Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Bulan ini bukan sekadar waktu untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga merupakan madrasah ruhani, tempat manusia belajar kembali tentang dirinya, tentang Rabb-nya, dan tentang petunjuk yang membimbing langkahnya.
Di bulan yang mulia ini, dimana Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Seperti hujan yang membasahi tanah gersang, Al-Qur’an menumbuhkan iman yang hampir mati, menghidupkan hati yang lama tak bersujud. Ayat-ayat al-qur’an bukan sekadar susunan kata, melainkan nafas kehidupan bagi mereka yang ingin mendekat kepada-Nya. Hubungan antara Al-Qur’an dan Ramadhan begitu erat, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
ﺷَﮩۡﺮُ رَﻣَﻀَﺎنَ اﻟﱠﺬِیۡۤ اُﻧۡﺰِلَ ﻓِﯿۡہِ اﻟۡﻘُﺮٰۡانُ ﮨُﺪًی ﻟﱢﻠﻨﱠﺎسِ وَ ﺑَﯿﱢٰﻨﺖٍ ﱢﻣﻦَ اﻟۡﮩُٰﺪی وَ اﻟۡﻔُﺮۡﻗَﺎنِ ۚ..…
Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Al- Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan- keterangan yang nyata mengenai petunjuk dan Furqān….(Al-Baqarah:186)
Ayat ini menunjukkan bahwa Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga bulan di mana manusia harus lebih mendekatkan diri kepada Al-Qur’an, merenungkan maknanya, dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam hangatnya siang dan kesejukan malam, Al-Qur’an merayapi relung hati. Setiap huruf yang dilafalkan adalah ibadah, setiap ayat yang direnungkan adalah cahaya.
Maka, Ramadhan bukan hanya tentang lapar dan dahaga, bukan hanya tentang menghitung jumlah rakaat dalam tarawih, atau tentang hidangan berbuka yang menggugah selera. Ramadhan adalah tentang bagaimana kita kembali pada sumber cahaya, pada kalam yang membawa keselamatan, pada ayat-ayat yang mampu mengubah kehidupan.
Ramadhan adalah perjalanan. Dimana ia bukan hanya perjalanan fisik dari fajar ke senja, tapi lebih dari perjalanan ruhani, perjalanan menuju Allah ta’ala. Di bulan ini, manusia diuji dengan hawa nafsunya sendiri, dipertemukan dengan kelemahannya, sekaligus diberikan kesempatan untuk bangkit.
Malam-malam yang dipenuhi ketundukan dan siang hari yang diwarnai kesabaran. Dalam kelelahan menahan dahaga, dalam godaan ketika lapar merongrong, justru ada pelajaran yang tak ternilai bahwa manusia tidak hidup dari makanan semata, tetapi dari keimanan yang mengisi hatinya. Di sinilah Al-Qur’an menjadi penerang, pedoman hidup
bagi umat manusia, memberikan petunjuk dalam segala aspek kehidupan. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Hadits ini menekankan pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan seorang Muslim. Di bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak tilawah (membaca) Al-Qur’an. Rasulullah SAW sendiri dalam Ramadhan biasa mengkhatamkan Al-Qur’an bersama Malaikat Jibril, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:
“Jibril biasa menemui Nabi setiap malam pada bulan Ramadhan untuk bertadarus Al-Qur’an bersamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kegiatan tadarus ini bukan sekedar membaca, bukan sekedar mengejar khatam ataupun sekadar menghitung jumlah ayat yang telah dilantunkan, tetapi meresapi dan menghayatinya. Setiap kata dalam Al-Qur’an adalah panggilan, setiap ayat adalah pesan cinta dari Allah ta’ala untuk hamba-Nya.
Puasa dan Al-Qur’an memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Keduanya akan memberikan syafaat bagi orang yang mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa akan berkata: ‘Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makanan dan syahwat di siang hari, maka izinkan aku memberi syafaat untuknya.’ Dan Al-Qur’an berkata: ‘Aku telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafaat untuknya.’ Maka keduanya pun diberi izin untuk memberikan syafaat.” (HR. Ahmad dan Hakim).
Hadrat Masih Mau’ud as. sering kali menekankan pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan seorang Muslim. Beliau bersabda:
“Al-Qur’an adalah mata air sejati dari kehidupan spiritual. Barang siapa yang mendalami dan mengamalkan ajarannya, ia akan menemukan kesempurnaan dalam keimanannya dan dekat kepada Tuhan.”
Dalam konteks Ramadhan, kutipan ini mengingatkan kita bahwa Ramadhan adalah kesempatan emas untuk menghidupkan kembali spiritualitas kita melalui Al-Qur’an. Membaca dan memahami Al-Qur’an dengan hati yang tulus akan membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT.
Ramadhan memberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah. Genggamlah Al-Qur’an dan Jangan biarkan ia berdebu di sudut rak, jangan biarkan ia hanya menjadi bacaan saat Ramadhan tiba. Al-Qur’an adalah petunjuk sepanjang hayat, sahabat dalam kesepian, penghibur dalam kesedihan, dan penunjuk jalan dalam kebimbangan. Mereka yang merengkuhnya akan berjalan di atas jalan yang lurus, di bawah naungan kasih sayang Ilahi. Semoga Ramadhan menjadi titik balik, semoga Al-Qur’an tetap bercahaya dalam hati, hingga nafas terakhir mengembalikan kepada-Nya.
Oleh : Taufik Ahmad Hidayat