Universal Pengorbanan Menuju Akhlakul Karimah: Perbaikan Diri Kaum Wanita Menuju Perdamaian Dunia

327
Image: generate by ChatGPT Image 7 Okt 2025
Universal Pengorbanan Menuju Akhlakul Karimah: Perbaikan Diri Kaum Wanita Menuju Perdamaian Dunia

رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنٗا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡهُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ ۚ

Artinya: “Wahai Tuhanku! Jadikanlah tempat ini kota yang aman dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.” (Al-Baqarah:127)**

Tidak asing lagi bagi kita mendengar sabda Khalifah Ahmadiyah yang kedua, Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra, bahwasanya: “Islam akan berhasil jika kalian dapat memperbaiki lima puluh persen kaum perempuan.”

Mengapa kemajuan suatu kaum menjadi tanggung jawab bagi kaum perempuan? 

Jawabannya tentu saja, karena dari rahim seorang wanitalah akan dilahirkan generasi-generasi penerus yang akan memikul tanggung jawab terhadap keberhasilan masa suatu kaum tersebut. Dengan demikian kaum wanita memang dituntut untuk memperbaiki akhlak sebelum melahirkan generasinya. 

Seorang ibu adalah role model atau contoh keseluruhan bagi anak-anaknya. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sejak dalam kandungan, calon ibu harus menjaga akhlaknya, menjaga telinganya agar tidak mendengar hal-hal negatif, menjaga matanya agar tidak melihat hal-hal yang buruk, menjaga lisannya agar selalu berbicara yang baik dan menjaga segala perilakunya. Sebab semua itu akan mempengaruhi janin yang sedang dikandungnya. 

Sang janin mendengar apa yang ibu katakan, sang janin merasakan apa yang ibunya sedang lakukan. Ketika anaknya dilahirkan, ibulah yang pertama memeluknya, memberikan ASI pertamanya. Hingga anak berbicara dan berjalan, ibulah yang selalu berada di sampingnya. Itulah sebabnya bahwa ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak-anaknya. 

Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW bahwa, “Surga berada di bawah telapak kaki ibu.”**

Islam telah menempatkan sebuah kedudukan yang bermartabat lagi terhormat bagi ibu.** Peraturan yang penuh rahmat dan menguntungkan bagi kaum perempuan ini sangatlah penting bagi kedamaian, kenyamanan, kebahagiaan, keberlanjutan serta kemajuan umat manusia. 

Bukan perkara mudah untuk mencapai akhlak yang baik. Apalagi di zaman era digital saat ini, peran seorang ibu lebih dituntut secara maksimal. Era digital yang segala hal dapat masuk ke dalam rumah kita, dapat memengaruhi hal baik dan hal buruk bagi generasi penerus. Seorang ibu juga dituntut untuk paham teknologi karena anak-anak di zaman ini semua serba digital. Gadget berada dalam genggaman mereka, di mana teknologi digital memudahkan dalam memperoleh berbagai informasi secara cepat. 

Hal ini sesuai dengan pesan Khulafaur Rasyidin, Ali Bin Abi Thalib ra: “Didiklah anak sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup pada zamannya, bukan pada zamanmu”. 

Sabda Khulafaur Rasyidin tersebut tentu sesuai dengan zaman sekarang yang serba digital, dan untuk itulah bahwa seorang ibu harus mengetahui setidaknya sedikit dari teknologi yang sedang berkembang.

Teknologi digital sudah banyak meracuni rumah-rumah. Dimana banyak aplikasi yang memudahkan satu sama lain untuk berkomunikasi tanpa bertemu secara langsung. Jari-jari manusia dapat membuat komentar yang baik atau buruk. Pertengkaran di media sosial pun memicu adanya demonstrasi secara besar-besaran yang terjadi dimana-mana, dan bahkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan peperangan yang sangat dahsyat (Perang Dunia Ketiga).

Pendidikan tarbiyat yang diberikan ibu kepada anak-anak mereka tentang bagaimana kesabaran dalam menahan berkomentar ataupun kesabaran dalam menampilkan hal-hal negatif, haruslah terus-menerus dilakukan, terus di sounding (digaungkan). Ibu senantiasa mengingatkan buah hati mereka agar tidak menonton hal-hal buruk atau tidak mengomentari hal-hal yang dapat memicu pertengkaran yang semakin hebat di dunia maya.

Ada pepatah yang mengatakan “Anak-anak adalah peniru yang hebat. Maka, berikan mereka sesuatu yang hebat untuk ditiru.”** 

Inilah yang dalam hal akhlak lebih diutamakan kepada akhlakul karimah yakni akhlak yang baik. Karena anak-anak akan serba meniru apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh orang tuanya, terutama seorang ibu.

Lajnah Imaillah adalah para perempuan dari komunitas Ahmadiyah, di mana kemajuan Islam juga berada di pundak para Lajnah. Sesuai dengan janji Lajnah Imaillah** yang selalu diikrarkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan khusus Lajnah, di mana para Lajnah selalu mengucapkan janji tersebut. Lajnah Imaillah harus selalu siap berkorban dalam segala bidang, baik jiwa, harta, waktu dan anak-anaknya.

Ada beberapa firman Allah SWT mengenai perintah untuk berkorban, salah satunya terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 196, yaitu:

وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 

Yang artinya: “Dan belanjakanlah harta dan jiwamu pada jalan Allah, dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu dengan tanganmu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah:196).**

Sementara dalam tafsir surah tersebut dijelaskan bahwa keraguan dalam hal pengorbanan dapat mengakibatkan keruntuhan secara nasional. (Tafsir nomor 226)**

Dapat dikatakan bahwa berkorban di jalan Allah Ta’ala termasuk kategori berjihad, karena berjihad membutuhkan pengorbanan dari segala sisi.

Janji Lajnah Imaillah memang mudah diucapkan namun pelaksanaannya tidak semudah pengucapan. Tetapi jika itu ada campur tangan Illahi, maka karunia Allah Ta’ala akan menuntun kita untuk menuju penggenapan janji tersebut. Kita berjanji mengorbankan sesuatu yang dimiliki kepada wujud yang dicintai demi meraih kedekatan (qurb).

Tujuan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Qadiani as mendirikan sebuah Jamaah, pun karena ingin memperbaiki akhlak manusia sesuai dengan perintah Allah SWT, di mana kita harus menaati ke sepuluh syarat Bai’at.** Karena di dalam syarat-syarat Bai’at disebutkan mengenai kebaikan-kebaikan yang akan membuat kita menjadi pribadi yang berakhlak. Maka sesuai dengan janji Lajnah Imaillah pulalah, disebutkan bahwa para Lajnah berjanji akan mengorbankan jiwanya, hartanya, waktunya dan anak-anaknya demi kemajuan agama dan bangsa, serta berjanji akan senantiasa berkorban demi menegakkan khilafat.

Penjelasan mengenai janji Lajnah Imaillah ini, yaitu berjanji akan mengorbankan jiwa, di mana ada tuntutan untuk menyerahkan seluruh hidup kita untuk agama dan bangsa. Selanjutnya berjanji untuk mengorbankan harta, yang mana harta tersebut dipergunakan untuk keperluan-keperluan dalam segala kegiatan untuk menyebarkan ajaran Illahi. Selanjutnya dalam hal berkorban waktu, yang seringkali para ibu meninggalkan kegiatan rumahnya untuk melaksanakan kegiatan kejemaatan. Satu hal lagi berjanji dalam mengorbankan anak-anaknya untuk agama, yakni bisa dengan mewakafkan anaknya atau seorang ibu meninggalkan anaknya di rumah untuk pergi menghadiri kegiatan jemaat.

Hakikat ruh pengorbanan adalah kecintaan, yang menjadi landasan dari setiap unsur untuk memperoleh keberhasilan dalam pengorbanan. Pengorbanan menjadi pembuktian seberapa besar kecintaan kita, tentunya sangat disangsikan manakala kita mengaku mencintai sesuatu tetapi ketika dituntut berkorban justru enggan melakukannya.

Lalu bagaimana hubungan pengorbanan bisa menjadikan Lajnah yang berakhlakul karimah? Apakah tuntutan pengorbanan yang diminta dalam jemaat sudah kita penuhi? Karena semua tuntutan pengorbanan itu adalah hal yang positif, maka keseluruhan pengorbanan yang kita berikan untuk kemajuan agama dan bangsa akan mempengaruhi akhlak kita.

Mengenai pengorbanan harta dapat dijelaskan bahwa ketika seseorang bersedekah, maka amalan sedekah itu akan bisa menolongnya ketika dia mengalami kesulitan. Kemudian ketika seseorang itu bersedekah maka Allah Ta’ala pun akan membimbing amalannya sebagai pahala dari sedekahnya itu.

Ketika para Lajnah bisa mengorbankan segalanya demi kemajuan Islam, maka akan mempengaruhi kepada akhlaknya. Seorang Lajnah harus memperbaiki akhlaknya melalui pengorbanan. Pengorbanan universal yang terdapat dalam Janji Lajnah adalah pembuktian bahwa wanita Ahmadiyah bisa menjadikan dirinya sebagai individu yang berakhlakul karimah, yakni mempunyai akhlak yang baik.

Dalam acara bincang bersama Sadr** Lajnah Imaillah Indonesia pada 3 Agustus 2025 lalu, beliau menyampaikan program “Selusin Amalan Rohani” yang harus dilaksanakan oleh seluruh Lajnah Imaillah yang berada di Indonesia (khususnya).

Selusin Amalan Rohani ini terkait untuk memperbaiki akhlak nya kaum wanita, khususnya wanita Ahmadiyah.

Adapun isi dari 12 program tersebut adalah: 

  1. Sholat Fardhu dan sunnah (qobliyah dan ba’diyah).
  2. Sholat Tahajjud (dikerjakan sebanyak 8 rakaat).
  3. Sholat Dhuha (dikerjakan sebanyak 8-12 rakaat).
  4. Membaca Al-Qur’an, berikut terjemah dan tafsirnya (Al-Qur’an Jemaat Ahmadiyah), sekurang-kurangnya satu ruku’ setiap harinya.
  5. Merenungkan makna dari Surah Al-Fatihah (kandungan sifat-sifat Allah Ta’ala yang ada dalam Surah Al-Fatihah).
  6. Membaca Surah Yasin setelah sholat Subuh sebanyak dua kali (merenungi artinya, sebagai obat penguat jiwa dan penguat hati).
  7. Melaksanakan zikir (memperbanyak Sholawat dan istighfar, sebanyak-banyaknya).
  8. Berpuasa Sunnah, Senin dan Kamis (bagi yang mampu/sehat).
  9. Meningkatkan sedekah (kepada keluarga terdekat, tetangga, anggota jemaat dan hak-hak Allah Ta’ala lainnya)
  10. Menegakkan Akhlak Fadhillah (mencontoh sikap dan perilaku Baginda Nabi Muhammad , Rasulullah SAW).
  11. Mengamalkan buku “Ajaranku.”**
  12. Dan melaksanakan poin-poin 10 syarat Bai’at** (terlampir dalam referensi).

Para Lajnah memiliki peran sebagai pusat keluarga di rumah dan menjadi pendidik bagi anak-anaknya, juga memiliki peran mulia dalam menjadi seorang pendidik. Karena dari perempuanlah akan terlahir anak-anak yang berakhlak dan berkarakter. Seorang ibu yang baik dan bijaksana akan membentuk generasi penerus yang kuat iman dan ilmunya. Tuntutan zaman yang keras membutuhkan sosok seorang ibu yang lemah lembut namun tegas dalam mendidik anak-anaknya.

Khalifah Ahmadiyah yang keempat, Hadhrat Khalifatul Masih IV rh, bersabda: “Di dalam diri kaum wanita Ahmadiyah tersimpan sumber daya yang besar. Dan jika kalian menghendaki, kalian pasti akan dapat menciptakan suatu perubahan besar (revolusi).”** 

Dengan akhlak yang baik, Insya Allah Ta’ala dapat membuat kemajuan yang pesat bagi dunia.


Oleh: Mukminah

Referensi: 

  • Al-Qur’an, Terjemah dan Tafsir Singkat, Neratja Press, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2014, hal. 95
  • Diriwayatkan oleh An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, dan dishahihkan oleh Al-Hakim
  • Buku: Perempuan Dalam Islam, Muhammad Zafrullah Khan, PPLI Indonesia, 2019, hal. 29 
  • Buku: Surga di Bawah Telapak Kakimu, Lajnah Imaillah USA, PPLI Indonesia, 2019, hal. 5
  • Janji Lajnah Imaillah: 
  • Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Singkat, Neratja Press, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2014, hal. 139
  • 10 Syarat Bai’at Dalam Ahmadiyah: Sebagai lembaga yang menaungi perempuan Jamaah Muslim Ahmadiyah, Lajnah Imaillah berusaha agar setiap perempuan Ahmadi selalu menjaga dan menjalankan dengan sekuat tenaga 10 syarat baiat dalam setiap langkah hidupnya.
  • Sadr adalah sebutan untuk Pemimpin Ahmadiyah tingkat Nasional di suatu negara
  • Buku: Ajaranku, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Jakarta: Neratja Press, 2025, Cetakan ke-10
  • Buku: Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu, Mirza Tahir Ahmad, BPLI, 1993

Image:
Generate by ChatGPT 7 Okt 2025