Formula Hakiki Menjaga Kesehatan Mental

2609

Di tengah kondisi Indonesia bahkan dunia yang masih lekat dengan Pandemi Covid 19, masyarakat mau tidak mau harus menjaga kesehatan dengan ekstra. Pola hidup normal yang sudah ramah ditelinga pun, dijalankan oleh masyrakat yang memang berupaya untuk menjaga kesehatannya demi tak terjangkit virus corona. Tak ayal, semua rela dilakukan hanya demi satu kata yaitu kesehatan.

Kesehatan fisik memang begitu penting, karena akan berpengaruh pada tubuh juga berpengaruh kepada orang lain, karena dikhawatirkan akan ada penularan. Namun, selain itu, ada kesehatan yang lain, yang juga sama pentingnya, dan akan berdampak pada diri sendiri juga pada orang lain, yaitu kesehatan mental. Mungkin sekilas kesehatan mental dalam kondisi seperti ini seolah tersamarkan, karena terkuras menjaga kesehatan tubuh. Padahal, dalam kondisi yang mengharuskan kita untuk lebih banyak di rumah saja, dan dengan kondisi serba tak pasti dengan banyak tanya di dalam diri, kapan dunia kembali normal?, kapan pandemi benar – benar berhenti? Faktanya, menurut WHO, COVID-19 telah mengganggu kesehatan mental di seluruh dunia.

Sehingga saat ini, sangat dibutuhkan formula, bagaimana menjaga kesehatan mental. Karena kesehatan mental yang terganggu, akan melahirkan penyakit – penyakit mental, seperti stress, gangguan kecemasan, hingga depresi. Dampaknya, tidak hanya masalah untuk diri sendiri, namun akan berpengaruh pada interaksi atau hubungan dengan orang lain dalam kehidupan sehari – hari. Mari menelisik lebih dalam apa itu kesehatan mental, dan bagaimana pola hidup yang perlu dilakukan agar mental tetap sehat.

Dalam laman, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat milik Kementrian Kesehatan dijelaskan, Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain.

Poin yang dapat ditangkap  adalah, bagaimana kondisi batin di dalam diri terjaga hingga berdampak positif pada yang lain. Namun, berbicara mengenai batin, akan sulit mengukur indikatornya. Faktanya, setiap manusia mungkin memiliki pola fikir dan hasrat yang berbeda – beda untuk meraih ketentraman di dalam batin. Mungkin ada yang merujuk dari segi matrealistis, dengan kekayaan, kemegahan, hingga kemewahan, batin akan terasa tentram. Atau mungkin ada yang merujuk dari segi sosok, dengan adanya sosok orang tua, hingga keluarga yang senantiasa mendampingi, maka batin akan tentram. Namun, dengan 2 contoh indikator saja, rasanya tidak mungkin kesehatan mental akan dapat terjaga. Karena, jika saja suatu saat tantangan dan ujian kehidupan menerpa kedua indikator tersebut, sulit rasanya untuk tetap kuat. Katakanlah, ketika harus dihadapkan dengan kemiskinan atau mungkin harus dihadapkan kehilangan sosok yang memang ditakdirkan harus menghadap sang Kuasa, maka disitulah kesehatan mental akan mulai terganggu. Tak ayal, stress, gangguan kecemasan, hingga depresi pun secara sadar atau tidak sadar akan menimpa. Lalu, apa yang dapat menjadi sumber rujukan, agar mencapai kesehatan mental?

Sejatinya,  sumber rujukan yang dapat menjaga mental tetap sehat, yaitu dengan kembali pada sosok yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu Allah Swt. Dalam Al Quran Surah Ar-Ra’d [13] ayat 29, Allah Swt berfirman

الْقُلُوْبُ تَطْمَىِٕنُّ اللّٰهِ بِذِكْرِ اَلَا

“Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati akan memperoleh ketentraman.”

Pemimpin Jemaat Muslim Ahmadiyah Hz. Mirza Masroor Ahmad pun memaparkan : “Di sini Allah Taala dengah jelas menyatakan bahwa seseorang yang ingin mencapai kedamaian dan kenyamanan maka ia harus mengingat Allah. Dan ini bukanlah pernyataan yang tidak berdasar, tetapi sejarah telah membenarkannya. Setiap Utusan Allah dan jutaan orang-orang beriman memberikan kesaksian bahwa kedamaian pikiran yang hakiki didapat dengan mengingat Allah dan beribadah pada-Nya.”

            Begitulah kiranya kedamaian hakiki, yang hanya dapat diraih dengan mengingat Allah Swt. Ketika menghadirkan Allah Taala, manusia akan lebih siap dalam segala kemungkinan yang ada. Baik dalam keadaan senang penuh suka cita, manusia akan merasakan kedamaian dan ketentraman batin dengan bersyukur kepada-Nya. Atau sebaliknya, meski ketika ujian menerpa, dan harus dihadapkan dengan kesedihan dan duka, manusia  justru akan berpasrah kepada-Nya, dengan menerima kehendak-Nya dan meyakini segala sesuatu yang datang dari-Nya adalah yang terbaik bagi manusia. Sehingga, alih – alih manusia akan kecewa hingga terperosok dalam gangguan mental, manusia malah akan lebih tegar dan kuat menghadapi segala tantangan dalam kehidupan.

Dengan ketentraman hati dan batin yang sudah matang karena hanya bersandar pada Allah Taala, manusia pun tentunya akan memberikan dampak yang positif terhadap yang lain. Bahkan, bukanlah hal yang sulit untuk memberikan manfaat kepada yang lain. Karena dengan bersandar pada sang Uswatun Hasanah, sosok Nabi, Rasulullah Saw, dalam sabdanya:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia

            Maka, manusia dengan sigap, akan memberikan manfaat kepada yang lain. Begitulah kiranya, formula mencapai kesehatan mental yang hakiki, secara bertahap dan perlahan, terus berupaya mencari kedamaian dan ketenangan batin dari Sang pencipta. Adapun idikator keberhasilannya pun dapat terlihat, bagaimana manusia dapat menerima keadaan, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan harapannya, dan tak kenal lelah, dapat terus memberikan manfaat bagi yang lain.


Oleh       : Mutia Siddiqa Muhsin

Sumber :

https://www.kemkes.go.id/article/view/20031600003/Protokol-Kesehatan-COVID-19.html

https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental

(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

https://www.liputan6.com/health/read/4376589/who-covid-19-mengganggu-pelayanan-kesehatan-mental-hampir-di-seluruh-dunia

Sumber gambar : unsplash.com