Filsafat Islam didasarkan pada prinsip-prinsip toleransi beragama dan menghindari konflik yang berujung pertumpahan darah sesama anak manusia keturunan Bani Adam Alaihis Salam. Namun peperangan demi peperangan silih berganti terjadi di dunia sejak Habil dan Qabil yang termasyhur dalam peristiwa pembunuhan saudara kandung. Doa syukur akan terucap ketika menyaksikan perdamaian di muka bumi karena pada dasarnya manusia lebih cinta dengan perdamaian bukan konflik dan perang saudara yang tercatat pernah terekam dalam buku sejarah peradaban umat manusia. Berbagai pemikiran dan keputusan saat perang terjadi dilandasi antara patriotisme dan menjalankan perintah agama. Sejak perang meletus pada 24 Februari 2022 telah genap satu tahun perang Rusia-Ukraina. Sudah pasti dampak perang menghancurkan sisi kehidupan rakyat Ukraina. Ketika Ukraina masih jadi bagian Uni Soviet, Moskow memindahkan banyak orang Rusia ke Ukraina. Di perbatasan Ukraina, warga negara Ukraina turut menolong menyeberangkan warga yang mayoritas perempuan, orang berusia lanjut dan anak-anak untuk menyelamatkan nyawa sesama satu bangsa dan ras.
Bagi korban perang gencatan senjata merupakan sesuatu yang diimpikan untuk meredam sampai menurunkan tensi perang yang menghebat karena tentu perang itu sangat menguras fisik bahkan meniadakan nyawa juga menjadi pertaruhan hidup dan mati. Konflik berlatar belakang penindasan agama pun sama. Mengutip laporan Freedom House yang menyoroti sejak awal Presiden Xi Jinping menjabat sebagai Presiden Republik Rakyat Tiongkok, skala penindasan agama telah meningkat di semua tingkatan masyarakat, meskipun ada perlawanan secara luas pada masing-masing agama. Di Negeri Tirai Bambu hanya ada lima agama yang diakui, yaitu Budha Cina, Islam, Katolik, Protestan, dan Taoisme. Melihat eskalasi politik yang terjadi dalam setahun atau dua tahun yang merembet menjadi peperangan antar negara dan perang saudara, perlu kita renungkan kutipan dari Masih Mau’ud, Hadrat Mirza Ghulam Ahmad Alaihis Salam. Kemenangan Islam pada akhir zaman ini tidak akan diraih dengan pertempuran dan perang yang mengangkat senjata. Sebaliknya, kejayaan untuk kedua kalinya akan diperoleh lewat doa dan tanda-tanda samawi. Pada kenyataannya, hidup yang semakin dinamis di tengah maju dan canggihnya ilmu pengetahuan yang sudah berada di era teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan saat ini sudah dan akan terus memengaruhi berbagai kehidupan manusia di seluruh dunia. Internet of Things (IoT) adalah anak kandung dari berjayanya revolusi industri four point O atau generasi 4.0.
Peran Ahmadi khususnya Khuddam Ahmadiyah Indonesia sebagai flag carrier yang aktif dan terus mendengungkan suara perdamaian yang pernah diucapkan Abdurrahman Wahid, agama itu inspirasi, bukan aspirasi. Agama harus mengeluarkan daya imajinatifnya dengan menggaungkan spirit perdamaian dan ajakan kedamaian yang membangun bangsa lewat kolaborasi dengan dialog antar umat beragama bukan membawa nama Tuhan ke panggung politik yang bisa menghancurkan ikatan saudara sesama anak bangsa di dunia. Jadikan media sosial kaum muda-mudi sebagai medium untuk menyebarkan narasi perdamaian seperti seruan Love For All, Hatred for None, bukan untuk mem-posting tentang kabar palsu yang berujung ke perang saudara. Kini, harapan sangat besar ada di pemimpin dunia negeri adidaya yang memainkan peranan vital agar dunia tidak terperosok ke perang dunia ke tiga dengan senjata bom nuklir yang dampaknya menghancurkan populasi manusia yang sekarang sudah tercatat mencapai angka delapan miliar.
Ditulis Oleh: Azhar Ahmad Kurniawan