Al-Qur’an dan Ramadan Dalam Cahaya Seabad Perjalanan Jemaat Ahmadiyah Indonesia

28

Ramadan adalah bulan suci yang penuh berkah, di mana umat Islam berpuasa dan memperbanyak ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bulan ini juga memiliki keistimewaan karena Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadan sebagai pedoman bagi umat manusia.

Sejalan dengan itu, sejarah Islam mencatat berbagai gerakan yang berupaya menegakkan ajaran Al-Qur’an secara murni. Salah satunya adalah Jemaat Ahmadiyah, yang didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada tahun 1889 dan pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1925. Dalam perjalanannya selama lebih dari satu abad, Jemaat Ahmadiyah tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an serta menyebarkan ajaran Islam yang damai ke seluruh dunia.

Tahun 2025 menjadi momen bersejarah bagi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) karena pada akhir tahun ini, JAI akan memperingati satu abad kehadirannya di Indonesia sebagai bentuk rasa syukur atas perjuangan dakwah dalam menegakkan nilai- nilai Islam. Karya tulis ini akan mengulas hubungan antara Al-Qur’an dan Ramadan serta bagaimana Jemaat Ahmadiyah Indonesia merefleksikan nilai-nilai tersebut dalam perjuangannya selama satu abad.

Al-Qur’an sebagai Cahaya yang Hidup

Al-Qur’an adalah sumber petunjuk yang menerangi kehidupan manusia, memberikan bimbingan dalam setiap aspek kehidupan. Sebagai wahyu syariat terakhir dari Allah SWT, Al-Qur’an tetap relevan sepanjang zaman dan menjadi pedoman bagi mereka yang mencari kebenaran. Al-Qur’an dengan jelas menyebutkan keistimewaan bulan Ramadan sebagai waktu diturunkannya kitab suci ini:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِ ْ˜ي اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْٰانُ هُدًى لِِّلنَّاسِ وَبَيِِّٰنتٍ مِِّنَ الْهُٰدى وَالْفُرْقَانِِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَٰلى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَُۗ يُرِيْدُ هاللُّٰ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلََ يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرََۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِِّرُوا هاللَّٰ عَٰلى مَا هَٰدىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْن

Terjemahannya:

“Al-Qur’an telah diturunkan di dalam bulan Ramadan, untuk umat manusia sebagai hidayah yang agung, dan sebagai tanda-tanda yang terbuka yang didalamnya terdapat

penjelasan, petunjuk-petunjuk secara rinci dan perkara-perkara yang membedakan diantara yang benar dan yang batil. Maka, siapa saja dari antara kamu yang berada dibulan ini, ia harus berpuasa dan apabila diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan sebagai musafir maka puasa ini boleh diganti pada hari-hari lain setelah Ramadan. Allah SWT menghendaki kemudahan bagimu dan Dia tidak ingin menyusahkanmu dan Dia ingin supaya dengan mudah kamu menyempurnakan bilangan puasa itu dan sesuai petunjuk yang telah diberikan, sanjunglah keagungan Allah SWT supaya kamu menjadi orang-orang yang bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 186)

Al-Qur’an mengandung berbagai hukum dan pedoman yang penting bagi kehidupan manusia, termasuk bagaimana cara mengamalkannya serta dampaknya terhadap kehidupan seseorang. Allah SWT telah memberikan banyak penjelasan dalam Al-Qur’an mengenai hal ini, sehingga setiap Muslim harus berusaha menerapkan ajaran syariat-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjalankan ajaran tersebut, seseorang tidak hanya dapat meningkatkan kualitas spiritual, keimanan, dan akhlaknya, tetapi juga meraih kemajuan dalam kehidupan duniawi. Dalam ayat yang disebutkan, keberkahan bulan Ramadan dikaitkan dengan keberkahan Al-Qur’an, yang semakin memperkaya makna dan keistimewaan bulan suci ini.

Dalam Khotbah Jumat tanggal 11 Juli 2014, Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz (atba) menyatakan bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-Nya yang sempurna dan lengkap di dalamnya terdapat hukum- hukum yang harus diikuti oleh setiap Muslim. Inilah kitab yang menjadi petunjuk bagi umat manusia dan memberikan penerangan dalam setiap aspek kehidupan. Betapa besar karunia Allah SWT yang telah menciptakan kita di zaman ini dan memberi taufiq untuk beriman kepada Hadhrat Masih Mau’ud as. Melalui beliau, kita diberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya Al-Qur’an dan ma’rifatnya. Hadhrat Masih Mau’ud as menegaskan bahwa predikat Khatam-un-Nabiyyin bagi Rasulullah saw menuntut bahwa Al-Qur’an adalah Khatamul Kutub, kitab paling sempurna yang mencakup seluruh kesempurnaan Ilahi. Keagungan Al-Qur’an ini sejalan dengan kesempurnaan rohani dan batin Rasulullah saw, yang tidak tertandingi oleh siapa pun. Dengan demikian, Al-Qur’an benar-benar merupakan cahaya yang hidup, memberikan petunjuk bagi umat manusia di setiap zaman.

Al-Qur’an bukan sekadar kitab hukum atau sejarah, tetapi wahyu yang menjadi cahaya bagi umat manusia. Ayat-ayatnya memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana manusia harus menjalani kehidupannya dengan penuh ketakwaan dan keadilan. Maka dari itu, Ramadan menjadi waktu terbaik untuk merenungkan isi Al- Qur’an dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Puasa Sebagai Latihan Spiritual

Puasa dalam Islam bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan sarana untuk membangun ketakwaan dan kedekatan dengan Allah SWT. Melalui puasa, seorang Muslim dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu dan memperkuat hubungan spiritual dengan-Nya. Al-Qur’an menyatakan:

ٰٰيۤاَيُّہَا الَّذِيۡنَ ٰامَنُوۡا کُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِِّيَامُ کَمَا کُتِبَ عَلَی الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّکُمۡ تَتَّقُوۡنَ

Terjemahannya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelummu, supaya kamu terpelihara dari segala keburukan.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 184).

Ayat tersebut menegaskan bahwa puasa bukan sekadar ibadah fisik, tetapi juga bentuk latihan spiritual yang bertujuan untuk menjaga diri dari segala keburukan. Dengan menahan kebutuhan duniawi, seorang Muslim belajar untuk lebih mengutamakan aspek rohani, memperkuat pengendalian diri, serta meningkatkan kesadaran akan hubungan dengan Allah SWT.

Dalam Khotbah Jumat tanggal 11 Juli 2014, Khalifatul Masih al-Khaamis juga menegaskan bahwa puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari segala keburukan. Seorang mukmin sejati adalah mereka yang menjadikan bulan Ramadan sebagai sarana peningkatan rohani dan ketakwaan.

Dalam konteks ini, Jemaat Ahmadiyah menekankan pentingnya menjadikan Al- Qur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan, khususnya selama Ramadan. Melalui puasa, seorang Muslim diajarkan untuk lebih sadar akan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah SWT dan sebagai anggota masyarakat yang harus menjunjung nilai-nilai

kebaikan dan keadilan. Puasa Ramadan memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, menjalankan ibadah puasa juga memberikan berbagai manfaat spiritual, termasuk memperoleh pahala yang berlimpah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut, puasa tidak hanya meningkatkan ketakwaan tetapi juga mendatangkan ganjaran besar bagi yang melaksanakannya dengan penuh keikhlasan.

ﻣَﻦْ ﺻﺎَﻡَ ﺭﻣَﻀَﺎَﻥَ ﺇﯾِﻤﺎَﻧﺎً ﻭﺍَﺣﺘْﺴِﺎَﺑﺎً ﻏﻔُﺮِﻟَﻬَﻤُﺎَ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ﻣِﻦْ ﺫﻧَﺒْﻪِ

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu., Nabi saw bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan puasa Ramadan dengan keimanan dan keikhlasan, maka diampuni dosanya yang telah berlalu”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 37 dan Muslim: 1266).

Puasa Ramadan tidak hanya menjadi ibadah yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah SWT, tetapi juga membawa pahala yang luar biasa. Setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan, dan puasa memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT.

Selain berpuasa, Rasulullah saw juga menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat malam dibulan Ramadan sebagai bentuk ibadah tambahan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat malam dibulan suci ini memiliki keutamaan besar, termasuk pengampunan dosa bagi mereka yang melaksanakannya dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

ﻛﺎَﻥََ ﺭﺳَﻮُﻝَُ ﻠﻟﺍَّﻪِ ﺻﻠَﻰَّ ﻠﻟﺍَّﻪُ ﻋَﻠَﯿْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﯾُﺮَﻏِّﺐُ ﻓﻲِ ﻗﯿِﺎَﻡَِ ﺭﻣَﻀَﺎَﻥََ ﻣِﻦْ ﻏَﯿْﺮِﺃَﻥْ ﯾَﺄْﻣُﺮَﻫُﻢْ ﻓﯿِﻪ ﺑﻌِﺰَﯾِﻤَﺔٍ ﻓﯿَﻘَﻮُﻝَُ ﻣَﻦْ ﻗﺎَﻣﺮَﻣَﻀَﺎَﻥََ ﺇﯾِﻤﺎَﻧﺎً ﻭﺍَﺣﺘْﺴِﺎَﺑﺎًﻏﻔُﺮِﻟَﻬَﻤُﺎَ ﺗَﻘَﺪَّﻡَ ﻣِﻦْ ﺫﻧَﺒْﻪِ

Rasulullah saw menganjurkan umat Islam untuk melaksanakan shalat malam selama bulan Ramadan, meskipun ibadah ini tidak diwajibkan.

Beliau bersabda: “Siapa yang mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadan dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (Hadis Shahih, riwayat Bukhari: 36 dan Muslim: 1267. Teks hadis riwayat al-Bukhari).

Dengan demikian, puasa bukan sekadar kewajiban ibadah, tetapi juga sarana pembinaan spiritual yang mendalam. Melalui pengendalian diri, ketakwaan, dan pengorbanan, seorang Muslim belajar untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT

serta meningkatkan kualitas keimanan dan akhlaknya. Dengan menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan, seorang hamba tidak hanya memperoleh manfaat rohani, tetapi juga meraih keberkahan dan pengampunan dari-Nya.

Tasyakur Seabad Jemaat Ahmadiyah Indonesia sebagai Bukti Keberkahan Al- Qur’an dan Ramadan

Sejak didirikannya lebih dari satu abad yang lalu, Jemaat Ahmadiyah telah berkembang pesat dalam menyebarkan ajaran Islam yang damai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Al-Qur’an. Perjalanan panjang ini penuh dengan tantangan dan pengorbanan, namun berkat pertolongan Allah SWT, Jemaat Ahmadiyah terus maju dalam berbagai bidang. Sebagai bentuk rasa syukur atas keberkahan yang diberikan Allah SWT, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mengadakan Tasyakur Seabad untuk merefleksikan perjuangan dan meneguhkan kembali komitmen dalam menjalankan ajaran Islam.

Dalam dokumen Doa Program Rohani, Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia, H. Abdul Basit, Shd., menyatakan, “Dengan karunia Allah SWT, saat ini Jemaat Ahmadiyah Indonesia telah berdiri di 34 ibukota Provinsi, 192 Kabupaten/Kota dengan lebih dari 400 Jemaat lokal. Pasang surut perkembangan Jemaat telah dilalui oleh para sesepuh, sedang dilalui oleh generasi kita serta akan dialami oleh generasi penerus”.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa perkembangan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia merupakan hasil dari dedikasi dan perjuangan generasi terdahulu, yang kini dilanjutkan oleh generasi sekarang dan mendatang. Keberlanjutan ini menjadi bukti nyata bahwa ajaran Al-Qur’an tetap hidup dalam praktik kehidupan sehari-hari para anggota Jemaat.

Dalam rangka menyambut 100 tahun Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), Khalifatul Masih V, Huzur aba, memberikan lima arahan penting bagi seluruh anggota Jemaat untuk dilaksanakan dalam perayaan Tasyakur Seabad. Arahan ini disampaikan dalam mulaqat virtual dengan mahasiswa JAI pada 30 Oktober 2020, yaitu:

  1. Menjadikan Mubayi’in baru sebanyak 100 ribu, sebagai upaya menyebarkan Islam sejati dan mengajak lebih banyak orang mengenal ajaran islam yang benar.
  • Rutin shalat berjamaah, untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT serta membangun persatuan dan kedisiplinan dalam Jemaat.
    • Rutin membaca Al-Qur’an, agar setiap anggota dapat memahami dan mengamalkan ajaran suci yang menjadi petunjuk hidup.
    • Rutin membaca selawat, sebagai bentuk kecintaan dan penghormatan kepada Rasulullah saw.
    • Membangun ikatan dengan Khalifah, seperti dengan menyimak khotbah Huzur, berkirim surat memohon doa minimal sekali dalam sebulan, serta mengamalkan petunjuk yang diberikan oleh Huzur.

Arahan ini menjadi pedoman bagi seluruh anggota Jemaat dalam memperkokoh keimanan, meningkatkan spiritualitas, serta mempererat hubungan dengan Khalifah sebagai pemimpin rohani yang membimbing Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia. Dengan melaksanakan arahan ini, diharapkan Jemaat Ahmadiyah semakin berkembang dan terus berada dalam lindungan serta berkah Allah SWT.

Tasyakur Seabad bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk memperbarui tekad dalam mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan meningkatkan ketakwaan. Bulan Ramadan, sebagai bulan yang penuh berkah, menjadi waktu yang tepat bagi setiap anggota Jemaat Ahmadiyah untuk merefleksikan diri, memperkuat ibadah, serta memperdalam pemahaman terhadap wahyu Ilahi. Dengan mengikuti petunjuk Al-Qur’an, memanfaatkan momentum Ramadan untuk meningkatkan spiritualitas, serta menjalankan arahan dari Khalifah, Jemaat Ahmadiyah dapat terus menjadi komunitas yang membawa kedamaian, kemajuan, dan keberkahan bagi dunia.

Kesimpulan

Al-Qur’an dan Ramadan memiliki keterkaitan yang mendalam, di mana bulan suci ini menjadi momen terbaik bagi umat Islam untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT melalui pemahaman dan pengamalan wahyu-Nya. Jemaat Ahmadiyah, dalam lebih dari satu abad perjalanannya, telah menunjukkan komitmen kuat dalam menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam menegakkan ajaran Islam yang sejati.

Peringatan Tasyakur Seabad Jemaat Ahmadiyah Indonesia pada tahun 2025 bukan hanya sebagai bentuk rasa syukur atas bimbingan Allah SWT, tetapi juga sebagai pengingat bahwa perjuangan dalam menyebarkan cahaya Al-Qur’an harus terus dilanjutkan. Begitu pula dalam menyambut 100 tahun Jemaat Ahmadiyah Indonesia, upaya memperkuat ibadah, dakwah, dan hubungan dengan Khalifah menjadi langkah penting dalam menjaga keberkahan dan pertumbuhan spiritual Jemaat.

Dengan demikian, Ramadan, Al-Qur’an, dan sejarah panjang perjuangan Jemaat Ahmadiyah menjadi bukti nyata bahwa Islam adalah agama yang hidup, penuh berkah, dan senantiasa membimbing umat manusia menuju kebaikan dan ketakwaan.


Oleh : Muharim Awaludin

Referensi :

  1. Al-Qur’anul Karim: QS. Al-Baqarah: 183, QS. Al-Baqarah: 185.
  2. Khotbah Jumat Khalifatul Masih al-Khaamis ayyadahullaahu Ta’ala binashrihil ‘aziiz, 11 Juli 2014, Masjid Baitul Futuh, Morden, London, UK.
  3. Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 37 dan Muslim: 1266.
  4. Hadis Shahih, riwayat Bukhari: 36 dan Muslim: 1267. Teks hadis riwayat al- Bukhari.
  5. “Doa Program Rohani,” Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia, H. Abdul Basit, Shd.
  6. Pengarahan saat mulaqat virtual Huzur V aba dengan mahasiswa JAMAI 30 Oktober 2020.