Do’a Setelah Usaha, Masihkah Diterima?

1370

Baru-baru ini di platform media sosial Twitter, sempat ramai pembahasan soal do’a yang dipanjatkan setelah ujian. Ada seseorang yang tak paham dengan mereka yang berdo’a setelah ujian. Dia penasaran apa isi do’anya, karena tak mungkin jawaban yang sudah salah diisi ketika ujian, mendadak jadi benar setelah ujian hanya karena do’a yang telah dipanjatkan.

Pendapat itu kemudian mendapat banyak reaksi, pro dan kontra. Banyak juga yang melontarkan caci maki pada si empunya pendapat, menganggapnya tak cukup religius untuk bisa merasakan keajaiban do’a. Tetapi mari kita bahas, dimanakah letak usaha dan doa? Apakah berdo’a dulu kemudian usaha? Atau usaha dulu kemudian berdo’a? Atau adakah opsi lain? Dan apakah do’a yang dilakukan setelah kita melakukan usaha, masih ada gunanya?

Ajaran Allah Ta’ala Mengenai Do‘a dan Usaha

Pernyataan Allah Ta’ala yang mengajarkan kita tentang do’a dan usaha, tergambar dalam firman-Nya berikut ini, “… maka dirikanlah shalat dan bayarlah zakat… [1].” Seperti penjelasan ayat di atas, sholat adalah do’a dan membayar zakat adalah bentuk usaha. Selain itu, dalam ayat lain Allah Ta’ala juga mengajarkan “Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat [2].” Sabar adalah bentuk usaha dan sholat adalah do’a.

Dua ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah Ta’ala mengajarkan manusia untuk tidak saja mengerjakan do’a semata dalam mencapai sesuatu, tetapi do’a juga harus dibarengi dengan usaha. Ayat ini juga memberikan gambaran bagaimana usaha dan do’a adalah dua hal yang bagaikan satu paket yang tak bisa dipisahkan.

Posisi Doa dan Usaha

Pada ayat “… maka dirikanlah sholat dan bayarlah zakat… [1]” bisa kita lihat Allah Ta’ala mencantumkan sholat terlebih dahulu lalu membayar zakat. Artinya sholat yang merupakan bentuk do’a, lebih dulu daripada membayar zakat yang merupakan manifestasi dari bentuk usaha. Do’a lebih dulu sebelum usaha. Maka dari ayat ini bisa kita simpulkan bahwa Allah Ta’ala mengajarkan manusia untuk berdo’a dulu sebelum usaha.

Pendiri Jama’ah Muslim Ahmadiyah, Hz. Mirza Ghulam Ahmad [3] menyatakan:

“Perencanaan merupakan urutan dalam proses berdo’a, sedangkan do’a menyulut minat kepada perencanaan. Kemaslahatan manusia sesungguhnya terdiri dari hal tersebut yaitu sebelum merencanakan sesuatu sewajarnya ia memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa agar berdasarkan nur dari sumber yang Maha Abadi itu terbuka perencanaan yang baik baginya [4].”

Penjelasan ini tentu sangat bisa diterima, bahwa sebelum kita mengerjakan sesuatu, sebenarnya Al-Qur’an mengajarkan kita untuk berdo’a terlebih dahulu. Ada banyak do’a yang diajarkan Al-Qur’an sebelum, mengerjakan sesuatu. Do’a sebelum belajar, do’a sebelum masuk kamar mandi, do’a sebelum bepergian, bahkan Nabi Musa as. pun berdoa sebelum beliau berbicara menyampaikan kebenaran [5]. 

Do’a yang dipanjatkan sebelum kita mengerjakan sesuatu atau mengusahakan sesuatu adalah permohonan kepada Allah Ta’ala agar kita selalu dilindungi dalam setiap usaha dan pekerjaan kita dan juga memohon petunjuk agar dibukakan perencanaan yang baik, sebagaimana yang disampaikan oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad

Tetapi kemudian pada ayat lain, Allah Ta’ala berfirman, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat [2].” Di sini sabar, yang adalah bentuk usaha, disebutkan lebih dulu daripada sholat, yang adalah bentuk do’a. Usaha disebutkan lebih dulu daripada do’a.

Hz. Mirza Ghulam Ahmad menyatakan:

“Ini adalah benar, bahwa seseorang yang tidak memanfaatkan amal perbuatan (usaha), dia tidaklah memanjatkan do’a, melainkan dia menguji Allah Ta’ala. Oleh karena itu sebelum berdo‘a adalah perlu menggunakan seluruh kemampuan kita dan itulah yang dimaksud dengan do’a [6].”

Dalam penjelasan ini kalau kita urutkan, maka kita dianjurkan berusaha dengan sebaik-baiknya, menggunakan seluruh kemampuan kita, kemudian barulah kita berdo’a kepada Allah Ta’ala. Di sini bahkan Hz. Mirza Ghulam Ahmad  menyatakan bahwa usaha itu sendiri adalah bentuk do’a juga.

Hal ini bisa dipahami karena bila kita menunjukkan usaha, maka kita menunjukkan kesungguhan dan keseriusan kita pada apa yang kita mohonkan dalam do’a kita pada Allah Ta’ala. Bila manusia hanya melakukan ritual do’a tanpa melakukan usaha, maka do’anya dianggap kosong karena tidak memperlihatkan kesungguhan, tetapi dianggap hanya ingin menguji Tuhan.

Lantas, yang manakah yang sebaiknya dilakukan? Berdo’a dulu, atau usaha dulu? Dari ajaran Al-Qur’an dan penjelasan Hz. Mirza Ghulam Ahmad ini, jawabannya adalah do’a dilakukan sebelum dan setelah usaha. Jadi urutannya adalah do’a-usaha-do’a.

Do’a yang dilakukan sebelum usaha, sebagaimana yang disampaikan Hz. Mirza Ghulam Ahmad , adalah untuk memohon petunjuk Allah Ta’ala agar dibukakan tabir petunjuk untuk menuntun kita kepada cara yang terbaik dalam berusaha atau melakukan sesuatu. Setelahnya kita mengupayakan segenap kemampuan untuk berusaha atau melakukan pekerjaan tersebut, yang mana juga dikatakan adalah bagian atau bentuk lain dari berdo’a juga. Kemudian kita tutup rangkaian ini dengan do’a.

Manfaat Do’a Setelah Usaha

Hz. Mirza Ghulam Ahmad menyatakan:

“Barangsiapa memohon kepada Tuhan di saat kesulitan dan kegalauan serta mencari kelepasan melalui pertolongan-Nya, akan memperoleh kepuasan dan kesejahteraan hakiki dari Allah Yang Maha Kuasa sepanjang ia meneruskan do’anya sampai pada batasnya. Misalnya pun ia tidak mendapatkan tujuan dari do’anya tersebut, ia akan diberikan bentuk kepuasan lain dari Tuhan dan tidak akan menjadi frustrasi karenanya. Disamping itu keimanannya menjadi bertambah kuat dan keyakinannya meningkat [7].

Do’a secara umum memberikan manfa’at sebagaimana yang disampaikan Hz. Mirza Ghulam Ahmad di atas. Do’a memberikan kepuasan dan kesejahteraan hakiki dari Allah Ta’ala, bahkan bila kita tidak mendapatkan tujuan do’a kita sebagaimana yang kita inginkan. Ini pun berlaku pada do’a yang dipanjatkan setelah kita berusaha.

Do’a yang dipanjatkan setelah usaha adalah untuk menunjukkan penyerahan diri sepenuhnya pada Allah Ta’ala, menyampaikan pengakuan bahwa Dia-lah yang Maha Kuasa dalam menentukan segalanya yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya, sehingga dengan hal ini kita akan bisa mendapatkan ketenangan, kepuasan, dan kesejahteraan yang hakiki. Do’a secara keseluruhan, jika dilakukan dengan kerendahan hati dan penuh keikhlasan, juga berdampak pada peningkatan keimanan kita.

Karenanya bisa disimpulkan di sini bahwa Allah Ta’ala mengajarkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a sebelum dan sesudah usaha. Usaha pun bagian dan bentuk lain dari do’a. Dan do’a yang disampaikan setelah kita berusaha pun tetap memiliki dampak dan manfa’at yang luar biasa. Ia tetap bisa diterima karena sebagaimana Allah Ta’ala menjanjikan bahwa Dia mengabulkan do’a [8]. Kalaupun tujuan do’a kita tidak dikabulkan sebagaimana yang kita inginkan, do’a yang diucapkan setelah usaha itu juga memiliki manfa’at dalam memberikan ketenangan, kepuasan dan kesejahteraan hakiki bagi kita.

Penulis: Lisa Aviatun Nahar

Editor: Ayah Akbar

Referensi:

[1] QS. Al-Mujadilah 58: 14

[2] QS. Al-Baqarah 2: 46

[3] Hz adalah singkatan dari kata bahasa Arab Hadhrat atau Hazrat, yaitu suatu penggunaan kata yang bermakna panggilan hormat kepada seseorang. Dalam bahasa Indonesia juga ditemukan pemakaian seperti Sri Paduka Yang Mulia atau Yang Mulia atau Yang Terhormat. Dalam bahasa Inggris juga dapat kita temukan penggunaannya seperti Your Highness atau Your Majesty atau Your Honour dan seterusnya. (Bukan Sekedar Hitam Putih, hlm. 1)

[4] Ayyamus Sulh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1899; Ruhani Khazain, vol. 14, hal. 230-232, London, 1984 dalam Buku Inti Ajaran Islam bagian 2 hlm. 189-190.

[5] “Ia, Musa, berkata, “Wahai Tuhan-ku! Lapangkanlah bagiku dadaku, dan mudahkanlah bagiku tugasku; dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku; supaya mereka dapat memahami perkataanku; ….” (QS. Ta Ha 20: 26-29)

[6] Malfuzat, jld I, hlm 11 / Pidato Pertama Hadhrat Masih Mau’ud a.s. pada Jalsah Salanah, 25 Desember 1897

[7] Ayyamus Sulh, Qadian, Ziaul Islam Press, 1899; Ruhani Khazain, vol. 14, hal. 237, London, 1984 dalam buku Inti Ajaran Islam bagian 2, hlm. 190.

[8] “Berdoalah kepada-Ku; Aku akan mengabulkan doamu.” (QS. Al-Mu’min 40: 61)

Sumber gambar : https://unsplash.com/photos/iQWvVYMtv1k