Yerusalem Baru adalah Qadian

3843

Kitab Wahyu dalam Perjanjian Baru menubuatkan banyak hal yang akan terjadi diakhir zaman diantaranya adalah adanya surah Al-Fatihah, Kedatangan Yesus Kristus kedua kalinya, Kerajaan 1000 Tahun akhir zaman dan Yerusalem Baru. Kitab Wahyu sendiri diyakini sebagai wahyu atau kasyaf yang diterima oleh rasul Yohanes yang merupakan Bapa Gereja Perdana dan beliau adalah salah satu dari 12 murid utama Yesus Kristus (Matius 10:2).

Kali ini penulis akan membahas mengenai Yerusalem Baru. Kita meyakini bahwa Hd. Mirza Ghulam Ahmadas adalah Al-Masih/Yesus yang dijanjikan. Maka muncullah pertanyaan penting yang harus bisa kita jawab, “Dimanakah Yerusalem Baru yang kelak akan ‘turun dari Surga’ setelah Yesus datang kembali?”. Untuk itu mari kita pelajari tulisan ini baik-baik!

Adapun nubuatan tentang Yerusalem Baru adalah:

“…dan padanya akan kutuliskan nama Allah-ku, nama kota Allah-ku, yaitu Yerusalem Baru, yang turun dari sorga dari Allah-ku, dan namaku yang baru.”

(Wahyu 3:12)

Berkenaan dengan keindahan kota ini lebih lanjut kitab Wahyu 21: 11,18, 21 menerangkan:

“Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal…dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni…jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.”

Tentunya kita tidak bisa memahaminya secara harfiah. Ini semua figuratif dan perumpamaan belaka yang menggambarkan keindahan dan kemuliaan kota tersebut secara rohani. Emas dalam umat Kristen adalah perlambang Sosok Ilahi nan Samawi (lihat buku Ringkasan Katekismus Gereja Katolik pada keterangan gambar Yesus pada cover buku tersebut). Jadi kota ini penuh dengan kemuliaan Samawi belaka, bukan benar-benar terbuat dari emas. Pada kitab Wahyu pasal 21 dan 22 diterangkan panjang lebar mengenai kota ini yang semuanya perlu kita amati secara maknawi bukan secara harfiah. Bila rekan-rekan pembaca memahaminya secara harfiah, penulis jamin bahwa kota semacam itu tidak akan pernah turun dari sorga meskipun ditunggu-tunggu hingga hari kiamat. Ingat, Yesus sendiri menyampaikan bahwa kerajaan beliau bukanlah kerajaan duniawi, kerajaan beliau bersifat rohani (Yohanes 18:36). Demikian juga karakteristik Yerusalem Baru tidak bisa kita pahami secara jasmani melainkan secara rohani.

“Turun dari Sorga” bukanlah benar-benar akan turun dari sorga secara fisik, melainkan kota itu akan penuh dengan berkat Ilahi dan menjadi kediaman Al-Masih yang dijanjikan. Dari kota itulah dukungan sorgawi terhadap Al-Masih yang dijanjikan akan tampak keseluruh dunia. Sehingga orang-orang akan mengenali bahwa kota itu adalah bukti dari seseorang yang benar-benar telah diutus oleh Tuhan.

Nabi Zakariaas bersabda berkenaan dengan kota ini:

“Pada waktu itu akan mengalir air kehidupan dari Yerusalem; setengahnya akan mengalir ke laut timur, dan setengah lagi mengalir ke laut barat, hal itu akan terus berlangsung dalam musim panas dan dalam musim dingin.” (Zakaria 14:8)

Inipun adalah bahasa kiasan yang perlu kita pahami secara metafora. Bahasa nubuatan memang sangat figuratif dan tidak dapat dipahami secara harfiah dimana dari kota itu memancar mata air yang menjadi sumber pasokan air dunia. Bila memang bahasa harfiah  dipakai dalam nubuatan, maka Yesus dari Nazaret sendiri sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai Raja Yahudi dalam pandangan umat Yahudi. Kenapa Yesus ditolak oleh imam-imam Yahudi ? Sangat sederhana sekali jawabannya yakni Yesus tidak memenuhi syarat nubuatan dalam Perjanjian Lama secara harfiah. Sedangkan umat Yahudi menginginkan pemenuhan nubuatan secara harfiah yakni Raja Dunia yang kelak menumpas kekaisaran Roma yang selama ini menjajah tanah Yehuda-Israel dan membebaskan umat Yahudi sehingga Sanhedrin (Majelis Imam/Ulama Yahudi) dapat berkuasa penuh lagi dalam mengatur umat secara hukum Taurat. Disisi lain Yesus sendiri menyatakan kalau kerajaannya tidak bersifat duniawi (Yohanes 18:36). Sehingga beliau adalah Raja Yahudi dalam artian rohani dimana tidak ada orang Yahudi pada saat itu yang memiliki kualitas rohani diatas beliau. Oleh karena itu sangat masuk akal bila kelak karakteristik bangunan Yerusalem Baru yang merupakan bagian kerajaan Yesus dalam kitab Wahyu pun bersifat rohani.

Saat Yerusalem Baru sudah terbentuk maka air kehidupan rohani akan memancar untuk seluruh penduduk bumi baik di timur maupun di barat. Mata air kehidupan rohani ini akan memancar setiap saat, tak hanya di musim panas atau di musim dingin saja. Al-Masih lah yang kelak memancarkannya. Air kehidupan rohani ini akan memenuhi dahaga umat akan iman dan taqwa.

Nabi Yesayaas menyampaikan nubuatan penting tentang Yerusalem baru ini yakni,

“Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri.”(Yesaya 62:6)

Dari nubuatan ini kita ketahui bahwa kota Yerusalem Baru adalah kota yang sangat aman karena Tuhan sendirilah yang menempatkan pengintai dan pengawasnya. Pengintai ini terus bekerja tanpa istirahat. Lalu siapakah pengintai atau pengawas tersebut ? Penulis akan bahas diakhir tulisan ini.

Mengenai nubuatan tentang Yerusalem Baru Hd. Masih Mau’udas bersabda:

یروشلم سے مراد دراصل دار الاماں ہے _ يروشلم کے معنی ہیں وہ سلامتی کو دیکھتا ہے _ یہ سنت اللہ ہے کہ وہ پیشگوئیوں میں اصل الفاظ استعمال کرتا ہے اور اس سے مراد اس کا مفہوم اور مطلب ہوتا ہے

(ملفوظات جلد دوم صفحہ 451)

“Maksud kata Yerusalem sebenarnya adalah Darul Aman/Rumah yang aman. Arti kata Yerusalem adalah ‘Dia melihat Perdamaian/Keamanan’. Sunah/Kebiasaan Allah adalah menggunakan kata dasar dalam nubuatan-nubuatan-Nya dan dari kata dasar itulah terdapat maksud dan tujuannya.” (Malfuzat, Jld. 2 hal. 451)

Dari penjelasan beliau kita dapati hikmah yang sangat luar biasa. Beliau menyampaikan bahwa kata Yerusalem berasal dari kata Yara dan Salem . Yara artinya ‘Dia melihat’, yara adalah fi’il Mudhori dari kata ro’a. Sedangkan Salem adalah Salam yang artinya Keselamatan, Kesentosaan dan Perdamaian. Salam adalah isim masdar dari kata salima-yaslamu.  Dengan demikian makna dari kata Yerusalem adalah “Dia melihat Kedamaian/Keselamatan”. Hd.Masih Mau’udas meyakini bahwa bahasa Arab adalah ibu dari segala bahasa (lihat buku Minanur Rahman), oleh karena itu beliau menggunakan akar kata Yerusalem yang dari bahasa Arab. Dari pengertian diatas kita ketahui bahwa, kota yang akan memenuhi nubuatan itu harus mempunyai persamaan makna kata dengan Yerusalem.

Lalu bagaimana makna Yerusalem menurut bahasa Ibrani sendiri? Lihat pemaparan berikut ini yang penulis ambil dari Wikipedia (Alkitab)[1].

Nama Yerusalem dalam catatan paling awal, kota itu disebut “Salem”. (Kejadian 14:18) Meskipun ada yang mencoba mengaitkan arti nama Yerusalem dengan arti nama Shalem, dewa orang Semitik Barat, rasul Paulus memperlihatkan bahwa setengah bagian terakhir nama itu sesungguhnya berarti “Damai”. (Ibrani 7:2) Dalam bahasa Ibrani, pengejaan setengah bagian terakhir kata ini menyiratkan suatu bentuk ganda, jadi berarti “Kedamaian Ganda”. Dalam teks-teks bahasa Akad (Asiria-Babilonia), kota itu disebut Urusalim (atau Ur-sa-li-im-mu). Atas dasar ini, beberapa pakar menyatakan bahwa nama itu berarti “Kota Damai”. Tetapi bentuk Ibraninya, yang secara logis seharusnya menjadi patokan, tampaknya berarti “Pemilik (Fondasi) Kedamaian Ganda”.

Dari makna Ibrani menurut Wikipedia (Alkitab) dan para pakar, tak salah lagi kalau makna Yerusalem ini sesuai dengan pandangan Hd.Masih Mau’udas yang menggunakan akar kata dari bahasa Arab.

Kemudian bagaimana kita tahu kalau makna Yerusalem itu sesuai dengan Qadian yang memilki arti kata ‘Hakim’? Dalam buku Qadian aor uske muqadas-o-tarikhi makamat halaman 9 cetakan Desember 2015, Muhammad Hamid Kautsar (Incharge Departemen Sejarah Ahmadiyah Qadian) menyampaikan bahwa Darul Aman juga adalah kata nubuatan untuk Qadian. Kata Darul Aman sudah biasa Hd.Masih Mau’ud as gunakan dalam korespondensi beliau sebagai tempat asal beliau (lihat surat-surat dalam buku Maktubat). Darul Aman yakni “Rumah Kedamaian atau Rumah yang Aman” bisa juga berarti “Pemilik Kedamaian” karena arti Dar dalam bahasa Urdu adalah “pemilik” dan Aman adalah “kedamaian/keamanan”. Allah Ta’ala sendiri berjanji untuk menjaga keselamatan orang-orang yang tinggal ‘serumah’ dengan Hd.Masih Mau’udas yakni,

اِنِّىْ اُحَافِظُ كُلَّ مَنْ فِى الدَّارِ

Artinya: “Sesungguhnya aku akan menjaga setiap orang yang ada didalam rumah engkau.” (Tazkirah, hal. 394 cet.pertama Mei 2014 edisi Bahasa Indonesia)

Ini terbukti dimana saat wabah pes menyerang tanah India dimasa Hd.Masih Mau’udas. Orang-orang Qadian yang muhlis tidak ada yang menjadi korban. Padahal saat itu banyak yang menjadi korban wabah tersebut. Oleh karena itulah julukan Qadian Darul Aman mulai diterapkan karena adanya wahyu ini.

Dalam suatu wahyu yang diterima oleh Hd.Masih Mau’udas tergambar jelas Allah Ta’ala berkenan menjaga keamanan Qadian. Wahyu tersebut adalah,

… انه اوى القرية…

Yang artinya: “Sesungguhnya Dia menjaga/melindungi kota (Qadian)”. Wahyu tersebut sangat panjang dan tengah menceritakan bagaimana Allah akan menjaga Qadian dari wabah pes dan gempa bumi yang akan terjadi. Bahkan Allah Ta’ala menyebut Qadian sebagai “tempat kedamaian”:

امن است در مکان محبت سرائے ما

(bahasa Parsi) yang artinya: “Rumah yang dipenuhi dengan cinta Kami adalah tempat kedamaian” (Haqiqatul Wahi hal. 70-108; Ruhani Khazain vol.22 hal.73-111 dikutip dalam Tazkirah, hal. 608 dan 623 cet.pertama Mei 2014 edisi Bahasa Indonesia).

Nubuatan dan wahyu-wahyu inilah yang merupakan pengintai dan pengawas keamanan Qadian sebagaimana yang dinubuatkan oleh Nabi Yesayaas.

Dengan demikian terbuktilah bahwa Qadian adalah Yerusalem Baru karena Qadian disisi Tuhan adalah Darul Aman yang memiliki makna yang sama dengan kata Yerusalem, baik menurut Hd.Masih Mau’udas atau menurut para pakar Alkitab/Bible. Oleh karena itu benarlah juga pendawaan Hd.Mirza Ghulam Ahmadas sebagai Al-Masih yang dijanjikan.


Oleh: Ammar Ahmad

Referensi:

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Yerusalem_(Alkitab) diakses 13 Juni 2018

Sumber Gambar: Sander Crombach on Unsplash