Nabi Isa a.s. Diutus Hanya Untuk Bani Israel
Nabi Isa as. adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah Ta’ala hanya untuk Bani Israel. Selain mengajarkan kitab Injil pada umatnya, beliau termasuk pengikut Nabi Musa as. yang memiliki ajaran yang bersumber dari kitab Taurat. Sehingga Nabi Isa as. membimbing umatnya dengan menggunakan kitab Taurat dan Injil. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Ta’ala:
“Dan Kami teruskan jejak mereka (para nabi pendahulu) dengan mengutus Isa Ibnu Maryam, menggenapi apa yang telah ada sebelumnya di dalam Taurat, dan Kami memberikan kepadanya Injil, di dalamnya (terdapat) petunjuk dan cahaya, menggenapi apa yang telah (diwahyukan) sebelumnya di dalam Taurat dan sebagai petunjuk serta nasihat bagi orang-orang bertakwa.” (QS. 5:46)
Firman Allah ini tentu berlaku sepanjang zaman. Otomatis, adalah kesalahan apabila kita percaya bahwa Nabi Isa a.s. turun lagi untuk umat Muslim. Karena beliau diutus oleh Allah Ta’ala hanya untuk Bani Israel. Terkait dengan Hadis Rasulullah saw. mengenai turunnya Nabi Isa. As kita wajib menafsirkannya secara kontekstual, bukan tekstual. Karena secara tekstual artinya bertentangan dengan Firman Allah diatas.
Bagaimana menafikan hadis ini secara kontekstual?. Butuh penjelasan panjang mengenai hal ini, karena itu saya akan memberikan gambarannya saja. Pertama, kita tahu bahwa Nabi Isa a.s. adalah seorang umat Nabi Musa a.s. Berarti, seseorang dari umat Nabi Muhammad saw. akan diutus sebagai Nabi layaknya Nabi Isa as. Kita bisa menyebutnya Nabi Isa a.s. kedua atau yang Nabi Isa a.s. yang dijanjikan.
Kedua, Nabi Isa a.s. juga mendapatkan penolakan yang keras dari ulama Yahudi. Berarti, Nabi Isa a.s. yang dijanjikan ini akan mendapatkan penolakan yang sama dari para ulama Islam. Berbahagialah umat Yahudi menjadi murid setia Nabi Isa a.s./Yesus sebagai Nabi. Sama dengan ini, berbahagialah bagi umat Islam yang menjadi murid setia Nabi Isa a.s. yang dijanjikan.
Nabi Isa a.s. Sudah Wafat
Sebenarnya, umat Muslim masih terbelah dua dengan kepercayaan ini. Dikutip dari NU Online,
“Para ahli tafsir dalam Islam memang terbelah dua dalam menyikapi apakah Nabi Isa ‘alaihis salam telah wafat atau masih hidup. Mereka memiliki argumentasi masing-masing yang pada intinya mereka berbeda dalam menafsirkan Surat Ali Imran ayat 55, Surat Al-Ma‘idah ayat 117 dan 144 serta Surat An-Nisa’ ayat 159. Perbedaan penafsiaran terjadi terutama dalam memaknai kata مُتَوَفِّيكَ“mutawaffika” yang terdapat dalam Al-Qur‘an Surat Ali Imran, ayat 55 sebagai berikut:
إِذْ قالَ اللهُ يا عيسى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَ رافِعُكَ إِلَيَّ وَ مُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذينَ كَفَرُوا
Artinya: “(Ingatlah) tatkala Allah berkata: Wahai lsa,sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku, dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir. ”
Beberapa ahli tafsir meyakini bahwa kata-kata مُتَوَفِّيكَ yang artinya “mewafatkan engkau” pada ayat di atas bermakna sesuai dengan arti leksikal atau makna dhahirnya, yakni “wafat” atau “mati”. Dengan pemahaman seperti itu mereka meyakini bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam benar-benar telah diwafatkan oleh Allah sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Para ahli tafsir yang memiliki pemahaman seperti ini antara lain adalah Buya Hamka, Syaikh Muhammad Abduh dan Sayyid Rasyid Ridha, Prof.Dr. Mahmud Syaltut, dan sebagainya.”.
Sebenarnya Nabi Isa a.s. sendiri sudah mengakui kewafatannya. Di dalam Al Quran beliau bersaksi: “Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di tengah-tengah mereka, tetapi setelah engkau mewafatkan aku, Engkaulah Yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Yang Maha menyaksikan segala sesuatu” (QS. 5:116-117). Jika beliau masih hidup, apakah beliau masih berada ditengah-tengah mereka? .
Jika konteksnya Nabi Isa a.s. wafat, otomatis Allah Ta’ala akan mengutus Nabi Isa a.s. yang dijanjikan yang berbeda dengan yang pertama. Karena tidak ada satupun manusia yang dibangkitkan dari kematian melainkan ketika Hari Pembalasan. (Sumber NU Online: http://www.nu.or.id/post/read/87881/wafatnya-isa-al-masih-dalam-pandangan-islam. Penjelasan lebih lengkap mengenai kewafatan Nabi Isa a.s. dapat dibaca di https://www.qureta.com/post/benarkah-nabi-isa-as-hidup-di-langit/ dan dihttps://rajapena.org/membongkar-mitos-nabi-isa-as-hidup-di-langit/ ).
Khataman Nabiyyin, Nabi yang Paling Sempurna
Sejak kecil kita diajarkan bahwa tidak ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad saw. adalah Khataman Nabiyyin. Dalam bahasa Arab, khatam dapat berarti penutup. Khataman Nabiyyin dapat diartikan sebagai Nabi yang paling sempurna diantara para Nabi. Seusai Hadist berikut:
“Perumpamaanku dan para Nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun suatu rumah lalu dia membaguskannya dan memperindahnya kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata yang tertinggal belum diselesaikan) yang berada di dinding samping rumah tersebut, lalu manusia mengelilinginya dan mereka terkagum-kagum sambil berkata; ‘Duh seandainya ada orang yang meletakkan labinah (batu bata) di tempatnya ini”. Beliau bersabda: “Maka akulah labinah itu dan aku adalah Khataman Nabiyyin”(HR Bukhari No. 3271).
Di hadis ini Nabi mengilustrasikan Khataman Nabiyyin dengan analogi sebuah batu bata yang menyempurnakan sebuah rumah. Beliau saw. Jadi, Rasulullah saw. adalah Nabi yang menyempurnakan para Nabi. Namun, apakah Khataman Nabiyyin dapat menjadi jaminan Allah Ta’ala tidak akan mengutus lagi seorang Nabi?. Pendapat ini benar, jika Allah Ta’ala tidak berFirman seperti ini:
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS 22:75).
Menggunakan hukum Bahasa Arab, kata kerja memilih disini menggunakan Fi’il Mudhari’, yang berarti terus menerus, alias tidak terputus. Sehingga masih terdapat kemungkinan bahwa akan mengutus seorang Nabi.
Banyak Firman-Firman Allah Ta’ala lainnya untuk mendukung kesimpulan ini. Lebih lanjut baca dihttps://rajapena.org/tafsir-ayat-khataman-nabiyyin-berdasarkan-ayat-ayat-lain-dalam-quran-majid/.
Terkait dengan banyak Hadist Nabi yang menegaskan tidak ada Nabi lagi sesudah beliau, lagi-lagi harus dipahami konteksnya, yakni siapa yang harus memimpin Islam setelah Rasulullah saw. wafat? Nabi khawatir akan ada yang mengaku Nabi untuk meraih kepemimpinan Islam dan menguasai harta kekayaan milik umat. Kekhawatiran beliau pun terbukti dengan adanya Musailamah dan 30 pendusta lainnya.
Kesimpulannya, Rasulullah saw. menjamin bahwa Allah tidak akan mengutus seorang Nabi lagi untuk memimpin Islam setelah kewafatannya. Apakah hal ini berlaku selamanya? Tidak, karena Islam akan dipimpin oleh Nabi Isa a.s. yang dijanjikan. Hadist Rasulullah saw. berikut mendukung kesimpulan penulis:
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).
Manhaj kenabian ini adalah kenabian Isa al Masih yang dijanjikan. Khilafah yang mengikutinya adalah khilafah yang meneruskan perjuangan sang Isa al Masih yang dijanjikan.
Allah akan mengutus Nabi Isa as. yang Dijanjikan ke Bumi
Seperti penjelasan di atas, Allah akan mengutus seorang Nabi Isa a.s. yang dijanjikan untuk kembali memimpin Islam. Banyak hadist-hadist yang meramalkan kedatangan Nabi Isa a.s. Misalnya:
”Tidak ada seorang nabi pun antara aku dan Isa dan sesungguhnya ia benar-benar akan turun. Apabila kamu telah melihatnya, ketahuilah bahwa ia adalah seorang laki-laki berperawakan tubuh sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun dengan memakai dua lapis pakaian yang dicelup dengan warna merah, kepalanya seakan-akan meneteskan air walaupun ia tidak basah.” (HR Abu Dawud).
Dan juga dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda:
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga Nabi Isa turun (ke bumi) menjadi seorang hakim yang bijaksana dan pemimpin yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi-babi, meletakkan upeti, harta melimpah-ruah hingga tidak ada seorangpun yang menerimanya.” (HR. Al-Bukhari kitab Ahaadiitsul Anbiyaa’ bab Nuzuul ‘Isa Ibni Maryam (no. 3448), Fat-hul Baari (VI/490-494) dan Muslim Kitaabul Iimaan bab Nuzuul ‘Isa Ibni Maryam Haakiman bi Syari’ati Nabiyyinaa Muhammad j (no.155 (242)), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu)
Siti Aisyah ra. Mendukung kesimpulan penulis. Beliau menasihati kita semua, :
“Katakanlah, sesungguhnya ia [Muhammad] adalah khaatamul-anbiya’ , tetapi jangan sekali-kali kamu mengatakan laa nabiyya ba’dahu (tidak ada nabi sesudahnya)”.(Durrun Mantsur, jld. V, hlm. 204 Takmilah Majmaul Bihar, hlm. 5).
Semua ulama sepakat bahwa maksud dari Siti Aisyah ra. Disini adalah Nabi Isa a.s. yang dijanjikan akan turun. Semua hadist ini, jika kita memahami bahwa Nabi Isa a.s. yang dulu sudah wafat, otomatis kita akan bertemu dengan Nabi Isa as. yang baru.
Tulisan ini hanya menjelaskan bahwa Nabi Isa a.s. yang dulu tidak akan turun/hidup kembali. Sebagai penutup, saya ingin mengabarkan bahwa Nabi Isa a.s. yang dijanjikan tersebut sudah datang. Beliau bernama Mirza Ghulam Ahmad. (Mengenai penjelasan atau bukti bahwa beliau adalah Sosok Isa yang dijanjikan dapat dibaca disini. https://rajapena.org/kapan-nabi-isa-turun-dari-langit/).
Oleh: Fariz Abdussalam
Sumber Gambar: findshepherd.com