Empu Yang Terlupakan

1603

Dunia ini sedang merana

Meninggamkan goresan di dalam batin

Terhadap sosok Empu yang dihina

Terhadap sosok Empu yang dilupakan

Kegelapan hingga saat ini masih menyelimuti di balik sinar mentari yang cerah. Suatu kegelapan yang tidak pernah tersentuh oleh umat manusia. Jika pun tersentuh, tidak ada yang mau mengangkatnya. Jika pun ada yang mengangkatnya, tidak ada yang dapat mengangkatnya hingga setinggi langit? Namun, apakah itu? Siapakah dia?

Dia adalah perempuan

Perempuan adalah sosok yang seringkali menjadi bagian kelompok yang terpinggirkan. Sepanjang sejarah umat manusia, perempuan mendapatkan perlakukan yang tidak pantas. Mungkin, perempuan yang hidup di perkotaan tidak merasakannya secara langsung. Tetapi, bagaimana dengan perempuan yang hidup di pedesaan atau di pedalaman? Apakah mereka mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki?

Kita mungkin sering beranggapan perempuan hidupnya sebatas hanya untuk sumur, dapur, dan kasur. Aku teringat ketika masih SD dan mendapatkan pembagian tugas antara ayah dan ibu. Ketika aku mencoba membandingkan jawaban dengan teman-temanku, mereka menjawab bahwa perempuan hanya sebatas memasak, mencuci, menyapu, ataupun pekerjaan yang secara tidak langsung mengarahkan bahwa perempuan hanya sebatas di hidup di rumah dan seolah-olah sudah menjadi takdir belaka. Ketika kita kembali melirik sejarah kembali, siapa tokoh yang lebih dominan dalam perjuangan? Laki-laki atau perempuan?

Sebagai manusia yang berakal, kita tidak pantas memandang perempuan seperti itu. Kita harus sadar bahwa perempuan memiliki hak yang sama, seperti hal nya kaum laki-laki. Perempuan berhak untuk dihargai dan mendapatkan kedudukan yang setara, seperti hal nya kaum laki-laki. Islam telah mengajarkan bahwa laki-laki dan perempuan adalah sosok yang sama di mata Allah. Pada surat Ali Imran ayat 195 Allah telah berfirman1:

فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ ۖ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ ۖ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

Artinya:

“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”.

Selain itu, khalifah ke-5 Jamaat Muslim Ahmadiyah Mirza Masroor Ahmad, menyampaikan2:

“Islam mengajarkan bahwa kita harus menghargai kenyataan bahwa secara alamiah, ada perbedaan tertentu antara laki-laki dan perempuan.  Dan adalah suatu hal yang bodoh dan tidak bijaksana jika kita mengabaikan fakta ini seluruhnya.”

Mungkin kita tidak sadar bahwa sesungguhnya perempuan memiliki peran besar, bahkan lebih besar dari seorang laki-laki. Sebuah peran yang tidak akan tergantikan oleh siapapun. Sebuah peran yang akan membawakan cahaya ke seluruh pelosok dunia. Peran tersebut adalah menjadi pendidik pertama sejak manusia dilahirkan di muka bumi. Tentu, perjuangan perempuan yang tiada henti untuk memberikan pendidikan kepada umat manusia. Apakah kita berhak untuk memandang perempuan sedemikian rupa? Apakah kita berhak menjatuhkan martabat perempuan? Jika perempuan tidak mendapatkan hak nya, apakah dunia ini dapat menjadi lebih baik?

Tentu tidak!

Kita harus sadar bahwa perempuan berhak untuk mendapatkan kedudukan yang sejajar seperti hal nya kaum laki-laki. Berhak mendapatkan pendidikan tinggi, kesetaraan hak, kehidupan yang layak, dan sebagainya. Belajar dari sosok Kartini yang selalu berusaha memperjuangkan emansipasi kaum perempuan untuk menghapuskan kegelapan yang ada di dunia ini. Sudah sepantasnya kita untuk menghargai kaum perempuan sehingga mendapatkan posisi yang lebih layak dan dapat memberikan dampak besar untuk masa depan yang lebih baik.

“Bermimpi, bermimpilah terus, bermimpilah selama kamu dapat bermimpi! Apa artinya hidup bila tanpa mimpi? Keadaan yang sesungguhnya sangat kejam”

– R.A Kartini3


Oleh: IP

Sumber:

  1. TafsirQ.com. Surat Ali ‘Imran Ayat 195. Avaliable from: https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-195 [Accessed 21st April 2020].
  2. Jamaah Muslim Ahmadiyah Indonesia. Pemimpin Tertinggi Jamaah Muslim Ahmadiyah Berbicara Mengenai Resiko Krisis Pengungsi dan Bangkitnya Gerakan Nasionalis Ekstrim Kanan di Eropa. Avaliable from: https://ahmadiyah.id/siaran-pers/pimpinan-pusat-jamaah-muslim-ahmadiyah-berbicara-mengenai-resiko-krisis-pengungsi-dan-bangkitnya-gerakan-nasionalis-ekstrim-kanan-di-eropa [Accessed 21st April 2020].
  3. Kartini, RA. Habis Gelap Terbitlah Terang. Yogyakarta: Penerbit NARASI; 2018.

Sumber Gambar: Lesly Derksen on Unsplash