Hari Disabilitas Internasional, Sebuah Refleksi Untuk Merasa Cukup

743

Tanggal 3 Desember diperingati sebagai Hari Disabilitas Internasional. Teman – teman disabilitas juga menyambut peringatan ini. Tak pelak, teman disabilitas di sekitar kami pun membuat acara tersendiri dalam memperingatinya. Penyandang disabilitas secara kasat mata, sekilas terlihat “berbeda”. Namun, setelah menyelami lebih dalam mereka, rasanya tak ada yang berbeda. Malah mereka bukan berbeda, namun sejatinya lebih dari kita yang biasa, bahkan dapat dikatakan mereka luar biasa. Dibalik ketidaksempurnaan baik secara fisik maupun mental, mereka dapat terlihat begitu “sempurna”. Dengan besar hati, mereka menerima kehendak dari Yang Kuasa. Mereka tidak menutup diri, sebaliknya mereka mengembangkan dirinya. Tak ada kata yang dapat diungkapkan, selain dengan kata “malu”. Malu melihat mereka yang dengan segala keterbatasannya malah seolah tak terbatas mengembangkan dirinya.

Mungkin manusia yang diberikan kesempurnaan secara fisik dan mental masih saja ada keluhan dalam menjalani hidupnya. Mengeluh ketika keadaan tak sesuai dengan yang diinginkan. Mengeluh ketika ujian begitu terasa berat, hingga mengeluh ketika kenyataan tak sesuai dengan yang diharapkan. Namun mereka? Mereka bahkan terlihat bahagia, dan tanpa beban menjalani kehidupan. Mereka masih terus dapat tersenyum, saling menyemangati, hingga bersuka cita bersama. Sepertinya, tak ada yang mereka keluhkan dengan menerima anugrah dari Sang Kuasa. Mungkin rasa syukur mereka begitu dalam, sedalam keluasan hati mereka, menerima keadaan.

Teringat sebuah cerita, kala itu, ada seorang pria tengah mengendarai kuda yang melihat seorang faqir yang mengenakan pakaian yang nyaris tidak menutupi tubuhnya. Penunggang kuda itu bertanya kabar sang faqir. Namun, betapa kagetnya sang penunggang kuda, ketika sang faqir menjawab bahwa dirinya sama seperti seseorang yang semua keinginannya terpenuhi. Sang penunggang kuda masih penuh tanya, bagaimana bisa semua keinginan sang faqir terpenuhi. Sang faqir menjawab: “Ketika seseorang meninggalkan semua hasratnya, seakan-akan ia telah meraih semuanya.

Kiranya, begitulah hasrat yang tanpa disadari akan menyiksa sang pemiliknya. Ketika begitu banyak keinginan yang bahkan bukan kebutuhan, malah  sebetulnya diada-adakan, tentu begitu menyiksa. Karena hasrat terus menerus akan menuntut, agar segalanya dapat tercapai. Teringat Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad  (as) menyampaikan: “Kesimpulannya, ketika seseorang menginginkan untuk mendapatkan segalanya, maka itu menjadi sumber ketidaknyamanan (penderitaan) baginya, namun, ketika seseorang qana’ah (merasa cukup atau puas) dan meninggalkan semua [keinginan], maka rasanya seolah-olah mereka telah meraih segalanya. Pengertian najaat (kebebasan dan keselamatan) adalah ketika seseorang merasakan kelezatan (sukacita, kebahagiaan) dan bukan dukacita (penderitaan). Kehidupan yang penuh kesusahan tidak baik di kehidupan ini dan tidak juga di kehidupan yang akan datang (akhirat).”

Ya, dengan merasa cukup atas apa yang ada, apa yang dimiliki, dan apa yang telah diperjuangkan, rasanya disitulah manusia dapat menemukan kebahagiaan. Bukan berkutat dalam keluhan demi keluhan. Kiranya itulah yang dirasakan oleh teman – teman disabilitas di sana. Merasa cukup atas pemberian dari yang kuasa, hingga tetap merasa bahagia dan tetap menjalani kehidupan seperti biasa, bahkan dapat mengembangkan dirinya.

Dan dibalik itu semua, beruntungnya mereka, terlahir dari orang tua yang begitu luar biasa. Ya, Allah memang Maha Adil, mereka terlahir dari seorang Ibu yang begitu tangguh. Yang tak sekedar hanya menerima keadaan anak-anaknya. Namun merasa cukup, hingga bersyukur dan terus berupaya mengembangkan diri anak –anaknya. Hingga anak – anak tersebut tumbuh dan berkembang seperti anak – anak lainnya yang juga mampu bersyukur akan pemberian Sang Kuasa.

Teringat Pemimipin Jemaat Ahmadiyah saat ini menyampaikan “Ketika seseorang Qana’ah maka dia akan menjadi hamba yang bersyukur dan rasa syukur ini begitu sangat penting bagi seorang Mu’min.” 


Penulis : Mutia Siddiqa Muhsin

Sumber:

https://kemensos.go.id/hari-disabilitas-internasional-tahun-2021

Sumber gambar:

https://kemensos.go.id/hari-disabilitas-internasional-tahun-2021