Bagaimana Menemukan Cinta Sejati Sesuai Ajaran Islam?

2886

“An invisible red thread connects those who are destined to meet, regardless of time, place, or circumstance. The thread may stretch or tangle, but will never break.”

“Benang merah yang tak terlihat menghubungkan mereka yang ditakdirkan untuk bertemu, terlepas dari waktu, tempat atau keadaan. Benangnya bisa meregang atau kusut, tapi tidak akan pernah putus. “

            Kalimat diatas diambil dari pepatah Cina.  Hal-hal yang berkaitan dengan cinta, belahan jiwa, perjodohan dan pernikahan memang selalu menjadi hal yang menarik karena ini berhubungan dengan dua insan dan dua jiwa manusia. Sejarah, dongeng, film, buku dan kehidupan public figure pun sering mengisahkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan cinta dan perjodohan. Mulai dari kisah tragis pernikahan Raja Majapahit dengan Putri Sunda, Putri Diana dan Pangeran Charles dan yang baru-baru ini terjadi antara putra sulung orang nomer satu di Indonesia.

            Kata perjodohan sering dikaitkan dengan sesuatu yang dipaksakan. Di jaman modern ini sebagian besar manusia pasti ingin mencari sendiri belahan jiwanya. Namun melakukan ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Pernikahan dan cinta adalah hal yang sakral dan bukan untuk dipermainkan. Islam memiliki jawaban dari semua kegelisahan hati yang sedang menunggu atau mencari cinta sejati karena Islam adalah agama dan pedoman hidup yang ajarannya kekal sepanjang masa untuk semua umat manusai terlepas dari ras, bahasa dan warna kulit mereka. Cinta memang seperti benang merah yang tak terlihat namun dalam Islam, Allah telah menakdirkan bahwa setiap manusia akan menemukan belahan jiwanya. Dalam Al-Qur’an surat Al-A’rah ayat 190, Allah Ta’ala berfirman:

            “Dia-lah yang telah menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya Dia menjadikan pasangannya supaya ia mendapat ketentraman di dalam diri nya.”

            Dalam tafsir ayat ini dijelaskan bahwa manusia itu pada fitrahnya adalah makhluk sosial dan mereka semua secara alami akan mencari pasangan hidupnya untuk memenuhi fitrat dan hasratnya. Allah Ta’ala telah mengatur dengan sedemikian rupa agar manusia memenuhi hasratnya ini dipenuhi dengan cara perkawinan. Adapun tujuan mulia dari perkawinan adalah agar wanita dan pria menjadi sumber ketentraman dan ketenangan bagi satu sama lain. 

            Lalu bagaimana caranya agar setiap manusia dapat menemukan belahan jiwa dan cinta sejatinya? Jawabannya ada dalam Islam dan arahan dari Islamlah yang paling efektif karena semuanya kembali lagi pada kekuatan do’a dan menerima takdir Illahi bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Jika mengikuti akidah Islam, tidak akan ada istilah ghosting, patah hati, harapan palsu karena seorang Muslim bertanya dan berdo’a pada Allah, siapa yang paling pantas untuk menjadi pasangannya.

            Khalifah Ahmadiyah telah memberikan pedoman yang sangat jelas mengenai bagaimana setiap Ahmadi dapat menemukan cinta sejatinya. Sepertinya setiap Muslim hafal akan nasihat Nabi Muhammad (saw) bahwa  ketika memilih pasangan, utamakanlah kesalehannya. Namun, pertanyaannya, bagaimana kita tau seseorang itu mukhlis atau tidak? Sungguh ini adalah pertanyaan dan hal yang sulit ditemukan jawabannya. Khalifah Ahmadiyah yang ke-empat, Hazrat Mirza Tahir Ahmad (rh) menjelaskan hal ini dengan sangat indah dan beliau pun lebih jauh menjelaskan mengenai Kufuw (kecocokan, persamaan derajat). Penjelasan Hazrat Mirza Tahir Ahmad (rh) berikut dikutip dari  sesi Tanya-Jawab (Question and Answer) pada tanggal 11 April tahun 1997. [[i]]

            Beliau bersabda bahwa melihat ketakwaan seseorang itu sangat sulit.  Pada Surat An-Najm ayat 33, Allah Ta’ala berfirman: “Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.”  Lebih lanjut, beliau mengutarakan sekarang jika kita kembali lagi ke pertanyaan awal, jika hanya Allah yang tau siapa yang bertakwa, lalu bagaimana seorang keluarga bisa tau juga? Nabi Muhammad (saw) pernah menjelaskan lihatkah keimanan calon pasangan.

            Dalam hal keimanan, ada sifat sehari-hari seseorang yang bisa terlihat oleh orang lain dan juga akhlak baik seseorang yang bisa terlihat pada semua orang, ini semua termasuk dalam hal keimanan. Pastikan dan cari tau lah reputasi calon pasangannya. Contohnya, hubungannya dengan Jema’at, level keaktifannya di kegiatan Jema’at, level pengorbanannya, level keaktifannya di badan-badan (Khuddam, Lajnah atau Anshar), semua ini termasuk pada hal-hal yang bisa menunjukan keimanan seseorang.