Belajar dari barisan Unta, Tajamnya Kaktus dan Sholat Berjamaah.

148
Camel Caravan in the desert engraving illustration

Mengapa Allah Ta’ala menciptakan unta? Makhluk ciptaan Tuhan yang sangat istimewa ini, bahkan masuk dalam Al-Qur’an.

Unta, hewan yang hidup di daerah gurun pasir yang begitu tandus, kering dan terbatas akan sumber makanan dan air, menjadi contoh bagi manusia bagaimana menjalani kerasnya hidup.

Mengapa di gurun diciptakan pohon kaktus dengan duri yang tebal dan tajam? Mengapa unta memiliki mulut yang tebal dan keras?

Kaktus dan unta adalah sama-sama simbol ketahanan. Dua makhluk hidup berbeda spesies ini, dapat tumbuh dan berkembang di daerah gurun yang tandus, gersang dan panas.

Seperti hal nya manusia, hidup di tengah kerasnya perjalanan dunia, diharapkan dapat mengambil pelajaran dari kaktus dan unta.

Bagaimana manusia hidup harus mempunyai sifat sabar. Sabar adalah kunci dari semua perjalanan hidup. Sabar dalam menghadapi segala ujian dan cobaan.

Unta, simbol kepatuhan dan ketaatan. Tidak ada yang mendahului cara berjalan unta di barisan terdepan. Semua berjalan mengikuti satu arah, berbaris rapi dan tidak ada yang saling mendahului.

Taat pada satu pemimpin. Itulah gambaran dari barisan unta di padang pasir nan tandus, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an:

اَفَلَا یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَی الۡاِبِلِ کَیۡفَ خُلِقَتۡ 

Artinya: “Apakah mereka tidak melihat kepada unta-unta, bagaimana mereka diciptakan?” (Al-Ghasyiyah:18)***

Dalam tafsir dijelaskan bahwa orang-orang mukmin, bagaikan se-kafilah unta yang bergerak runtun dalam barisan, semuanya di belakang seorang yang membimbing mereka, menunjukkan kepatuhan tak bersyarat kepada pemimpin mereka.

Unta, adalah simbol kemandirian, bagaimana unta dapat membawa beban yang berat untuk menempuh perjalanan yang panjang dan jauh. Sejauh mata memandang, hanyalah pasir tandus yang terhampar. Ketersediaan air di punuknya hanya bisa bertahan beberapa waktu saja. 

Menurut Santo Agustinus, seorang filsuf dan teolog Kristen yang lahir di Tagaste*** tahun 354, beliau mengatakan bahwa unta melambangkan kerendahan hati, sebuah kebajikan yang ditunjukkan oleh leher makhluk ini (yakni unta) yang menukik dalam.

Dan ketika unta menemukan sumber makanan di gurun, unta hanya menemukan sebatang pohon kaktus yang berduri tajam dan tebal. Namun unta memakan kaktus tersebut karena memiliki tekstur bibir dan lidah yang keras, yang mampu untuk mengunyah kaktus.

Kaktus, pohon berduri tajam, menandakan bahwa tajamnya perjalanan hidup penuh dengan duri-duri. Keluasan kesabaran haruslah dimiliki oleh orang-orang mukmin. 

Khasiat pohon kaktus pun sangat lah banyak, dimana buah kaktus dapat meningkatkan imun dalam tubuh, sesuai dengan bertahannya unta di gurun pasir selama berhari-hari, membutuhkan imunitas yang tinggi. 

Kaktus juga berkhasiat untuk kesehatan jantung, menjaga pencernaan, mengontrol gula darah, dan kaya antioksidan.

Semua khasiat dalam pohon kaktus sangat sesuai untuk ketahanan di hamparan gurun nan tandus.

Walaupun berduri, kaktus juga bisa dijadikan sebagai tanaman hias yang indah jika ditempatkan di tempat yang baik dan pantas, serta dirawat dengan baik pula.

Kemudian sholat berjamaah, simbol dari pada ketaatan, yakni adanya imam dan makmum. Bagaimana makmum mengikuti imam ketika melakukan satu per satu gerakan sholat, tidak ada yang mendahului seorang imam.

Dalam sholat berjamaah, semua gerakan pun sama, berdiri tegak mengucap takbir, menandakan akan kebesaran Tuhan pemilik alam semesta. 

Gerakan-gerakan sholat mempunyai filosofi untuk selalu tunduk, patuh, dan penuh penghambaan secara keseluruhan.

Sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an:

وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ ارۡکَعُوۡا مَعَ الرّٰکِعِیۡنَ 

Artinya: “Dan dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan yang rukuklah bersama orang-orang rukuk. (Al-Baqarah:44)***

Rukuklah bersama orang-orang yang rukuk, artinya mendirikan shalat secara berjamaah.

Kemudian dalam hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.”***

Jamaah Ahmadiyah, adalah sebuah organisasi dalam islam yang berada dalam satu kepemimpinan, satu Khilafat, satu pesan dan satu tujuan. Berjamaah, simbol dari Ahmadiyah.

Ada empat syarat ahlus sunnah wal jamaah, yaitu; ada pemimpin, ada makmum, ada bai’at dan ada taat.

Satu komando atas sabda seorang pemimpin rohani yakni Khalifah. Semua pengikutnya berjanji untuk senantiasa taat dalam satu kepemimpinan.

Majunya suatu kaum dilihat dari bagaimana ketaatan kepada pemimpinnya. Pemimpin ruhani yang membimbing umatnya ke jalan yang benar dan menasehati dengan cara yang baik, haruslah kita sambut dengan satu jawaban, “Labbaik.”

Untuk itulah, berjamaah adalah simbol dari makna ketaatan.

Dalam QS. Al-Kahf ayat 24 difirmankan:

وَ لَا تَقُوۡلَنَّ لِشَایۡءٍ  اِنِّیۡ  فَاعِلٌ ذٰلِکَ غَدًا 

Yang artinya: “Dan janganlah engkau mengatakan tentang sesuatu, “Aku pasti akan mengerjakannya esok hari,” (Al-Kahf:24)***

Kata ‘esok’ di atas adalah merupakan penolakan ketika seseorang diminta melakukan sesuatu.

Apabila ini hubungannya dengan kepemimpinan, maka ketika kita diamanahkan untuk melakukan sesuatu, tidak boleh menolak. Ketika kita diamanahkan sesuatu, maka yang harus kita lakukan adalah menjaga amanah tersebut. Artinya kita orang yang benar-benar bisa dipercaya dalam melakukan sesuatu.

Jika kepercayaan sudah rusak, maka bukan tidak mungkin segalanya akan runtuh. Sama halnya akan kepemimpinan. 

Setiap dari kita adalah pemimpin dan kita esok akan bertanggung jawab terhadap apa yang kita pimpin.

Sesuai dalam hadits: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”***

Makna pemimpin di sini cakupannya cukup luas. Dalam rumah tangga misalnya, ada suami, istri dan anak.

Dalam kepemerintahan misalnya, ada RT, RW, Kepala Desa hingga yang tertinggi adalah Presiden.

Pun dalam berorganisasi. Ada pengurus yang memegang suatu amanah dalam kepengurusannya.

Kepemimpinan adalah suatu karunia dari Tuhan. Maka, jagalah karunia tersebut sebaik-baiknya dan khidmati dengan penuh penghambaan, penuh kerendahan hati an yang hakiki. Jadikanlah Tuhan sebagai pilar utama dalam segala kehidupan yang kita jalani.

Dalam menjalankan suatu kepemimpinan, jangan pernah melupakan kebersamaan. Pemimpin juga harus memiliki sifat seperti seorang ibu, yang menyayangi dan melindungi anak-anaknya dari terkaman hewan buas.***

Kasih sayang hakiki dari seorang pemimpin kepada rakyatnya sangatlah berarti. Rangkul lah rakyat sedemikian erat, jangan ada kebencian di hati pemimpin kepada rakyatnya.

Karena setiap dari kita adalah pemimpin tentang apa yang diamanahkan kepada kita.

Maka, jagalah amanah tersebut dengan senantiasa selalu memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala, agar kita diberi kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menjalankan suatu amanah. Juga agar Allah Ta’ala senantiasa meridhoi dan menolong setiap langkah kita menuju kebaikan.

Sholawat dan istighfar senantiasa dilafazkan dalam keseharian kita.

Aamiin Allahumma Aamiin.

Taat itu adalah tanpa ‘tapi.’


Oleh: Mukminah

Referensi:

  • Al-Qur’an, terjemah dan tafsir singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2014, hal. 2095
  • Tagaste adalah sebuah kota Romawi-Berber di Aljazair modern, yang sekarang disebut Souk Ahras . Kota ini memiliki makna sejarah yang penting karena merupakan tempat kelahiran Santo Agustinus 
  • Al-Qur’an, terjemah dan tafsir singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2014, hal. 51
  • Dari Abdullah ibn Umar (diriwayatkan), bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR. al-Bukhari no. 609 dan 610, dan Muslim no. 1036 dan 1039)
  • Al-Qur’an, terjemah dan tafsir singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2014, hal. 1017
  • HR. Al Bukhari dan Muslim
  • Dikutip dari buku “Kiat-kiat Keberhasilan dalam Memimpin Jemaat”, Hz. Mirza Tahir Ahmad rh, JAI, 1992

    Image: https://www.istockphoto.com/