Peran Nabi untuk membimbing Umat Manusia Menuju Surga  

786

Paradise yang secara harfiah bermakna surga dapat ditelusuri dari transliterasi kata Farsi atau Persia Kuno “pairidaeza” atau taman berdinding. Dalam bahasa Arab sendiri, al-jannah yang berarti surga berasal dari ungkapan al-hadiqah zatusy-syajar, yang bermakna kebun atau taman, yang terdiri dari berbagai macam pepohonan.

 Salah seorang penulis Prancis yang bernama Vicomte Robert d’Humieres pernah menyatakan dengan sebuah kutipannya, “Aku ragu kita benar-benar pernah lebih dekat dengan ruh dan spirit Islam, dibandingkan dengan malam itu di taman Shalimar, ketika bulan purnama Agustus, dari atas salju di perbatasan Tibet, menumpahkan cahayanya yang jernih.”

Ada slogan dari Bahasa Jawa yang cukup terkenal yaitu Jer Basuki Mawa Bea yang artinya untuk mencapai suatu cita-cita harus ada pengorbanan. Demikian juga halnya dalam mewujudkan cita-cita pamungkas meraih surga yang telah dijanjikan Allah Ta’ala, sebagai Muslim berusaha keras dan penuh pengorbanan. ”Layaknya suatu kaum yang tengah diuji dengan berbagai cobaan bencana seperti gempa bumi atau pandemi virus, butuh sosok istimewa seperti nabi untuk memurnikan ajaran yang Allah Ta’ala telah gariskan. Mereka adalah manusia pilihan dari kaum laki-laki yang bertugas menjadi pembawa kabar atau syiar yang diajarkan kepada umatnya agar mengenal ajaran tauhid.”

Seorang nabi yang mengajarkan tentang nilai-nilai transedental yang ditemukan dalam kitab suci dapat membuat pengaruh serta menginspirasi kaumnya untuk memilih jalan hidup yang berujung kenikmatan surgawi yaitu berjumpa dengan Sang Ilahi. Bumi dan segala isinya yang telah diciptakan Allah Taala bukanlah tujuan akhir dari perjalanan manusia namun wajah dunia yang dilukiskan sebagai tempat mewah dengan kehidupan gemerlap yang merupakan simbol kapitalisme global. Kepercayaan agama adalah rambu yang menunjukkan jalan menuju kebenaran yang tercantum dalam firman Tuhan yang disampaikan oleh utusannya.

Umat manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sosok pembawa ajaran Tuhan yang esensinya adalah bahwa Tuhan itu Esa dan Maha Agung, Maha Kuasa dan Maha Raja dalam setiap penciptaannya.

Dengan mengkaji dan memahami ayat-ayat-Nya, Quran yang telah diamanatkan kepada Rasulullah saw untuk seluruh umat manusia dan tidak memandang kasta sosial, suku, perbedaan bahasa agar terus belajar dari Quran yang mana kita ketahui sejarah tentang turunnya wahyu tersebut membutuhkan waktu hampir 23 tahun. Berkembangnya ajaran Islam hingga detik ini ke pelosok bumi pun seakan telah menjadi nubuatan dari pendiri Ahmadiyah yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad As. Di dalam buku beliau yaitu Al-Masih di Hindustan, menerangkan di dalam Taurat terdapat janji bagi Bani Israil, “Jika kalian beriman kepada Nabi penghabisan, maka pada akhir zaman kalian akan memperoleh kembali pemerintahan dan kerajaan setelah (mengalami) banyak sekali cobaan.” Janji itu telah tergenapi dalam bentuk bahwa kesepuluh suku Bani Israil tersebut sudah masuk Islam dan kekuasaan diberikan kepada mereka selaku muslim berabad-abad lamanya.

Marilah bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya kepada kita sehingga kita berada dalam jama’ah-Nya di akhir zaman. Di bawah kepemimpinan al-Masih yang dijanjikan dan para Khalifah nya, Islam kan kembali mendapatkan kejayaannya serta membimbing manusia menuju Tuhannya yang adalah surga itu sendiri. “Tuhan kita adalah surga kita” Tulis Hd. Masih Mau’ud as dalam Bahtera Nuh.

Ditulis Oleh: Azhar Ahmad Kurniawan

image : https://inspiration.org