Ahmadiyah dan Kecintaan terhadap Tanah Air

985

Adalah sangat mudah untuk mendengar atau mengatakan “setia dan cinta tanah air”, namun pada kenyataannya kalimat tersebut bermakna sangat luas, indah dan dalam. Tentunya, untuk lebih mengerti dan memahami apa arti sesungguhnya dari kalimat tersebut, dan apa yang dituntut oleh kalimat tersebut adalah tidaklah mudah. Dalam tulisan ini  mencoba menjelaskan mengenai konsep  loyalitas dan cinta tanah air.

Pertama-tama prinsip yang utama dalam Islam adalah perkataan dan perbuatan seseorang tidak boleh mencerminkan standar ganda atau kemunafikan. Kesetiaan sejati membutuhkan suatu hubungan yang dibangun berdasarkan ketulusan dan integritas. Hal ini membutuhkan apa yang seorang tampilkan di permukaan sama dengan apa yang ada dalam hatinya. Dalam konteks nasionalisme, prinsip-prinsip ini sangat penting. Oleh karena itu sangat penting bagi warga setiap warga negara membangun hubungan dengan tanah airnya dengan loyalitas dan kesetiaan yang murni. Tidak peduli apakah ia terlahir sebagai warga negara tersebut, atau mendapatkan kewarganegaraannya dengan cara imigrasi ataupun cara lain.

Loyalitas atau kesetiaan adalah suatu kualitas utama, dan orang yang telah menunjukkan sikap ini dengan derajat dan standar tertinggi adalah para nabi Allah. Cinta dan ikatan mereka dengan Tuhan sangat kuat dalam segala hal sehingga mereka menjaga perintah Tuhannya dan berjuang untuk menjalankannya apapun yang terjadi. Hal ini menggambarkan komitmen mereka pada Tuhan dan standar yang sempurna mengenai loyalitas. Dengan demikian, standar loyalitas seperti itulah yang harus kita gunakan sebagai contoh dan model. Namun demikian, sebelum kita bicara lebih lanjut, adalah penting untuk memahami dahulu apa yang dimaksud dengan loyalitas. (Mirza Masroor Ahmad Khalifah Jemaat Ahmadiyah, dalam pidato tentang Ajaran Islam tentang Kesetiaan dan Cinta Tanah Air).

Berdasarkan ajaran Islam, definisi dan arti sesungguhnya dari loyalitas adalah pemenuhan secara menyeluruh dari sumpah dan janji seseorang dalam keadaan apapun termasuk dalam keadaan sulit. Inilah standar sesungguhnya dari loyalitas yang dimaksud dalam Islam. Di berbagai tempat di dalam Al-Quran, Allah telah memerintahkan umat Islam untuk memenuhi sumpah dan janjinya, karena mereka akan dimintakan pertanggungjawaban atas apa yang telah mereka lakukan. Umat Islam telah diperintahkan untuk memenuhi janjinya, termasuk janjinya kepada Tuhan yang Maha Besar, dan juga sumpah yang telah mereka buat berdasarkan tingkat kepentingannya.

Dalam konteks ini, sebuah pertanyaan yang bisa muncul dalam benak masyarakat adalah, karena umat Islam mengakui bahwa Tuhan dan agamanya adalah hal terpenting bagi mereka, maka sumpah dan kesetiaan mereka kepada Tuhannya menjadi prioritas utama dan janji mereka kepada Tuhan adalah sesuatu yang akan mereka letakan diatas segalanya dan akan mereka upayakan dengan segala cara untuk memenuhinya. Dengan demikian, suatu pemikiran akan muncul bahwa loyalitas seorang muslim pada negaranya dan janjinya untuk menegakkan hukum di tanah airnya hanya akan menjadi prioritas kedua baginya dan ia akan bersedia untuk mengorbankan janjinya pada negaranya pada saat-saat tertentu saja.

Nabi Muhammad s.a.w. sendiri mengajarkan bahwa “Cinta kepada tanah air adalah bagian dari iman”. Karenanya, patriotisme yang tulus adalah suatu keharusan dalam Islam. Kecintaan sejati kepada Tuhan dan kepada Islam, menyaratkan orang itu harus mencintai bangsanya sendiri. Jadi hal ini sangat jelas bahwa tidak ada pertentangan kepentingan kecintaan seseorang kepada Allah dan kecintaannya pada tanah airnya. Karena cinta tanah air telah menjadi bagian dari ajaran Islam, sudah jelas bahwa seorang muslim harus mencapai standar loyalitas tertinggi terhadap tanah airnya, karena hal tersebut adalah jalan untuk meraih Allah dan menjadi lebih dekat kepada-Nya. Dengan demikian, adalah tidak mungkin bahwa cinta seorang muslim sejati pada Tuhannya akan menjadi penghalang baginya untuk menunjukkan cinta dan kesetiaan pada tanah airnya.

Muslim Ahmadiyah meskipun terus mengalami diskriminasi dan kekejaman penganiayaan berat yang mereka hadapi. Meski diperlakukan secara kejam dan diskriminatif dalam semua aspek kehidupan, mereka terus menjaga hubungan yang penuh loyalitas dan kesetiaan sejati pada negaranya. Apapun bidang pekerjaan mereka atau dimana pun mereka berada, mereka terus membantu membangun untuk kemajuan dan keberhasilan negaranya. Selama beberapa dekade, para penentang Ahmadiyah mencoba mengatakan bahwa Ahmadiyah tidak loyal pada negaranya, tetapi mereka tidak pernah mampu membuktikannya atau menunjukkan bukti-bukti yang mendukung pernyataan mereka, malah sebaliknya, setiap kali ada kesempatan untuk berkorban  demi negaranya, Muslim Ahmadiyah selalu berdiri di barisan terdepan dan siap berkorban demi Negara mereka.

Walaupun menjadi korban dan sasaran hukum, tetapi Muslim Ahmadiyah-lah yang mengikuti dan mematuhi hukum negaranya lebih baik dari yang lain. Hal ini karena mereka adalah Muslim sejati, yang mengikuti Islam sejati.

Meskipun benar bahwa orang bisa memiliki pandangan yang berbeda tentang standar moral yang tinggi, namun agama Islam hanya berkaitan dengan hal mencari keridhaan Allah. Dengan demikian, umat Islam diperintahkan untuk selalu melakukan hal yang mendatangkan keridhaan-Nya. Singkatnya, menurut ajaran Islam, Allah telah melarang semua bentuk pengkhianatan atau pemberontakan, baik terhadap negara atau pemerintah. Hal ini karena pemberontakan atau tindakan melawan negara adalah ancaman bagi perdamaian dan keamanan suatu bangsa. Sungguh, dimana terjadi pemberontakan internal ataupun oposisi, maka akan mengobarkan api dari pihak oposisi luar dan mendorong orang luar untuk mengambil kesempatan dari kekacauan di dalam negara tersebut.  Bahwa loyalitas pada negara akan meminta kesabaran dari seseorang untuk menunjukkan moralitas dan mengikuti peraturan yang berlaku di negara tersebut.

Dalam Al-Quran surah 4 ayat 59, Allah telah memerintahkan agar kita menyerahkan amanat kepada orang yang berhak menerimanya serta jika menghakimi di antara manusia, dia dapat memutuskannya dengan adil dan jujur. Jadi loyalitas kepada suatu bangsa mensyaratkan bahwa kekuasaan pemerintahan harus diberikan kepada mereka yang benar-benar berhak untuk itu, sehingga bangsa tersebut memperoleh kemajuan dan berdiri di garis depan di antara bangsa-bangsa di dunia.

Di banyak negara kita melihat dimana warganya ikut dalam aksi mogok dan protes melawan kebijakan pemerintah. Di beberapa negara berkembang, mereka bahkan melakukan vandalisme dan perusakan aset milik pemerintah maupun perseorangan. Meskipun mereka mungkin mengatakan tindakan mereka didasarkan karena cinta, tetapi faktanya tindakan tersebut tidak ada hubungannya dengan loyalitas atau cinta bagi negaranya.

Perlu diingat bahwa walaupun protes dan demonstrasi dilakukan secara damai, tanpa melakukan perusakan atau aksi kriminal atau kekerasan, hal ini tetap masih memiliki dampak negatif. Hal ini disebabkan karena walaupun suatu protes dilakukan secara damai, namun bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar bagi suatu Negara. Perilaku seperti itu tidak dapat dianggap sebagai contoh loyalitas terhadap Negara. Oleh karena itu, sekalipun suatu negara mengizinkan aksi mogok atau demonstrasi, Ahmadiyah tidak pernah terlibat dalam aksi-aksi tersebut.

Sebuah prinsip emas diajarkan oleh pendiri Muslim Ahmadiyah yaitu dalam semua keadaan, kita harus selalu taat kepada Allah, kepada Nabi dan para penguasa bangsa kita. Ini adalah ajaran yang sama diajarkan dalam Al-Quran.


Penulis: Mohamad Irfan