Seorang Nabi Suci Allah Ta’ala yang menjadi seorang pemimpin bagi suatu wilayah bukanlah hanya dikisahkan kepada Rasulullah Saw saja atau kepada Nabi Daud As saja yang menjadi seorang raja. Namun, di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala juga menggambarkan seorang Nabi Adam As sebagai seorang Nabi Suci Allah Ta’ala dan juga merupakan seorang pemimpin yang memerintah di suatu wilayah di alam bumi ini. Nabi Adam As dijelaskan akan memerintah wilayah tersebut dengan begitu adilnya, akan memakmurkan dan mensejahterahkan masyarakat disana serta para pengikutnya. Model kepemimpinan Adam As dalam memerintah suatu wilayah mungkin saja menjadi Role Model terbaik bagi umat manusia di jaman tersebut. Al-Qur’an telah menjelaskan Adam As bukanlah sebagai manusia pertama yang tinggal di dalam Surga Akhirat, melainkan apa yang dijelaskan oleh Al-Qur’an adalah mengenai adanya seorang manusia suci yang telah Allah Ta’ala bentuk Tabiyatnya, yang segi kualitas keruhaniannya sangat unggul dan telah memahami dan meleburkan dirinya kepada hakikat Tuhan Yang Maha Esa. Di saat Nabi Adam As telah diangkat menjadi seorang Nabi bagi umat manusia dan telah memperoleh pengikut waktu itu, Nabi Adam As diberi suatu Nubuwatan tentang bahwa dirinya akan memerintah suatu wilayah, dia akan menjadi seorang pemimpin di wilayah tersebut, dia akan memimpin wilayah tersebut di bawah bimbingan Ruhani dari Allah Ta’ala. Di dalam Nubuatan Adam As, Adam As telah memimpin wilayah tersebut dengan sangat adil dan sejahterah, masyarakat disana merasakan keadilan dan kesejahteraan yang luar biasa di masa kepemimpinan Adam As, wilayah yang dipimpin oleh Beliau As mengalami masa kejayaan dan kemenangan dari segi keruhanian dan dari segi keduniawian. Al-Qur’an menjelaskan bahwa Nubuatan tersebut telah terjadi yang memberikan pelajaran bahwa memimpin dengan pembimbingan ruhani dari Allah Ta’ala akan menciptakan suatu kondisi masyarakat yang teratur, damai, sejahterah, dan makmur, masyarakat disana akan mengalami kemajuan yang begitu pesat. Dikarenakan Adam As telah memerintah di wilayah tersebut dengan penuh keadilan dan kesejahteraan serta sangat mengalami kemajuan, Al-Qur’an menjelaskan wilayah tersebut adalah sebagai Surga yang mana Adam As tinggal. Wilayah tersebut telah menjadi Surga bagi para penduduknya atau bagi rakyatnya di dalamnya serta bagi Adam As sendiri. Surga memang adalah sebuah penggambaran yang tepat untuk wilayah yang dipimpin oleh Adam As, karena Surga memiliki makna sebagai sesuatu yang begitu nikmatnya, sesuatu yang begitu indahnya, sesuatu yang begitu bahagianya secara hakiki bila tinggal di dalamnya, dan memanglah tepat bila wilayah tersebut digambarkan seperti itu.
Namun, sebagaimana seseorang yang sedang mengalami suatu masa kejayaan dan kemenangan, maka disitu Allah Ta’ala juga akan memberikan ujian untuk menilai apakah orang tersebut akan terus senantiasa beristiqamah di jalan Allah Ta’ala dan hanya meyakini apa yang disampaikan oleh Allah Ta’ala saja, apakah ia selalu menghadapkan muka hanya pada Sang Illahi atau tidak. Begitu pula dengan Adam As, Allah Ta’ala memberikan sebuah ujian kepada Adam As, atau dengan kata lain Adam As itu menghadapi sebuah ujian dari Allah Ta’ala. Di saat sedang mengalami kejayaan, Allah Ta’ala mendatangkan sekelompok suku yang sejatinya merupakan musuh bagi Adam As. Adam As yang tidak mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati kelompok suku tersebut tidak mengindahkan larangan Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui isi hati seorang manusia, niatan buruk yang ada di dalam hati, dan terbuai dengan omongan yang diucapkan oleh kelompok suku tersebut (mungkin Adam As ingin memberikan kepercayaan). Ujian seperti ini kurang lebih sama terhadap apa yang dialami oleh Rasulullah Saw saat terdapat seorang Kafir yang masuk Islam namun ternyata orang Kafir tersebut malah menyebarkan fitnah-fitnah mengenai Islam dari dalam yang tujuannya untuk menghancurkan Islam. Tujuan kelompok suku tersebut yang merupakan kelompok Kafir mungkin juga sama, yaitu ingin menghancurkan Adam As, Ajaran yang dibawa olehnya dan Wilayah yang dipimpin olehnya. Dan nyatanya setelah Adam As terbuai dengan bujukan dari kelompok suku tersebut, Kejayaan Adam As mengalami kemunduran, Wilayah yang dipimpin oleh Adam As juga mengalami perpecahan dan kehancuran, Ajaran Adam As juga mulai ditinggalkan oleh para pengikutnya dan Rakyat di wilayah tersebut, namun Ajaran Tauhid Illahi sesuai Sunnatullah akan terus hidup dan tidak akan pernah mati, karena Allah Ta’ala sendirilah yang akan menjaga Ajaran Tauhid ini dan menghidupkannya kembali untuk umat manusia melalui perantara para utusan-Nya. Setelah mengalami kemunduran dan kehancuran, nasib Nabi Adam As bagaikan nasib Nabi Isa As yang harus mengumpulkan para domba yang hilang, para pengikut Beliau As yang masih begitu setianya dan masih mengikuti Ajaran Tauhid beliau As sejati selama hayatnya. Begitulah secarik hakikat kisah dari Nabi Adam As yang saya coba jelaskan secara utuh dengan bahasa saya sendiri dari apa yang telah dijelaskan di dalam tafsir Al-Qur’an.
Oleh: Mansoor Ahmad Syahid
Sumber: Ayat Al-Qur’an Surah Taa Haa, terjemahan 1856-1863, Hal : 1118-1120.
Sumber Gambar: unsplash.com