telah menuliskan tafsiran baru yang memberikan pengetahuan-pengetahuan yang tersembunyi dari Al-Quran kepada kita semua dan tafsiran itu dinamakan ‘Tafsir Kabir’.

Tafsir Kabir merupakan tafsir Al-Quran yang memberikan pemahaman secara mendalam tentang ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Al-Quran. Buku tafsir ini dituliskan dalam Bahasa Urdu dan terdiri dari sepuluh jilid. Sepuluh jilid ini mencakup Surah Al-Fatihah dan Al-Baqarah dibahas dalam 2 jilid pertama, kemudian Surah Yunus sampai Surah Al Ankabut, surah ke 10 sampai 29. Sesudah itu tidak dibuat tafsir, kemudian Tafsir dari Surah An-Naba sampai Surah An-Naas. Jumlahnya 59 Surah yang telah ditafsirkan oleh beliau, terdiri dari 6000 halaman, ditulis dengan ukuran huruf yang kecil. Jika ditulis dengan ukuran yang sedang berlaku sekarang tentu akan menjadi 10.000 sampai 12.000 halaman

Hadhrat Khalifatul Masih III r.h. bersabda, “Sebagaimana telah dinubuatkan bahwa “Akan dikaruniakan penuh ilmu-ilmu duniawi dan ruhani kepadanya”, jika kita merenungkannya maka akan nampak ilmu-ilmu pengetahuan lahiriah dan juga ilmu bathini, dan keistimewaan dari semua itu adalah, apabila beliau menulis sebuah buku atau sebuah risalah, setiap orang yang membacanya berkata, ‘Tidak akan ada orang yang mampu menulis lebih baik dari kitab ini.’ Setiap kali beliau memimpin satu masalah politik atau bila saja beliau memberi musyawarah tentang kepemimpinan, maka betapa pun kuat dan besarnya orang menentang beliau, namun akhirnya mereka menyerah dan terpaksa mengakui tidak mampu menandingi kebijaksanaan dan kemampuan beliau.”[1]

Singkatnya, aspek dari “Akan dikaruniakan penuh ilmu-ilmu duniawi dan ruhani kepadanya” sungguh jelas dan rinci sekali sehingga kita tidak mampu menyelaminya walaupun hanya satu per seratus ribubagian dari padanya.” Sebagaimana Hadhrat Khalifatul Masih III r.h. telah bersabda bahwa “Untuk membuat orang mengakui betapa tinggi kedudukan Hadhrat Mushlih Mau’ud ra hanya dengan penjelasan Tafsir AlQur’anul Karim saja sudah cukup. Sesungguhnya jika timbul tanggapan baru mengenai terbukanya rahasia sangat dalam mengenai Tafsir-tafsir, ilmu dan makrifat akan selalu menjadi bagian dari ilmu pengetahuan Hadhrat Mushlih Mau’ud ra.

Tidak hanya para anggota Ahmadiyah saja yang mengagumi dan menikmati khazanah-khazanah dari tafsir kabir ini, melainkan orang-orang yang bukan Ahmadi sekalipun sangat terkagum-kagum dengan karya beliau ini. Jadi, itu semua hanya salah satu aspek dari nubuatan: “Akan dikaruniakan penuh ilmu-ilmu duniawi dan rohaniah kepadanya”.

Semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita untuk membaca dan mempelajari khazanah ilmu pengetahuan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada Hadhrat Mushlih Mau’ud ra dan yang telah beliau jelaskan kepada kita. Dan, sebagaimana berkat-berkat yang tersimpan di dalam berbagai macam tajuk yang telah beliau jelaskan itu semoga Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita untuk mengambil faedah sebanyak-banyaknya, aamiin.


Oleh : Abdul Ghandi

Sumber:
[1] Bulanan ‘Ansharullah’, Hadhrat Mushlih Mau’ud, Mei-Juni-Juli, 2009, h. 64-65.
Hd. Mirza Basyir Ahmad, MA. Silsilah Ahmadiyah, Desember 1939. Diterjemahkan oleh: H. Abdul Wahid, HA
Khutbah Jumat. Nubuwatan Mengenai Muslih Mauud ra, 21 Pebruari 2014. Diterjemahkan oleh: Mln. Hasan Basri, Shd.