Mendidik Anak Sebagai Generasi Penerus Yang Unggul

1472

1 Juni merupakan Hari Anak Internasional dan pada tanggal 23 Juli merupakan Hari Anak Nasional. Begitu pentingnya anak hingga pada setiap tahunnya, baik secara Nasioal maupun Internasional terdapat “Hari”nya tersendiri. Lalu seberapa pentingkah mendidik anak-anak? Mari menalar kembali bagaimana mendidik anak yang kelak akan menjadi generasi penerus di masa yang akan datang.

Tak dapat dipungkiri, mendidik anak tentunya tak semudah membalikan telapak tangan. Perjuangan extra serta doa khusus begitu dibutuhkan. Manusia pembelajar dan memang tak henti untuk belajar layak disematkan kepada para orangtua yang memang dituntut untuk mendidik putra-putri terkasihnya hingga akhir hayat. Berbagai tulisan beraroma parenting ditawarkan dimana-mana baik media cetak maupun media online. Kali ini, penulis dengan segala kerendahan hati, mencoba mempelajari dan berupaya merangkainya dalam sebuah artikel, bagaimana pendiri Jama’ah Muslim Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad (Hadhrat Ahmad)  dan para Khalifahnya memberikan “nasihat beberkah” serta contoh bagaimana memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak.

  • Pendidikan (Tarbiyat) Hakiki melalui Do’a kepada Allah Ta’ala

Hadhrat Ahmad bersabda :“Tarbiyat yang hakiki adalah pekerjaan Allah.”

Tak dapat dipungkiri, menghadirkan Tuhan dalam setiap usaha yang dilakukan teramat penting. Kedudukan do’a tentunya menjadi demikian tinggi. Karena hasil dari kerja keras dalam mendidik anak, tentunya tak akan pernah terlepas dari karunia Allah Ta’ala.

  • Suami-Istri Layaknya 2 Sahabat yang Begitu Dekat

Hadhrat Ahmad bersabda: “Hubungan antara seorang suami dan istrinya seharusnya seperti dua orang sahabat dekat nan tulus.

Hubungan suami istri yang saling mengisi kekosongan satu sama lain begitu dibutuhkan dalam mendidik anak. Namun faktanya, tak dapat dipungkiri, waktu yang memang tersedia antara seorang Ibu dengan anak, tentu lebih banyak daripada waktu antara ayah dengan anak. Belum lagi “bahasa Ibu” yang lebih memudahkan terjalin komunikasi serta chemistry diantara mereka, sedikit banyak membiasakan,seolah tugas mendidik anak hanya ada pada pundak seorang Ibu.

Padahal, sejatinya mendidik anak pun merupakan tugas bersama bagi seorang ayah juga seorang Ibu. Selaras dengan sabda Khalifah Muslim Ahmadiyah saat ini, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad : “Para suami perlu memahami tanggung jawabtanggung jawab mereka sebagai seorang Ayah. Janganlah berpikiran mendidik anak adalah tanggung jawab seorang ibu saja.”

Ya, layaknya sahabat, Istri pun membutuhkan sahabat dalam keluarga kecilnya untuk bersama mendidik putra dan putri terkasih mereka. Karena sang anak pun tentunya membutuhkan sosok ayah yang senantiasa mengayomi dan melindungi.

  • Jangan Terlalu Keras Namun Jangan Terlalu Lunak

Hadhrat Mirza Masroor Ahmad bersabda: “Beberapa orangtua memarahi anak-anak mereka begitu keras mengenai berbagai hal sementara yang lainnya malah bersikap begitu lunak ketika anak-anak mereka melakukan kesalahan. Sikap seperti ini akan membuat mereka tidak memahami mana yang benar dan yang salah. Kedua cara tersebut memberikan pengaruh buruk dalam mendidik anak.”

Ketika mendidik anak dengan begitu keras dan berkutat dalam amarah, tentunya si anak tidak dapat berfikir dengan baik. Alih-aalih si anak berusaha memperbaiki kesalahannya, yang ada malah si anak merasa selalu salah, hingga mulai tak peduli terhadap mana yang benar dan mana yang salah. Alhasil membuat mereka semakin hilang arah.

Begitu juga ketika para orang tua memilih mendidik anak dengan begitu lunak dan berkutat dalam kelembutan. Sekilas kelembutan memang baik, namun jika terus-menerus diberikan, seolah orangtua terus-menerus mengalah pada kemauan anak, hingga tentunya menjadi hal yang tidak dapat dibenarkan. Karena, tanpa disadari anak akan merasa terus mendapatkan apa yang dia inginkan, hingga alhasil membuat mereka semakin egois.

Wala Tusrifu (jangan berlebihan). Ya, sejatinya pedoman Firman Allah Ta’ala sangat tepat dalam hal ini. Tidak berlebihan diantara keras atau lunaknya. Layaknya layang-layang yang senantiasa ditarik dan diulur. Ada kalanya anak mendapatkan kelemah lembutan ketika proses mendidik dijalankan namun, ada kalanya anak juga perlu diberikan ketegasan, terlebih ketika mereka melakukan kesalahan.

  • Mewariskan Kesalehan bukan Kekayaan

Hadhrat Ahmad bersabda: “Ada yang berpendapat, ‘Kami akan tinggalkan harta untuk anak-anak kami.’ Mengherankan saya mereka langsung tidak berpikir apakah anak mereka saleh atau tidak? Mereka tidak peduli akan hal ini”

Para orangtua terkadang larut dalam kefanaan, sibuk mengumpulkan kekayaaan dengan berbagai cara, demi mewariskan untuk anak-anaknya kelak, hingga tanpa disadari luput mewariskan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya. Alhasil, alih-alih si anak bahagia menjadi pewaris kekayaan yang melimpah, yang ada si anak malah menghadapi banyakmasalah karena akhlak buruknya hingga tanpa disadari telah menjadi pewaris kejahatan dan keburukan ayahnya.

Padahal, mewariskan kesalehan melaui pendidikan akhlak yang baik dijanjikan Allah Ta’ala dalam surah Al-A’raf ayat 197, bahwa Allah Ta’ala sendiri akan menjamin orang-orang saleh dan melindungi mereka. Selaras dengan Sabda Hadhrat Mirza Masroor Ahmad: “Mereka yang menjadikan kehendaknya itu sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala dan ridha-Nya akan menjadi pembimbing bagi anak-anaknya.”

  • Cara Penyampaian Pendidikan (Tarbiyat)

Khalifah Muslim Ahmadiyah ke-2 bersabda “Cara yang benar tarbiyat bagi anak-anak hendaknya diberikan saat santai contohnya ketika mereka sedang bermain. Bagi anak-anak kecil, tarbiyat juga bisa diberikan melalui kisah-kisah. Sedangkan untuk kaum dewasa ialah dengan nasihat-nasihat. Penceritaan kisah-kisah ialah guna mengarahkan dan menajamkan perhatiannya.”

Melalui kisah-kisah nyata seputar Nabi-Nabi terdapat pesan moral yang tentunya akan mengena, sebagai sarana mendidik usia anak-anak. Dan bagi putra-putri yang beranjak dewasa, nasihat-nasihat dari hati yang tentunya dibangun dengan kedekatan secara emosional akan mengena dan sampai kepada mereka.

Begitulah kiranya 5 hal yang dapat penulis sarikan dari Khutbah Jum’at pemimpin Jama’ah Muslim Ahmadiyah saat ini, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad terkait memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak. Tentu bukanlah hal yang salah untuk menalar kembali hingga menginstropeksi diri, sejauh mana para orangtua menyiapkan generasi penerusnya kelak. Apakah sudah memberikan cukup waktu untuk anak-anak sehingga dapat menjalin hubungan emosional yang begitu kuat dengan mereka? Atau bahkan, apakah kewajiban sebagai seorang ayah dan ibu untuk menjaga, mengayomi, hingga melindungi anak-anak yang hanya sebagai titipan dari Allah Ta’ala telah terealisasi?


Oleh : Mutia Siddiqa Muhsin

Sumber : Khutbah Khalifatul Masih Al Khaamis Hadhrat Mirza Masroor Ahmad Tanggal 29 Januari 2015, 18 Maret 2016, 19 Mei 2017

Sumber Gambar : www.prestasiglobal.id