Buanglah Sampah Pada Tempatnya (CATATAN KECIL COVID-19)

1175

Sinar matahari pagi belum begitu terang, udara masih terasa sejuk, lalu lintas masih belum terlalu ramai. Seorang pria paruh baya, dengan masker menutupi dagu, meludah ke pinggir jalan, lalu memacu sepeda motornya setelah melambat saat melewati polisi tidur di depan sebuah warung grosir. Tidak seperti biasanya, pintu warung tersebut masih tertutup rapat pagi itu. Sebuah bendera sederhana, terbuat dari kertas berwarna kuning, terikat di jeruji besi pintunya.

            Memasuki jalan raya, lalu lintas bertambah padat. Raungan sirine terdengar di kejauhan, beberapa kendaraan menepi memberi jalan pada ambulan untuk mendahului. Di depan, lampu merah menyala, ambulan terus melaju. Sebuah sepeda motor yang dikendarai sepasang muda-mudi,  menerobos lampu merah mengikuti ambulan tadi. Muka mereka yang tidak mengenakan masker terlihat berseri-seri.

            Saya berhenti di belakang Zebra Cross, namun beberapa pengendara berusaha menyelipkan sepeda motornya ke sisi kiri dan kanan saya lalu berhenti di Yellow Junction Box. Beberapa lainnya yang sudah berhenti lebih dulu, tiba-tiba tancap gas menerobos persimpangan saat lampu merah masih menyala. Mengingatkan saya pada adegan pemudik dengan sepeda motor yang memaksa menerobos barikade polisi di jalan luar kota, menjelang Hari Raya Idul Fitri yang lalu1).

Sirine kembali terdengar, sebuah mobil jenazah berpapasan dengan ambulan di persimpangan jalan di depan saya. Keduanya melaju di jalur Busway setelah diberi jalan oleh petugas. Seorang pengendara sepeda motor terlihat ragu untuk ikut menerobos masuk, akhirnya memutuskan untuk tetap berhenti menunggu lampu hijau. Tangannya merogoh saku, mengeluarkan sebungkus rokok, namun sesaat kemudian diremas dan dilempar ke atas aspal jalan, saat menyadari isinya sudah kosong.

            Sambil menunggu lampu berubah hijau, pikiran saya menerawang, mengingat sebuah tangkapan layar yang dikirim dalam sebuah kelompok percakapan. Tangkapan layar itu menunjukkan angka kasus harian Covid-19 terbaru yang menyentuh angka 34 ribu2). Lalu saya memutar ulang rentetan “pelanggaran kecil” yang seolah sudah menjadi suatu hal yang lumrah dalam kegiatan sehari-hari kita. Sebersit rasa sedih menyelusup, mengingat kenyataan bahwa disiplin merupakan sebuah kemewahan yang masih sulit untuk dinikmati.

            Seorang sahabat pernah berkata, jauh sebelum ada pemberlakuan PSBB, saat Prokes masih berupa himbauan untuk dijalankan segenap masyarakat, dia berkata bahwa pemerintah harus segera menjadikan Prokes sebagai sebuah peraturan agar warga mau menjalankannya. Saat itu sahabat saya berdalih bahwa jika ada peraturan, maka pemerintah memiliki pegangan untuk bertindak tegas, sangat berbeda jika  penegakkan disiplin itu baru sebatas himbauan. Namun sebuah peraturan, sebaik apapun, tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibarengi oleh kesadaran segenap warga untuk mematuhinya, masih banyak warga yang memilih bermain kucing-kucingan dengan aparat daripada patuh melaksanakan peraturan yang ada.

            Contoh sederhana, misalnya kesadaran warga untuk tidak membuang sampah sembarangan. Larangan ini didukung oleh Undang-Undang no. 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Pasal 29 ayat (1) huruf e menyebutkan:

Setiap orang dilarang membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan, jika seseorang melanggar akan mendapatkan sanksi sesuai peraturan daerah kabupaten/ kota”3).

Selain itu, konon, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, tentu banyak warga yang familiar dengan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa “Kebersihan sebagian dari iman”. Namun nyatanya hal itu, tidak menghalangi sebagian besar warga untuk membuang sampah seenaknya.

            Sejak awal wabah ini menyerang, hampir tidak pernah saya memantau berapa penambahan/ pengurangan jumlah kasus harian penderita Covid-19 tingkat nasional maupun daerah. Saya berkeyakinan, setinggi apapun angka yang muncul, yang bisa dilakukan hanyalah disiplin dalam menjaga diri dan keluarga menerapkan Prokes yang dianjurkan pemerintah melalui para Tenaga Kesehatan. Jika memungkinkan, ingatkan orang-orang sekitar agar ikut patuh, namun jika mereka tetap bandel, berpeganglah pada salah satu ayat dalam Al-Quran yang artinya,”Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS At-Tahrim:6).

Disiplin adalah satu hal, di sisi lain, ada beberapa pihak yang berupaya untuk memancing di air keruh. Wabah ini dimanfaatkan untuk mendiskreditkan pemerintah demi kepentingan pribadi aau kelompoknya. Melalui penyebaran hoax yang cukup masif, masyarakat awam dibuat bingung dengan informasi yang simpang siur berkaitan dengan penyakit ini. Tidak peduli berapa banyak jumlah yang terinfeksi dan tidak sedikit yang berujung kematian, sebaran hoax yang sangat gencar berhasil membuat sebagian kalangan masyarakat tidak mempercayai adanya wabah ini4).

Adalah hak mereka untuk memilih sikap percaya atau tidak akan adanya wabah ini, namun yang paling disayangkan adalah sikap abai mereka terhadap Prokes dan penolakan mereka terhadap pemberian vaksin. Sikap ini tentu saja memperbesar resiko penyebaran penyakit melalui kalangan tersebut dan keluarganya, dan pada akhirnya berakibat makin beratnya beban tugas para tenaga kesehatan dalam mengatasi lonjakan jumlah penderita setiap harinya.

Nampaknya, mereka yang masih ragu, atau bahkan tidak percaya Covid-19, lupa bahwa terlepas dari kebebasan tiap individu untuk memiliki opini masing-masing, sebagai warga negara mereka tetap memiliki kewajiban untuk taat dan patuh pada pemerintah beserta aparatnya. Sebagaimana hadits yang berbunyi: “Rasulullah bersabda: dengarkanlah dan taatlah kalian! Meski pemimpin kalian dari kalangan budak etiopia yang kepalanya seperti kismis”.

Pemerintah sudah berupaya keras, terlepas dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang kerap dijadikan bahan olok-olok oleh mereka yang ingin memancing kegaduhan, untuk menekan laju penyebaran wabah penyakit ini. Berbagai cara sudah ditempuh, mulai dari sosialisasi bahaya dan penanganan Covid-19, hingga menggalang kerjasama dengan berbagai pihak untuk saling membantu dalam upaya pemulihan keadaan saat ini. Namun semua itu tidak akan berjalan secara maksimal jika tidak menadapat dukungan dari segenap masyarakat.

Pertamina, seabagai salah satu BUMN terbesar, ikut berperan aktif dalam membantu upaya pemerintah dalam menangani wabah ini. Saat ini di Jakarta, sebagai kota dengan jumlah penderita terbanyak se-Indonesia, sedang dibangun sebuah Rumah Sakit Darurat Covid-19 di atas lahan seluas 4,2 Ha5). Direncanakan selesai di bulan Agustus 2021, Rumah Sakit ini diharapkan akan bisa membantu pemerintah dalam merawat penderita yang tiap hari terus bertambah.

Selain itu, beberapa pesohor yang mengulurkan tangannya untuk ikut berperan aktif dalam penanggulangan penyakit ini. Mulai dari ikut dalam upaya sosialisasi Prokes, hingga menyisihkan sebagian rejekinya untuk menyediakan sarana vaksinasi untuk umum.

            Mungkin ini yang disebut sebagai Blessing in disguise”, karunia yang terselubung dalam sebuah wabah, yang memunculkan fitrah seseorang yang ternyata memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Karunia ini juga bisa memicu sebagian warga untuk memiliki kebiasaan hidup disiplin. Disiplin yang tidak terbatas pada penerapan Prokes semata, namun pada berbagai aspek kehidupan, yang akan tetap melekat saat wabah ini sudah berlalu.

Lalu timbul pertanyaan, harus bagaimana sikap kita terhadap kalangan yang kerap memanfaatkan situasi ini hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya saja? Saat itulah di benak saya muncul ide untuk judul tulisan ini “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”.

Cag.

  1. https://money.kompas.com/read/2021/05/10/154602026/rombongan-pemudik-motor-terobos-pos-penyekatan-ini-kata-kemenhub?page=all
  2. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5649100/jabar-salip-dki-ini-sebaran-34257-kasus-covid-19-ri-per-19-juli-2021
  3. https://lawgo.id/media/article/sanksi-bagi-pelaku-yang-membuang-sampah-di-pekarangan-orang-lain
  4. https://www.liputan6.com/news/read/4609783/banyak-orang-ragukan-bahaya-covid-19-apa-harus-kena-dulu-biar-percaya
  5. https://www.antaranews.com/berita/2273422/pertamina-bangun-rumah-sakit-darurat-di-jakarta-barat

Sumber Gambar : https://unsplash.com/photos/_j-EIqIysGM?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink