“Mah, kalkunnya agak gosong!” teriak saya dari dapur. Ini satu moment yang saya ingat ketika merayakan Thanksgiving beberapa tahun setelah pindah dari Indonesia dan ketika pertama kalinya kelurga kami memutuskan untuk memanggang kalkun. Thanksgiving adalah salah satu hari libur nasional di Amerika Serikat dan dirayakan pada hari kamis ke-empat bulan November. Kalau mendengar kata Thanksgiving saya langsung membayangkan hidangan khasnya seperti sebuah kalkun panggang besar berwarna kecoklatan dengan sausnya, semangkuk mashed potato (kentang di rebus, dihaluskan dan dicampur dengan susu dan mentega), green bean caserole (buncis panggang dengan saus jamur) dan makanan penutupnya pumpkin pie (kue pai dari labu siam).
Cerita dan makna Thanksgiving lebih dari kemewahan hidangannya. Sejarah dan maknanya pun beragam seperti keberagaman hidangannya. Kalau pembaca meng-google hidangan Thanksgiving, gambar-gambarnya mengguggah selera dan terlihat keren. Bagi banyak pendatang baru seperti saya, merayakan Thanksgiving seperti membuat saya merasa menjadi lebih American karena di Amerika Serikat Thanksgiving memang penting sekali sama seperti lebaran untuk orang Muslim di Indonesia.
Ada dua versi sejarah Thanksgiving. Versi pertama yang biasa diajarkan di sekolah-sekolah dan versi kedua dari sudut pandang Native American atau penduduk asli Amerika Serikat. Dilansir dari David Silverman dalam bukunya yang berjudul: “This Land Is Their Land: The Wampanoag Indians, Plymouth Colony, and the Troubled History of Thanksgiving”, beberapa orang dari suku Wampanoag mendengar suara tembakan. Mereka pikir para pendatang atau the Pilgrims itu diserang. Lalu sekitar 90 orang dari suku Wampanoag mendatangi tempat orang Pilgrims. Mereka terkejut dan malah sedikit mencurigai orang-orang suku Wampanoag. The Pilgrims mengira orang-orang suku Wampanoag ingin menyerang mereka. Akhirnya the Pilgrims dan orang-orang suku Wampanoag duduk dan makan bersama.
Sementara itu sejarah Thanksgiving yang biasa diajarkan di sekolah bermula dari kelompok Protestan dari Inggris (the Pilgrims) itu ditolong oleh suku Wampanoag untuk bertahan hidup ketika mereka baru pertama kali datang ke daerah Cape Cod, Massachusetts. Mereka diajarkan cara bercocok tanam, memancing dan sebagainya. Kelompok Pilgrims mempunyai kebiasaan berterima kasih kepada Tuhan dengan mengadakan jamuan makan dan berdoa. Konon katanya, orang-orang Pilgrims itu mengundang suku Wampanoag untuk makan bersama sebagai bentuk berterima kasih karena telah diajarkan memancing, bercocok tanam dan kemampuan bertahan hidup lainnya.
Tentu cerita ini berbeda sekali dengan versi dari suku Wampanoag. Oleh karena itu ada beberapa suku Native American khususnya di Massachusetts memilih untuk tidak merayakan Thanksgiving. Mereka memilih untuk memberi tahu publik tentang sejarah Thanksgiving versi mereka. Mereka melakukan aksi protes dengan jalan damai dan merubah Thanksgiving menjadi National Mourning Day(Hari Kedukaan Nasional) karena beratus-ratus tahun tanah mereka diambil oleh pendatang dari Eropa, mereka diperlakukan tidak adil, dibunuh, dihilangkan budayanya, bahasanya bahkan dijadikan budak.
Tahun 1863 Thanksgiving resmi menjadi hari libur nasional oleh Presiden Abraham Lincoln. Karena hari kamis itu libur, orang-orang bisa berkumpul bersama keluarga bahkan mudik juga bagi mereka yang ingin mengunjungi kelurganya di kota atau state (provinsi) lain. Jadi Thanksgiving ini seperti lebarannya orang Amerika karena mereka berbondong-bondong pulang kampung, berkumpul bersama keluarga dan teman dan makan besar dengan menu spesial.
Kata Thanksgiving jika dibagi dua menjadi thanks dan giving atau jika diterjemahkan bersyukur, berterima kasih dan memberi sesuatu. Makna ini sangat erat dengan ajaran Islam karena dalam Islam diajarkan untuk selalu bersyukur, berterima kasih dan berbuat kebaikan (giving) dengan bentuk apa pun seperti memberi uang, makanan, menolong membersihkan rumah dan berbagai amal kebaikan lainnya. Dalam surat An-Naml ayat 20 Muslim diajarkan untuk berdoa, “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah (saw) juga bersabda bahwa barangsiapa yang tidak berterima kasih atau bersyukur dengan hal kecil maka ia tidak akan bisa bersyukur dengan sesuatu yang lebih besar. Khalifah Ahmadiyah Hazrat Mirza Masroor Ahmad (aba) pun mengingatkan agar selalu berterima kasih kepada Allah. Beliau berkata dalam khutbah yang berjudul “Rasa Syukur dan Berterima Kasih Kepada Allah” 30 Mei 2008, Huzur (aba) berkata jika kita menuliskan semua berkah yang kita miliki setiap hari pun tidak akan bisa membalas kebaikan yang Allah berikan kepada hidup kita. Beliau pun berpikir bagaimana bisa membalas atas segala kebaikan yang Allah berikan kepada beliau dan Jema’at Ahmadiyah.
Bagi saya pribadi ketika membaca sejarah Thanksgiving dari sudut pandang suku Wampanoag sempat terpikirkan apakah jika saya dan keluarga merayakan Thanksgiving, memasak kalkus panggang itu salah? Apakah itu artinya saya tidak menghargai sentimen suku Wampanoag yang merasa sejarah mereka dirubah? Tapi saya mengambil sisi positif dari Thanksgiving ini sebagai hari spesial untuk berkumpul bersama keluarga dan memasak makanan yang berbeda dari sehari-hari. Saya beruntung menjadi orang Islam karena Islam mengajarkan untuk selalu bersyukur setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahu dan selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki dalam keadaan senang maupun ketika sedang menghadapi kesulitan.
Jadi saya tidak perlu menunggu bulan November datang untuk berterima kasih dan berbuat baik. Satu hal yang membuat saya suka dengan tradisi Thanksgiving ini adalah browsing menu baru seperti resep kalkun panggang, resep makanan penutup (dessert) walaupun akhirnya di keluarga saya, kami tidak memasak kalkun karena tidak terlalu suka. Sepertinya tahun ini kami malah akan memasak ayam betutu tapi menggunakan ayam utuh biar terlihat seperti kalkun panggang.
Sambil browsing menu-menu Thanksgiving, saya membaca satu kutipan dari Melody Beattie : “Gratitude can turn a meal into a feast.”Artinya rasa bersyukur dapat merubah satu piring makanan menjadi satu hidangan lengkap layaknya di pesta. Kalau dibayangkan, seseorang memiliki satu piring yang berisi nasi dan lauk pauk. Jika seseorang itu beryukur dengan satu piring makanan yang ia miliki, maka rasa syukur itulah yang akan membuat dia merasa memakan banyak hidangan di meja besar. Dengan kata lain, walau saat ini seseorang memiliki sedikit harta kekayaan, tetapi jika dia bersyukur dan menikmatinya, maka ia akan merasa bahagia. Happy Thanksgiving!
Penulis: Khalida Jamilah
Sumber:
https://www.alislam.org/friday-sermon//2008-05-30.html
https://www.alislam.org/friday-sermon/2004-08-06.html
https://kids.nationalgeographic.com/history/article/first-thanksgiving
https://www.newyorker.com/magazine/2019/11/25/the-invention-of-thanksgiving
Sumber Gambar : Unsplash.com