Luas Samudera Tak Seluas PengampunanMu

794

Adalah satu dari banyak suasana haru ketika dua insan saling memaafkan saat mereka berbuat kesalahan atau telah berbuat salah. Dan suasana ini merupakan contoh atau gambaran dari indahnya kedamaian.

Yaaa.. Kalau kita diperlihatkan suasana haru seperti ini, tentu dalam hati kita merasakan damai dan nyaman. Setuju bukan??

Sebagai manusia yang memang tempat bersemayamnya kesalahan dan kekhilafan, kita bukan hanya disarankan, tetapi kita diwajibkan untuk saling memaafkan.

Seperti kita ketahui, Yang Maha Sempurna adalah Allah SWT.. Tuhan kita, Tuhan Yang Maha Segalanya,, yaa,, Dia lah Pemilik Kesempurnaan.

Lalu bagaimana dengan kita,, apakah kita layak mendapatkan maaf?,, pantaskah kita?,,,. Kalau kita bicara dalam konteks hidup bermasyarakat, maka iyaa kita layak untuk dimaafkan, dan wajib untuk memaafkan. Terlepas dari siapa berbuat salah terhadap siapa, saling memaafkan adalah jalan akhir menuju damai..

Dalam Al-Quran Suci,  Allah SWT berfirman :

أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّـهُ لَكُمْ

Apakah kamu tidak menginginkan agar Allah  mengampunimu? (QS. An-Nur : 23)

Maafkan orang lain agar Allah pun mengampuni kamu..

Terkait bagaimana sikap kita terhadap orang yang berbuat kesalahan, Islam mengajarkan kita umatnya untuk menjadi pribadi yang pemaaf, bahkan Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk membalas setiap keburukan dan kesalahan orang lain dengan kebaikan. (QS Ha Mim Al-Sajdah : 35)

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ

“Dan tidak sama kebaikan dengan keburukan. Tolaklah keburukan itu dengan cara sebaik baiknya, maka tiba – tiba ia yang diantara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia”

Jika kita mempelajari lebih dalam, ternyata Allah SWT juga menjelaskan di dalam Alquran suci bahwa, balasan dari kebaikan dengan memaafkan kesalahan seseorang adalah surga..  karena ini adalah ciri atau bentuk dari ketaqwaan. Tentang hal ini terdapat pada QS. Ali Imran ayat 134-135 

وَسَا رِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ ۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ ۙ 

“Dan bersegeralah kamu kearah ampunan dari Tuhanmu dan surga yang nilainya seluruh langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,”

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ۚ 

“(yaitu) orang-orang yang menginfakkan harta di waktu lapang dan di waktu sempit, yang menahan amarahnya dan yang memaafkan manusia,  dan Allah mencintai orang yang berbuat baik”..

Saya sebutkan satu dari banyaknya contoh sikap memaafkan kesalahan besar dari seseorang,, yakni ada seorang guru yang memaafkan pembunuh anaknya. Guru itu berkata: “Saya memaafkan, karena agama saya Islam mengajarkan untuk memberi maaf..” [1]

Benar, hukum dan peradilan berjalan sebagaimana mestinya, tetapi sikap dari seorang guru ini adalah bentuk dari ketulusan hati, keputusan yang sangat membutuhkan keikhlasan yang teramat besar. Karena ada Tuhan yang telah mengajarkan kita untuk bersikap demikian.

Hal serupa juga pernah terjadi pada sahabat terdekat Nabi Besar Muhammad SAW, Hz Abu Bakar As-Shiddiq (ra) saat beliau tidak mau memaafkan seseorang yang telah berbuat kesalahan dengan menebarkan fitnah tentang puteri tercinta beliau, hingga Allah SWT menegurnya [2].

Jika Allah SWT saja Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat hamba – hambaNya yang berbuat dosa, maka siapa kita, jika kita tidak memaafkan kesalahan orang lain.

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertemanan, hidup berdampingan dan bermasyarakat yang diharapkan dapat membangun dan menciptakan hubungan yang baik. Karena itu, alangkah indahnya ketika kita dapat memanifestasikan salah satu sifat Allah SWT dalam kehidupan kita. Allah SWT Maha Pengampun, Maha Pemaaf, demikian pula kita memaafkan kesalahan saudara saudara kita.

Sebuah kewajaran, jika kita menganggap permasalahan dalam bentuk apapun sebagai ujian. Karena setiap manusia memiliki ujian yang berbeda. Tetapi ingatlah bagaimana nasehat Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Jemaah Muslim Ahmadiyah tentang hal ini:

“Ketika mendapatkan masalah atau ujian hidup, yang pertama dilakukan adalah berdoa dan memohon kepada Allah untuk mendapatkan solusi. Baru setelahnya fokus mencari solusi” Memaafkan adalah solusi terbaik untuk mendapatkan kedamaian hati, niscaya hidup kita lebih indah dan dihiasi dengan warna harmonisasi. Cinta untuk semua, kebencian tidak untuk siapapun. Inilah prinsip ajaran Islam yang selalu ditanamkan pada setiap anggota Ahmadiyah.


Penulis : Diannisa Sahiba

[1] Guru madrasah memaafkan pembunuh anaknya, hadirin di pengadilan menangis

https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-42237473

[2] Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq Ditegur Allah : https://islam.nu.or.id/hikmah/ketika-abu-bakar-ash-shiddiq-ditegur-allah-cWwO5