Dampak wabah virus Corona atau Covid-19 yang kini menjadi pandemi dunia tidak hanya menyerang kesehatan. Lebih dari itu, virus ini juga merusak tatanan di berbagai sektoral. Bayangkan, makhluk berukuran mikroskopis ini mampu meluluhlantahkan sistem sosial juga kebudayaan yang ada di masyarakat. Interaksi sosial secara langsung serta kegiatan-kegiatan massal yang menjadi tradisi di masyarakat harus ‘mati’ gara-gara virus corona, kendati masih bisa memanfaatkan teknologi internet untuk berinteraksi secara daring. Ekonomi masyarakat pun ketar-ketir, banyak keluhan sana-sini terutama datang dari kalangan ekonomi ke bawah. Belum lagi tata kelola pendidikan ‘darurat’ yang masih menimbulkan kontroversi. Tak hanya itu, dalam suasana pandemi ini pun terdapat narasi berbau politik yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat kecil.
Terlepas dari berbagai polemik yang muncul, masyarakat juga banyak yang menaati anjuran pemerintah, aparat kepolisian serta otoritas kesehatan dalam situasi pandemi ini. Banyak dari kalangan kita yang melakukan segala macam aktivitas di dalam rumah; seperti belajar, bekerja, beribadah bahkan berolahraga. Di masa-masa awal terbitnya maklumat pemerintah untuk ‘merumahkan’ warganya, mungkin tidak menjadi masalah jika harus mengerjakan segala sesuatunya di dalam rumah.
Namun, setelah sekian hari beraktivitas dengan suasana yang monoton menimbulkan kesan yang menjenuhkan. Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dalam tempat yang sama selama 24 jam lambat laun membosankan. Belum lagi ketika kita menyimak pemberitaan di media yang selalu mengabarkan tentang Covid-19 membuat bahan tontonan masyarakat seolah-olah ‘kurang nutrisi’. Jika terlalu mengonsumsi tayangan seperti itu tidak menutup kemungkinan muncul gejala stres. Stres memang seharusnya dirasakan dalam durasi yang singkat-singkat saja. Kondisi stres dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, kewaspadaan berlebih, dan sebagainya. Dalam jangka panjang, stres dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Lebih jauh lagi stres dapat melemahkan sistem imun, padahal sistem imun sangat penting untuk proteksi kita dalam keadaan wabah penyakit ini1.
Sebagai seorang Ahmadi, sudah seyogianya kita menaruh perhatian penuh terhadap karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita, yakni nikmat meyakini Imam Mahdi dan Masih Mauud as yang di utus di akhir zaman dan para khalifah. Hazrat Khalifatul Masih V aba telah berulang kali menyampaikan pesan beliau pada kesempatan Khutbah Jumat berkenaan dengan pandemi virus corona ini. Bukankah ini merupakan karunia bagi orang-orang Ahmadi untuk mencicipi kelezatan Nizam Khilafat yang diidam-idamkan umat Muslim di seluruh dunia? Di saat dunia tengah terpuruk akibat wabah ini, kita dapat mendengarkan nasihat-nasihat Khalifah mengenai apa yang mesti dilakukan dalam masa-masa yang sulit ini.
Merasakan stres akibat jenuhnya melakukan aktivitas selama isolasi diri di dalam rumah merupakan hal yang wajar. Tapi ini menjadi ajang kita untuk berkontemplasi dan saatnya untuk mencari ridha Allah Taala. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa kita harus menaruh perhatian terhadap Nizam Khilafat, inilah waktu yang tepat.
Pada kesempatan Khutbah Jumat tanggal 3 April 2020, Hazrat Khalifatul Masih Al-Khamis aba menyampaikan sabda Hazrat Masih Mauud as berkaitan dengan menyikapi wabah seperti yang terjadi pada saat ini. Dan berikut ini beberapa poin penting mengenai hal-hal yang terkait wabah berdasarkan sabda Hazrat Masih Mauud as2:
Menerangi rumah dengan lampu pada saat sekarang
Suatu ketika Hazrat Masih Mauud as berbicara kepada Hazrat Mufti Sahib ra agar menerangi rumah dengan lampu pada saat sekarang (ketika terdapat wabah pada masa itu). Bila kita interpretasi makna dari menerangi rumah dengan lampu, ini ada kaitannya dengan pencegahan munculnya mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur) penyebab berbagai macam penyakit bilamana dijumpai lingkungan yang lembab. Untuk itu, penerangan dengan menggunakan lampu dapat mengantisipasi kelembaban pada ruangan karena udara yang kering senantiasa terjaga, niscaya pertumbuhan mikroorganisme dapat terhambat.
Rumah harus dijaga kebersihannya
Kebersihan merupakan unsur utama ketika kita memerangi wabah virus corona ini. Segala sesuatu yang berasal dari luar tentu tidak menjamin para penghuni rumah terbebas dari penyakit. Maka dari itu, dalam masa isolasi diri di dalam rumah, anggota keluarga semestinya bergotong-royong menjaga kebersihan rumah dengan membagi peran masing-masing anggota keluarga berdasarkan tugas yang diberikannya.
Pakaian harus tetap bersih
Sebagai penutup tubuh, pakaian juga berpotensi sebagai media penularan virus. Kita tidak bisa menjamin seberapa bersihkah pakaian kita bila terkontaminasi dengan udara, sekalipun di dalam rumah sendiri. Belum lagi aktivitas fisik yang dilakukan membuat tubuh mengeluarkan keringat sebagai zat ekskresi atau sisa hasil metabolisme selama tubuh melakukan aktivitas fisik. Keringat tersebut akan menempel pada pakaian sehingga pakaian sebaiknya segera dicuci dan dijamin kebersihannya. Jika hari-hari kita malas mencuci pakaian dan menyebabkan pakaian menumpuk, kondisi seperti ini tepat untuk kita rajin mencuci pakaian berikut sarung bantal, selimut, gordin, seprai, dan sejenisnya demi mencegah penyebaran virus.
Atmosfir juga beracun
Hazrat Masih Mauud as juga bersabda, “Hari-hari sangat sulit sekarang dan atmosfir juga beracun, kebersihan juga merupakan sunnah Rasulullah SAW.” Polusi udara akibat kegiatan manusia yang menimbulkan kerugian bagi lingkungan juga menjadi persoalan bersama ketika dunia dihadapkan dengan isu perubahan iklim. Dan dalam masa pandemi virus corona ini sejenak kita ‘pulihkan’ keadaan bumi dengan tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat merugikan atmosfir di udara. Untuk itu, kita ditekankan sekali lagi untuk menjaga kebersihan sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran yang artinya, ‘Dan jagalah kebersihan pakaianmu, dan hindarilah kekotoran.’
Orang-orang yang melihat wabah menyebar di kota atau desa mereka, jangan meninggalkan daerah mereka
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 ini terjadi menjelang datangnya bulan suci Ramadhan di mana masyarakat Indonesia (khususnya) melakukan tradisi pulang kampung/mudik ke kampung halaman. Sabda Hazrat Masih Mauud as demikian sangat relevan dengan keadaan saat ini. Orang-orang diminta untuk tidak mudik demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang setiap hari memakan korban puluhan nyawa.
Mereka harus membuat rumah mereka bersih dan hangat sembari mengambil semua tindakan pencegahan
Rumah yang bersih serta penuh kehangatan di dalamnya merupakan tempat senyaman-nyamannya untuk bermukim bersama orang-orang yang dicintai, yaitu keluarga. Agar rumah dapat menjadi tempat tarbiyyat yang nyaman untuk keluarga, penting untuk melakukan upaya pencegahan virus/penyakit di rumah seperti menyemprotkan cairan disinfektan, menyapu lantai, mengelap permukaan yang kotor, memberikan wewangian dan sebagainya.
Dengan melakukan perubahan sejati, mereka harus mencari kedamaian dengan Allah Taala
Hazrat Masih Mauud as bersabda, “Hanyalah perubahan sejati seseorang yang dapat melindungi dirinya dari hukuman Allah.” Ketika mengisolasi diri di dalam rumah, sepatutnya kita juga mengisolasi diri dari perbuatan-perbuatan dosa. Dari hari-hari yang telah kita lalui di rumah ini diharapkan kita mampu menciptakan perubahan diri yang suci, melakukan pertaubatan, dan mencari kedamaian dengan Allah SWT. Banyak hal yang dapat kita lakukan berkenaan dengan hal ini, seperti menelaah buku-buku Jemaat, membaca Al-Quran, shalat Tahajjud, dan sebagainya.
Demikian nasihat-nasihat berharga dari sabda Hazrat Masih Mauud as dalam menyikapi wabah untuk dapat diamalkan. Masih dalam Khutbah beliau, Huzur Anwar aba berpesan kepada anggota Jemaat, khususnya, agar senantiasa menjaga kebersihan rumah dan mengikuti anjuran pemerintah. Kemudian Huzur aba berdoa semoga Allah Taala memberikan karunia dan kasih sayang kepada setiap orang dan menganugerahkan setiap Ahmadi untuk dapat memberikan perhatian khusus dalam doa pada saat ini.
Dalam kondisi apapun, kita meyakini sepenuhnya bahwa ada Dzat yang menciptakan segala hal di alam jagad raya ini, termasuk virus corona yang telah membawa maut ribuan umat di dunia. Maka kenalilah Dia, panjatkan doa setinggi-tingginya, niscaya Dia tidak akan mengingkari hamba-Nya yang meratap.
Oleh: Umar Farooq Zafrullah
Sumber:
1. Wahab, Rafif Adianto Abdul. 2020. Jangan Jadi Covidiot! Masalah Mental Pada Wabah Virus Corona. [Daring] https://rajapena.org/jangan-jadi-covidiot-masalah-mental-pada-wabah-virus-corona/ Diakses 4 April 2020
2. Khutbah Hazrat Khalifatul Masih V aba tanggal 3 April 2020, Masjid Mubarak, Tilford-UK. Diterjemahkan oleh Mln. Syihab Ahmad
Sumber Gambar: Burying plague victims (from a manuscript, c.1350)