Para Wanita Pemberani di Sekitar Rasulullah saw.

4560

Kesan umum pertama kita tentang kaum wanita adalah bahwa mereka ini wujud yang penuh kelembutan dan keindahan. Tersirat juga sifat kelemahan dan bahkan kebengkokan. Mungkin bayangan ini berasal dari suatu hadits Nabisaw  bahwa Allah Ta’ala menciptakan wanita dari tulang rusuk pria. Tulang rusuk sendiri adalah tulang yang memiliki bentuk yang bengkok. Seperti yang telah diterangkan diatas, bahwa maksud dari “wanita diciptakan dari tulang rusuk pria” karena di dalam diri seorang wanita terdapat kebengkokkan (kelemahan) yang mungkin tidak mereka sadari. Seorang pria hendaknya selalu mengingatkan wanita dengan cara yang lembut, dengan tujuan agar kelemahan mereka dapat tertutupi.

                Berbicara mengenai kelemahan wanita, kita mungkin juga berkesimpulan bahwa wanita adalah wujud yang harus mendapat perlindungan dan perhatian lebih atas kelemahan mereka. Mungkin dalam diri kita pernah bergumam, misalnya, “Kenapa cewek itu lemah?”. Nyatanya tidak demikian. Tidak semua wanita itu lemah. Dengan keterbatasan yang ada, mereka berusaha untuk menjadi sosok wanita yang mendapat pengakuan, tanpa harus berpangku tangan kepada pria. Di dunia ini, kita mengenal sosok Kartini, seorang pelopor emansipasi wanita. Beliau dengan berani berjuang demi mengangkat derajat kaum wanita agar setara dengan kaum pria. Atau mungkin kita juga mengenal sosok Fatima Jinnah, salah seorang pelopor dalam gerakan pendirian Negara Pakistan, sekaligus menjadi penasihat kakak beliau, Muhammad Ali Jinnah, yaitu presiden pertama Pakistan. Fatima Jinnah mendapat julukan “Ibu Bangsa” atas jasa beliau memberdayakan kaum ibu di Pakistan.

                Perjuangan para wanita tidak hanya terjadi pada zaman ini. Bahkan pada zaman Rasulullahsaw pun, banyak wanita berjuang sebagai mujahidah dalam membela Islam. Mereka wanita pemberani yang rela mengubah kepribadian lemah lembut mereka, menjadi sosok wanita yang berani dan tidak takut mati demi membela Islam dan Rasulullahsaw. Mereka bersedia mengorbankan jiwa dan raga tanpa gentar sedikit pun. Para wanita pemberani tersebut antara lain adalah:

  1. Shafiyyahra

Hz. Shafiyyahra merupakan bibi dari Rasulullahsaw. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau memiliki sikap berani dan kepahlawanan yang tinggi dalam perang Khandaq. Dalam peperangan tersebut, Rasulullahsaw bersama para sahabat dan kaum Muslimin pergi menuju medan perang, sementara para wanita, orang tua, dan anak-anak ditinggalkan dalam suatu benteng yang terletak di suatu tempat yang tinggi. Dalam benteng tersebut, tidak ada seorang laki-laki pun, kecuali sang pemilik benteng yang bernama Hasan bin Tsabit.

Dikisahkan bahwa orang-orang Yahudi mencoba untuk memata-matai keadaan benteng kaum Muslimin itu dengan cara mengirim seorang pasukan ke benteng tersebut. Melihat adanya seorang Yahudi yang menyelinap, Shafiyyahra berkata kepada Hasan bin Tsabit untuk menghabisi Yahudi itu. Tetapi Hasan bin Tsabit menolak dan tidak berani melakukan hal itu. Maka beliau pun akhirnya keluar dari benteng sambil membawa sebuah tiang yang tergeletak. Dengan diam-diam, beliau memukul kepada Yahudi itu dengan keras. Beliau pun kembali ke benteng dengan membawa Yahudi itu, dan berkata kepada Hasan bin Tsabit agar dia memenggal kepala Yahudi itu. Tetapi lagi-lagi Hasan bin Tsabit menolak. Akhirnya beliau pun mengambil pedang dan memenggal sendiri kepala Yahudi itu, lalu melemparkannya keluar benteng. Para pasukan Yahudi yang berada di sekitar benteng itu pun dibuat takut dengan adanya kepala seorang Yahudi yang bergelinding di tanah. Akhirnya, mereka pun lari menjauh dari benteng itu.

  • Ummu Umarahra

Nama asli beliau adalah Nusaibah binti Ka’abra, dan merupakan salah satu mujahidah yang pemberani ketika berkecamuknya perang Uhud. Beliau pergi menuju perang Uhud bersama dengan suami beliau, Ghaziyah bin Amr, dan kedua anak beliau, Abdullah dan Hubaib. Dalam perang tersebut, beliau ditugaskan untuk menjadi perawat bagi pasukan Muslim yang terluka dan penyedia air. Dalam riwayat dikisahkan bahwa pada suatu waktu, beliau datang ke medan perang Uhud dengan membawa kendi air bagi pasukan Muslim sambil menyaksikan peperangan. Tetapi setelah mendengar kabar bahwa keadaan umat Islam berbalik kalah, beliau dengan segera terjun ke medan perang tanpa membawa senjata apapun.

Di medan perang, beliau meilhat banyak sekali pasukan Muslim yang meninggalkan Rasulullahsaw. Di sana hanya tersisa beberapa pasukan saja yang sedang menjaga beliausaw, termasuk beliaura, suaminya, dan kedua putranya. Ummu ‘Umarah pun segera menuju ke hadapan Rasulullahsaw dan berdiri di samping beliausaw. Rasulullahsaw melihat bahwa Hz. Ummu ‘Umarah tidak membawa senjata apapun. Lalu Rasulullahsaw memerintahkan kepada salah satu pasukan yang terluka agar mundur ke barisan belakang dan memberikan senjatanya kepada Ummu ‘Umarah.

Selain itu, beliau juga sangat berani ketika menghadapi Ibnu Qumai’ah. Melihat Ibnu Qumai’ah yang dengan penuh amarah hendak menyerang Rasulullahsaw, beliau tanpa takut sedikitpun langsung berdiri menghadapi Ibnu Qumai’ah dan menghalau seluruh serangannya. Sampai-sampai, serangan dari Ibnu Qumai’ah mengenai pundak beliaura.

  • Khansa’ binti Amrura

Tamadhar binti Amru adalah nama asli beliau. Beliau merupakan seorang penyair pada masa Rasulullahsaw, karena memang pada waktu itu beliau banyak sekali membuat syair-syair. Setiap tutur kata beliau merupakan dorongan bagi orang-orang di sekitarnya, terlebih lagi setelah beliau memeluk Islam. Kemampuan syair beliau banyak digunakan untuk menyemangati kaum Muslimin . Beliau juga dikenal sebagai wanita yang cantik dan pandai di kalangan wanita Arab pada saat itu.

Selain itu, beliau juga dijuluki sebagai “Ibu Para Syuhada”. Sebelumnya, beliau memiliki empat orang putra. Beliau menularkan kemampuan bersyair beliau dan menanamkan sifat juang dan berani kepada keempat putranya sejak kecil. Mereka dididik agar tidak memiliki sifat takut ketika dalam perang atau ketika mendapat cibiran.

Dalam riwayat dikisahkan bahwa pada suatu waktu, Hz. Umarra memanggil para kaum Muslimin dalam peperangan melawan bangsa Parsi yang menentang. Mendengar hal itu, Hz. Khansa’ mengikutsertakan keempat putra beliau dalam perang tersebut. Beliau sendiri pun juga ikut dalam perang tersebut, bersama dengan kelompok perawat. Sebelum berperang, beliau menasehati keempat putranya dalam bentuk syair, agar keempat putranya tetap berpegang teguh dengan tali Allah dan Islam, tetap memiliki semangat juang tinggi, dan jangan takut untuk mati dalam berjuang demi Islam. Mendengar nasehat ibu mereka, semangat mereka pun terbakar dan pergi menuju medan perang dengan gagah berani.

Beberapa hari setelah berakhirnya masa perang, datang kabar kepada beliau bahwa keempat putranya telah disyahidkan. Tidak seperti ibu-ibu lainnya. Beliau menerima kabar itu dengan perasaan gembira dan tenang, diikuti oleh rasa syukur yang sangat mendalam. Dari peristiwa itulah, beliau mendapat julukan “Ibu Para Syuhada”.

  • Khaulah binti Azwarra

Beliau dikenal sebagai ksatria berkuda hitam. Beliau juga mendapat kedudukan yang setara dengan panglima perang Khalid bin Walid dalam kemampuan memainkan pedang, Beliau adalah wanita yang memiliki jiwa keberanian yang tinggi dalam setiap peperangan, terlebih lagi dalam peperangan ketika melawan bangsa Romawi. Kala itu, pasukan Muslim dipimpin oleh panglima perang Khalid bin Walidra. Beliau bersama pasukan Muslim lain berperang di garis depan, sedangkan Khaulahra sendiri bertugas di garis belakang bersama kaum wanita lainnya.

Dalam perang tersebut, Khaulahra mendapat kabar bahwa saudara beliau, Dhirar bin Azwarra, tertangkap dan ditawan oleh pasukan Romawi. Mendengar kabar itu, beliau langsung bergegas menuju barisan depan dengan menunggangi kuda hitam. Pada waktu itu beliau mengenakan pakaian serba hitam dengan kain hijau yang diikat di bagian pinggang, lalu membelit bagian dada dari punggungnya.

Di barisan depan sendiri, Khalid bin Walidra bersama pasukan Muslim lainnya pergi menuju ke daerah di mana pasukan Romawi menawan Dhirar bin Azwar dan berusaha menyelamatkannya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang pasukan berkuda yang melintas dengan cepat. Khalid bin Walidra pun tercengang dan kagum akan keberanian pasukan tersebut. Sambil membuntuti pasukan berkuda itu, Khalid bin Walidra beserta pasukannya telah sampai di daerah pertahanan Romawi. Pasukan berkuda itu pun dengan berani menerobos barisan pertahanan pasukan Romawi. Pasukan berkuda itu berteriak, sampai-sampai teriakkannya membuat kacau pertahanan pasukan Romawi. Dengan cepat, pasukan berkuda itu menebas setiap pasukan Romawi yang berada di kiri dan kanannya. Tak lama kemudian, pasukan berkuda itu keluar dengan tombak yang bercucuran darah.

Sekali lagi, panglima Khalid bin Walidra kembali dibuat kagum atas tindakan pasukan berkuda itu. Beliau sangat penasaran akan sosok pasukan berkuda tersebut, sampai pada akhirnya beliau dan pasukannya mendekati pasukan berkuda itu. Panglima Khalid bin Walidra menanyakan perihal pasukan berkuda itu. Akan tetapi pasukan berkuda itu diam saja dan menolak untuk menjawab. Setelah ditanya sampai empat kali, akhirnya pasukan berkuda itu menjawab bahwa dia merasa sedih ketika mendengar kabar bahwa saudaranya ditawan dan dia tidak sanggup jika terus berada di barisan belakang dan hanya menjadi wanita yang lemah, yang pada akhirnya, dengan keberanian yang tinggi dia segera pergi menuju ke medan perang untuk menyelamatkan saudaranya.

Panglima Khalid bin Walidra pun serentak kaget bahwa si penunggang kuda itu ternyata seorang wanita, dan beliau sadar bahwa dia merupakan saudari dari Dhirar bin Azwar, yaitu Khaulah binti Azwar.


Oleh: Sandi Ahmad Razi

Sumber Gambar : unsplash.com