Bulan Ramadan 1441 Hijriah telah tiba. Semua umat muslim tentunya menjalankan ibadah puasa sebagai kewajiban mereka di bulan penuh berkat ini.
Namun, mungkin pernah terbesit suatu pertanyaan dalam benak rekan-rekan pembaca yang budiman ‘kenapa kita harus berpuasa?’.
Pertanyaan yang menarik ini membawa kita kepada sebuah hikmah yang besar mengenai apa sebenarnya tujuan dari puasa dan apa yang sebenarnya Allah Ta’ala harapkan dari kita melalui ibadah puasa. Mari kita pelajari bersama-sama!
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Baqarah, 2:184 yang berbunyi:
يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu bertaqwa (terpelihara dari segala keburukan)”
Dari ayat ini kita ketahui tujuan dari puasa yang Allah Ta’ala sendiri tetapkan yakni
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“agar kamu bertaqwa”. Lalu seperti apakah taqwa yang rekan-rekan pembaca pahami? Penulis akan mencoba menguraikan taqwa dari asal kata itu sendiri dan melalui penerangan Al-Quran dalam menggunakan kata taqwa dalam ayat-ayatnya.
Ternyata banyak khazanah yang tersembunyi dari makna kata taqwa itu sendiri yang sangat menakjubkan.
Kata taqwa berasal dari kata وَقَى- يَقِيَ- وِقَايَةً yang artinya ‘memelihara’[1] selain itu juga artinya adalah ‘menjaga diri terhadap apa-apa yang merugikan dan memudaratkan’[2].
Arti dari wiqoyah sendiri adalah ‘perisai dan pemelihara’ yang artinya orang-orang yang bertaqwa menjadikan Allah Ta’ala sebagai perisainya untuk melindunginya dari segala keburukan. Kita sangat ingat firman Allah Ta’ala terhadap Nabi Ibrahimas dalam Taurat kitab Kejadian 15:1, “Janganlah takut, Abram[3], Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar”.
Ubay bin Ka’abra yang merupakan sahabat Rasulullahsaw menyampaikan pengibaratan yang sangat menarik berkenaan dengan orang yang bertaqwa[4] yakni orang yang bertaqwa adalah ia yang berjalan pada suatu jalan yang penuh semak berduri.
Dia dengan segala daya dan upayanya ia berusaha untuk menghindari duri tersebut agar kakinya tidak terluka dan kain celananya tidak robek.Itulah orang yang bertaqwa yang menjalani kehidupannya dengan sangat hati-hati dan waspada terhadap dosa dan hal-hal yang merugikan.
Dari pemaparan diatas ada tiga poin penting yang menjadi karakteristik orang yang bertaqwa yakni,
- Senantiasa berjaga-jaga terhadap dosa atau hal yang merugikan rohani dan jasmaninya
- Menjadikan Allah Ta’ala sebagai perisainya atau pelindungnya
- Senantiasa hati-hati dalam menjalankan tugas kewajibannya.
Untuk mengetahui taqwa kita bisa menelaahnya dari Al-Quran sendiri. Bagaimana Al-Quran menggunakannya dalam ayat-ayat sucinya. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan keutamaan dari pada taqwa. diantaranya:
- QS. Al-Baqarah, 2 : 198
فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Artinya: “dan sesungguhnya sebaik-baik perbekalan adalah taqwa”.
Ayat ini membahas bagaimana hendaknya orang-orang menyiapkan perbekalan untuk memenuhi keperluannya dalam haji bahkan juga dalam kehidupan dunia dan akhirat. Banyak yang menyiapkan bekal ini itu dalam hidup mereka. Namun Allah Ta’ala berfirman bahwa perbekalan yang terbaik untuk haji dan untuk menjalani hidup kini dan nanti adalah Taqwa.
- QS. Al-‘Araf, 7 : 27
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
Artinya: “Dan pakaian taqwa adalah yang terbaik”.
Ayat ini menyampaikan kepada kita bahwa taqwa juga adalah seibarat pakaian bahkan merupakan pakaian yang terbaik. Fungsi dari pakaian adalah menutupi aurat kita dan taqwa menutupi segala kelemahan kita serta melindungi kita sebagaimana pakaian melindungi tubuh jasmani kita. Seseorang tampak rupawan, berpendidikan, baik perangai, berkecukupan juga terlihat dari pakaiannya, demikian juga pakaian taqwa kita menampilkan kualitas rohani dan rupawannya kita dihadapan Allah Ta’ala yang melihatnya.
- QS. Al-Baqarah, 2 : 283
وَاتَّقُوا اللهَ وَ يُعَلِّكُمُ اللهُ
Artinya: “Bertaqwalah kepada Allah. Maka Allah akan mengajarimu”
Bagi para pelajar ayat ini sangat penting untuk diamalkan. Ketaqwaan kita membuat Allah Ta’ala sendiri turun tangan untuk mengajari kita secara langsung dengan cara khas-Nya yang bisa jadi tidak kita ketahui. Saya rasa ketaqwaan adalah alasan kenapa para nabi begitu cerdas dan luas ilmunya.Karena dengan ketaqwaan mereka, Allah Ta’ala sendirilah yang menjadi guru mereka.
Kita sering mendengar bahwa ‘orang yang paling mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertaqwa’[5]. Oleh karena itu kita hendaknya berupaya untuk menjalani kehidupan kita diatas jalan ketaqwaan. Berikut kata-kata Hd. Masih Mau’udas berkenaan dengan hal ini:
“Hendaklah tiap-tiap hari bila fajar menyingsing memberi kesaksian, bahwa kamu telah melewatkan malam hari dengan penuh ketaqwaan, dan tiap-tiap petang hendaklah menjadi saksi, bahwa kamu menjalani siang hari dengan hatimu merasa takut terhadap Allah.”[6]
Semoga kita memperoleh kemajuan dalam ketaqwaan kita melalui ibadah puasa di bulan Ramadan ini. Amin
Oleh: Ammar Ahmad
Sumber:
[1] Yunus, Mahmud.2009. Kamus Arab-Indonesia.Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah:Jakarta.
[2]Farid, Malik Ghulam.The Holy Qur’an English Translation & Commentary.Dewan Naskah JAI.2014.cet.5.Neratja Press: Bogor. (hal.21)
[3] Abram adalah nama Nabi Abraham/Ibrahimas sebelum mengadakan perjanjian dengan Tuhan. (Kej.17:5)
[4]Farid, Malik Ghulam.The Holy Qur’an English Translation & Commentary.Dewan Naskah JAI.2014.cet.5.Neratja Press: Bogor. (hal.22)
[5] QS. Al-Hujurat, 49:14
[6] Ahmad, Mirza Ghulam.2016.Kisyti Nuh, edisi ke-7.Fazl Umar Printing Press:Qadian. (hal.16)
Sumber Gambar: islamhariini.com