Gelar Imanuel untuk Raja Hizkia, Yesus as, Nabi Muhammad SAW, dan Khalifah Ke-2 Jamaah Muslim Ahmadiyah

4467

Ada satu gelar agung dalam Bibel Ibrani untuk seorang putera yang dijanjikan kelahirannya oleh  Allah Ta’ala langsung. Putera yang akan menjadi tanda keagungan dan kekuasaan Tuhan di muka bumi. Putera yang akan membuat dunia tahu bahwa Tuhan itu benar adanya.

Gelar apakah itu ? Tak lain adalah gelar Imanuel.

Imanuel adalah bahasa Ibrani yang berarti “Allah menyertai kita”. El artinya adalah “Allah” dan Immanu artinya “beserta kita”[1]. Kata Imanuel pertama kali muncul dalam kitab Nabi Yesaya as :

“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yesaya 7:14).

Siapakah Imanuel yang dimaksud ? Umat Kristen berdasarkan Injil Matius 1:23 percaya bahwa Imanuel adalah Yesus. Nas Injil tersebut masih diperdebatkan akan kebenarannya mengingat kejadian dan masa Yesus tidak sepenuhnya memenuhi nubuatan dalam kitab Yesaya tentang Imanuel.

Lalu siapakah yang lebih pas dalam hal ini? Teori berikutnya mengatakan bahwa nubuatan ini sempurna oleh Raja Hizkia yang memerintah Yehuda setelah ayahnya, Raja Ahas (2 Raja-raja 18:1-2). Kenapa lebih pas untuk beliau ? Mari kita bahas latar belakang disampaikannya nubuatan ini!

Kerajaan Yehuda yang saat itu masih dipimpin oleh Raja Ahas, ayah dari Raja Hizkia diserang oleh gabungan tentara Kerajaan Aram yang dipimpin oleh Rezin dan Kerajaan Israel Utara yang dipimpin oleh Pekah bin Remalya, Raja Ahas pun merasa gentar dan takut. Nabi Yesaya as saat itu menemui Raja Ahas dan menyampaikan firman Tuhan:

“Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut…Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu…” (Yesaya 7:4 dan 10).

Namun Raja Ahas menolak perintah Allah untuk meminta sebuah tanda ajaib, ia malah meminta bantuan Raja Asyur (2 Raja-raja 16:5-18; 2 Tawarikh 28:16-21). Sekalipun demikian Allah tetap memberi tanda agung berupa lahirnya seorang anak bergelar Imanuel untuk menyelamatkan Kerajaan Yehuda (Yesaya 7:14).

Raja Asyur memang menang atas Rezin dan Pekah sehingga serbuan Aram-Israel atas Yehuda gagal. Namun ternyata orang Asyur sendiri yang kelak ingin menguasai tanah Yehuda. Akan tetapi Allah akan menggagalkan setiap rencana mereka. Sebagaimana tertulis:

“Buatlah rancangan, tetapi akan gagal juga; ambillah keputusan, tetapi tidak terlaksana juga, sebab Allah menyertai kami! (Yesaya 8:10)

Kapan anak yang dijanjikan itu akan lahir? Waktunya akan kita ketahui dari ayat berikut ini:

“sebab sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong” (Yesaya 7:16).

Kedua raja yang ditakuti jelas menunjukkan kepada Rezin dan Pekah yang dari awal pasal telah dibahas. Niat merekalah yang melatar belakangi akan lahirnya putera yang dijanjikan untuk menyelamatkan tanah Yehuda dari raja yang lalim.

Lalu kapan negeri kedua raja itu kosong? Sebagaimana kita ketahui Raja Ahas meminta bantuan kepada Raja Asyur untuk menyelamatkan tanah Yehuda. Raja Asyur mau dan ia berperang hingga menang atas kedua raja yang ditakuti tersebut serta membawa penduduk kedua negeri tersebut ke Kir dan Asyur (2 Raja-raja 16:9 dan 17:6). Hal ini membuat kedua negeri yang dikalahkan tersebut kosong. Kosongnya kedua negeri itu menjadikan tanda dari kedatangan Imanuel telah sempurna. Maka seharusnya Imanuel telah lahir saat itu.

Imanuel masa itu tak lain adalah Raja Hizkia putera dari Raja Ahas sendiri. Saat Hizkia telah 14 tahun menjadi raja, Sanherib yakni raja Asyur saat itu menyerang tanah Yehuda dan berupaya merebutnya (2 Raja-raja 18:13). Raja Hizkia berusaha mempertahankan negerinya meski telah dibujuk untuk mundur oleh pihak Asyur. Bahkan delegasi Asyur meremehkan kekuasaan Tuhan bahwa Dia tidak mungkin bisa menyelamatkan tanah Yehuda. Setelah mendengar bahwa Allah telah mereka remehkan, Raja Hizkia langsung ke Bait Allah dan berdoa:

“Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah kiranya kami dari tangannya (Sanherib, raja Asyur), supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah Allah, ya TUHAN” (Yesaya 19:19)

Allah Ta’ala pun mengabulkan doanya:

“Apa yang telah kau doakan kepada-Ku mengenai Sanherib, raja Asyur, telah Kudengar” (Yesaya 19:20).

Allah pun berjanji akan menjaga Kerajaan Yehuda yang dipimpin Raja Hizkia (Yesaya 19:32-34). Kemudian Allah mengutus malaikat-Nya untuk membunuh 185.000 orang di dalam perkemahan Asyur sehingga mereka kalah telak.  Akhirnya Sanherib mundur ke Niniwe dan dibunuh oleh anak-anaknya sendiri (Yesaya 19:35-37).

Alhasil, Imanuel yang dinubuatkan akan menyelamatkan Yehuda adalah Raja Hizkia. Mengenai Raja Hizkia, kitab Yesaya menyampaikan bahwa beliau adalah Raja terbaik Yehuda dari antara raja-raja yang telah memerintah ataupun yang akan memerintah kelak (Yesaya 18:5). Raja Hizkia adalah seseorang yang sangat memegang teguh perintah-perintah Tuhan dalam Taurat dan tidak menyimpang darinya (Yesaya 18:6). Serta Tuhan telah menetapkan nya sebagai Imanuel:

Maka TUHAN menyertai dia; ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung” (Yesaya 18:7).

Pertanyaan berikutnya adalah apakah gelar Imanuel terbatas bagi Raja Hizkia saja ? Jawabannya adalah tidak. Secara makna kata, memang tidak mungkin terbatas pada satu pribadi saja. Lalu apakah ada kata “Imanuel” dalam Al-Quran yang menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad saw adalah Imanuel juga ?

Kita pasti tidak asing dengan kisah hijrah Rasulullah saw bukan ? saat beliau saw bersembunyi bersama Hd. Abu Bakar ra di gua Tsur untuk menghindari pasukan Mekah. Namun apalah daya pasukan Mekah pun mencapai gua itu juga. Hd. Abu Bakar ra. demikian sangat khawatir, menangis dan ketakutan akan keselamatan baginda Nabi saw. Beliau bersabda:

“Aku tidak menangisi hidupku, ya Rasulullah, sebab jika aku mati, ini hanya menyangkut satu jiwa saja, tetapi jika engkau mati, ini akan merupakan kematian Islam dan kematian seluruh umat Islam” (Syarh Zurqani karya Imam Muhammad ibn ‘Abd al-Baqi al-Zurqani)[2].

Sungguh menakjubkan bahwa untuk menenangkan hati beliau yang demikian sedih dan lembut itu Allah Ta’ala berfirman saat itu juga:

لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللهَ مَعَنَا

“Janganlah engkau sedih sesungguhnya Allah beserta kita”(QS.Al-Taubah, 9:40).

Innallaha ma’ana adalah sama dengan kata Imanuel dalam bahasa Ibrani. Maka secara makna kata, Nabi Muhammad saw pun memenuhi nubuatan ini. Apalagi terdapat bukti kuat dari kitab Yesaya sendiri. Imanuel dinubuatkan oleh kitab Yesaya pasal 7 dan 8 sedangkan kita dapati nubuatan tentang Rasulullah saw di pasal yang ke-9, tepat setelah pemberitaan Imanuel dengan judul perikopa “Kelahiran Raja Damai”.

Pada pasal tersebut Rasulullah bahkan dijuluki Penasehat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal dan Raja Damai. Penjelasan pasal ini dapat kita baca pada buku Pengantar Mempelajari Al-Quran karya Hd. Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra. cetakan tahun 2018 halaman 148-159.

Kemudian apakah Yesus juga memenuhi nubuatan Imanuel secara maknawi ? Sebenarnya kita tidak mendapati firman Allah dalam Injil yang menggunakan frasa “Allah beserta kita” terutama saat masa Minggu Sengsara yang merupakan masa paling berat bagi Yesus. Lalu apa alasan Injil Matius mengakui kalau Yesus adalah Imanuel ? Bila kita perhatikan alur cerita diawal Injil Matius maka sedikit banyak memang Imanuel juga adalah Yesus secara maknawi.

Dikisahkan pada Injil Matius pasal 1 bahwa Maria ibunda Yesus telah hamil sebelum hidup sebagai suami istri dengan Yusuf. Setelah mengetahui kalau calon istrinya hamil Yusuf berniat “menceraikan” nya. Ia ketakutan dan tidak mau menikahi Maria. Oleh karena itu datanglah sesosok malaikat kepadanya dan berkata:

“…janganlah takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari roh kudus…” (Matius 1:20).

Matius lalu menulis kalau Yesus adalah Imanuel pada ayat yang ke-23. Alasan kenapa Matius menyebut Yesus sebagai Imanuel adalah mungkin karena kondisi Yusuf yang sangat ketakutan akan nasib buruk, ejekan dan fitnah yang bisa menimpa Maria akibat kandungan diluar pernikahan itu, namun disisi lain Allah melalui malaikat-Nya berkata pada Yusuf “jangan takut”. Sehingga menimbulkan keyakinan kepada Yusuf bahwa ia dan Maria pasti disertai Tuhan dalam menghadapi orang-orang Yahudi kelak.

Satu lagi yang mungkin membuat pembaca yang budiman bertanya-tanya, kenapa dalam judul tulisan ini tertera bahwa Imanuel juga untuk Khalifah ke-2 Jamaah Ahmadiyah?

Melihat kondisi Islam yang semakin terpuruk keruhaniannya dan diserang oleh agama-agama lainnya, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as atas petunjuk Tuhan memutuskan untuk berkhalwat selama 40 hari di Hosyarpur pada tahun 1886[3]. Beliau berdoa dengan sungguh-sungguh kiranya Tuhan berkenan memberikan tanda untuk mendukung Islam.

Beliau akhirnya mendapatkan wahyu dimana disebutkan bahwa tanda untuk kemajuan Islam adalah kelahiran seorang putera. Hal ini sama dengan Nabi Yesaya yang meminta kepada Raja Ahas untuk memohon sebuah tanda kepada Allah untuk menyelamatkan kerajaan Yehuda. Sebagai jawabannya tanda bagi Raja Ahas adalah akan lahirnya seorang putera untuk menyelamatkan Yehuda.

Sungguh luar biasa, memang Tuhan tidak akan melakukan sesuatu diluar sunah-Nya, Allah Ta’ala juga menjanjikan sebuah tanda untuk kemajuan Islam berupa seorang putera kepada Hd. Mirza Ghulam Ahmad as dalam khalwat beliau tersebut.

Siapakah nama putera yang dijanjikan Allah tersebut ? pembaca yang budiman pasti terkejut akan rahmat dan kuasa-Nya karena Tuhan menamai putera yang dijanjikan itu dengan nama Imanuel juga. Perhatikan bunyi wahyu yang diterima Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as berikut ini!

Engkau akan mendapat seorang anak laki-laki yang suci. Anak itu akan lahir dari benih keturunan engkau. Seorang anak laki-laki yang tampan dan suci akan datang sebagi tamu engkau. Namanya Imanuel dan Bashir juga. Kepadanya diberikan ruh suci. Dia suci bersih dari dosa. Dia adalah nur Allah. Berberkatlah dia yang datang dari langit”(Majmuah Iytiharat jld 1 hal. 100-102).

Dalam tradisi Jamaah Muslim Ahmadiyah, putera yang dijanjikan ini lebih dikenal dengan sebutan Muslih Mau’ud. Lalu Siapakah putera yang dijanjikan Allah dan diberi gelar Imanuel dan Basyir itu ?

Beliau adalah Hazrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra. Pada tanggal antara 7 dan 8 Januari 1944 M, Allah Ta’ala memberi tahu beliau dalam kasyaf, bahwa beliaulah Muslih Mau’ud itu. Kemudian beliau mengumumkannya dalam 4 pertemuan yang berbeda bahwa beliau adalah Muslih Mau’ud.

Awalnya memang beliau tidak mengumumkannya, mengingat tidak adanya titah dari langit. Namun anggota Jamaah sudah memperkirakan bahwa beliau memang putera yang dijanjikan karena melihat prestasi dan kinerja beliau selama memimpin Jamaah[4].

Ada lagi hal menarik antara kedua sosok putera yang dijanjikan dan diberi gelar Imanuel ini yakni Raja Hizkia yang dipercayai sebagai Imanuel (oleh umat Yahudi khususnya) naik tahta menjadi Raja Yehuda pada usia 25 tahun (2 Raja-raja 18:1-2), begitu pula Hazrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ra. menjadi Khalifatul Masih ke-2 pada usia 25 tahun (1914M).

Demikianlah pembahasan sederhana mengenai gelar Imanuel yang sempurna atas beberapa sosok pilihan Tuhan. Mereka adalah sosok-sosok luar biasa yang senantiasa disertai oleh Allah Ta’ala, sesuai dengan makna gelar itu sendiri.


Oleh: Ammar Ahmad

Sumber:
[1]Injil Matius 1 : 23
[2] Al-Quran Terjemah dan Tafsir Singkat, JAI cet. Kelima tahun 2014 halaman 701
[3] Ahmadiyya Gazette Canada, February 1998 oleh Baarakzai yang diterbitkan dalam Bisyarat Edisi No.03 Januari-Maret 2008 hal. 11-16
[4] Ahmadiyya Gazette Canada, February 1998 oleh Baarakzai yang diterbitkan dalam Bisyarat Edisi No.03 Januari-Maret 2008 hal. 11-16

Sumber Gambar: Wikipedia