Melawan Varian Covid Baru dengan Cara Tak Kasat Mata

1932

Kabar duka silih berganti, menyapa belakangan ini. Tak hanya di telivisi, namun juga di WAG (Whatsapp Group) sehari – hari. Tak ayal, banyak berita duka pun datang, disertai dengan berita bahwa almarhum/ almarhumah telah meninggalkan dunia ini dikarenakan covid-19. Dan faktanya, memang, angka kematian disebabkan covid-19, meningkat hingga awal Juli ini. Berbagai perasaan mungkin berkecamuk melihat situasi yang ada, terlebih, bagi mereka yang ketika keluarganya harus meninggal karena covid 19 ini. Inna lilahi wa inna ilaihi rojiun, sesungguhnya kita adalah milik Allah Swt dan semuanya akan kembali pada Allah Swt. Entah memang ini sudah jalannya, namun satu yang menjadi kepastian, bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan, yang memang kita tak dapat memilih bagaimana caranya, bahkan melalui covid 19 sekalipun.

Belum selesai luka terobati karena berita duka, mungkin masih banyak tanya menghantui. Kapan ini akan berakhir? Kapan bumi ini bersih kembali? Dan kapan kehidupan yang dulu dapat dinikmati kembali? Alih – alih berakhir, covid-19 malah semakin menunjukan “kekuatannya”, tak terlihat namun terus semakin dapat dirasakan. Seolah terasa hanya tinggal sejengkal. Takut? Ya, sekilas memang menakutkan, terlebih berbagai berita yang mau tidak mau seolah semakin membuat kondisi ini mencekam.  Namun, jika terus menurus kalah dengan rasa takut, tanpa disadari imun pun akan melemah. Dan tak ayal, strees datang melanda, hingga berbagai penyakit akan mudah hinggap menyerang diri sendiri.

Lalu, apa yang harus dilakukan? Apa yang harus diupayakan di tengah kondisi yang harus dihadapi saat ini? Selain protokol kesehatan yang memang harus ketat diterapkan, Apakah cukup dengan berburu multivitamin yang akan menguatkan diri? Atau cukupkah dengan berburu susu yang akhir – akhir ini banyak dicari? Secara kasat mata, mungkin itulah berbagai hal yang dapat dilakukan untuk mempertahankan diri hingga virus tak sanggup hinggap menggerogoti.

Namun, tanpa disadari, virus covid-19 faktanya tak kasat mata, mungkin selain “perjuangan” yang kasat mata, ada perlawanan lain yang dapat dilakukan yang juga dengan tak kasat mata. Ya, jawabannya ada pada Dia, Yang tak terlihat namun dapat dirasakan, Yang tak nampak namun selalu menguatkan, dan Dia yang terkadang terlupakan namun selalu hadir menunjukan Kuasa-Nya dan memberikan pertolongan Khas-Nya. Ya, hanya kembali kepada Dia Sang Pemilik Langit dan Bumi.

Masih teringat jelas bagaimana Pemimpin Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hz. Mirza Masroor Ahmad memberikan nasihat beberkahnya:

“Virus telah memaksa orang-orang untuk berpikir kembali kepada Tuhan. Tuhan yang Hakiki dan Tuhan yang Hidup hanyalah Tuhan Islam. Dia adalah Wujud yang telah mengumumkan bahwa Dia akan menunjukkan jalan bagi mereka yang berhasrat menuju kepada-Nya. Dia telah mengumumkan bahwa dia akan datang dengan cepat, bahkan kepada mereka yang datang kepada Allah walau hanya satu langkah, dan Dia mengatakan bahwa Dia akan membawa mereka ke dalam perlindungan-Nya.”

Ya hanya Tuhan, sebaik – baik tempat untuk mencari perlindungan. Dan cara yang tak kasat mata dapat dilakukan untuk melawan situasi ini adalah dengan mengikuti segala kehendak-Nya, dan tentunya juga dengan menjauhi segala larangan-Nya. Mendekatlah padanya dan rasakan apa yang diinginkan oleh-Nya, yang mau tidak mau harus kita akui, jarang atau bahkan belum pernah kita lakukan. Dengan memperbaiki ibadah misalnya, atau dengan bersedekah, atau bahkan dengan tak menyakiti yang lain. Hingga apa saja segala upaya terbaik yang dapat dilakukan. Perlahan, terus dan terus dilakukan tanpa ada titik kepuasaan yang semata hanya mencari Ridha-Nya.

Ya, hanya dengan cara itulah diri dapat melawan. Sekuat tenaga berupaya melawan baik secara kasat mata maupun tak secara kasat mata yang juga harus extra dilakukan. Setelah berupaya, berdoalah pada-Nya, semoga Dia berkenan melindungi manusia yang begitu lemah ini, tak lupa mohonlah ampunan-Nya atas begitu banyak dosa yang telah dilakukan. Lalu yang terakhir, berpasrahlah atas segala kehendak-Nya. Jika Allah Taala berkehendak kita diselamatkan, atau bahkan justru Allah lebih berkehendak kita memang harus merasakan virus itu dan naudzubillahimindzalik harus rela meregang nyawa karnanya, ikhlaslah, ridhalah karena Allah Taala sebaik – baik pemberi keputusan yang terbaik.

Jadi, jangan takut, jangan sedih, dan jangan lemah. Lawanlah, tersenyumlah, dan katakan “kami mampu, karna Allah Yang Menguatkan, Allah Yang Memberi Perlindungan, bahkan Allah Yang akan Memberikan Yang terbaik bagi hamba-Nya” . Teringat Firmannya, Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia sebaik-baik pelindung. (Ali Imran:174)


Oleh : Mutia Siddiqa Muhsin

Sumber :

https://health.kompas.com/read/2020/03/04/100700868/terlalu-takut-sakit-justru-lemahkan-sistem-imun-kok-bisa?page=all

https://www.suara.com/health/2021/07/01/193921/angka-kematian-covid-19-indonesia-tinggi-proteksi-maksimal-sangat-dibutuhkan?page=all

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210704160928-20-663035/angka-kematian-covid-19-pecah-rekor-555-kasus-dalam-sehari

Sumber Gambar : kompas.com