Mengenal Lubna Arshad : Seorang Ibu bagi Keluarga dan Masyarakat Kota Oxford

741

Berkat Karunia Allah Ta’ala, di tengah gempuran stigmatisasi selama puluhan tahun, Jemaat Ahmadiyah tetap dan akan terus mengalami kemajuan dan perkembangan. Seibarat tanah yang selalu dirusak, Jemaat Ahmadiyah masih dan akan terus menumbuhkan bunga-bunga indah nan harum bagi sekitarnya. Salah satu buktinya terjadi pada tanggal 17 Mei 2023, sejarah baru terukir dimana seorang Muslimah Ahmadi diangkat sebagai walikota di kota Oxford Inggris.  Beliau bernama  Lubna Arshad.

Karakter dan Dedikasi Lubna Arshad


Lubna Arshad lahir dan besar di Oxford. Beliau meraih gelar BSC(Hons) dalam Teknologi Jaringan Komputer dari Manchester dan memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun di industri IT. Semangat beliau untuk kesetaraan dan keadilan membuatnya terpilih sebagai Anggota Dewan Kota sejak tahun 2018. Pencapaiannya merupakan terobosan dan mewakili kemajuan signifikan menuju keragaman, inklusivitas, dan keterwakilan dalam peran kepemimpinan. Sosok Lubna dikenal karena membuat perbedaan dan secara ambisius melakukan advokasi untuk menghentikan kesenjangan pada upah berdasarkan gender dan melindungi kebebasan beragama. Beliau bersemangat mendukung kaum muda dan memberantas kemiskinan. Adapun karakter mulia ini turun dari Ibunda beliau yang merupakan seorang pendidik.

(Pidato saat Pelantikan Walikota di Oxford Town Hall. @LubzStaProperty on twitter)

Sebagai seorang Ibu dengan 2 anak, semangat beliau dalam mengkhidmati agama dan masyarakat sangat besar. Dalam pidato penobatan sebagai walikota, beliau menyampaikan :

“Sebagai muslim pertama, termuda dan perempuan kulit berwarna pertama yang memegang posisi walikota di Kota Oxford, saya sangat percaya pada prinsip cinta untuk semua dan kebencian tidak untuk siapapun.”

Adapun dalam mengambil keputusan ini beliau tidak lupa untuk secara khusus melibatkan Allah ta’ala beserta Khalifah, selanjutnya beliau menyampaikan :

 “Ketika saya diberi kesempatan dalam kapasitas ini, saya tidak langsung mengiyakan. Sebaliknya, saya menghabiskan 2 minggu mencari bimbingan dan dengan sungguh-sungguh memohon campur tangan Ilahi. Para dewan dan doa Khalifah saat ini yang saya konsultasikan bersama dengan rahmat Tuhan memungkinkan saya untuk berdiri di hadapan Anda hari ini.”

Tak luput, beliau juga mengingatkan kembali mengenai peran perempuan serta sabda Hz Muslih Mau’ud ra terkait reformasi pemuda :

“Perempuan adalah arsitek Bangsa dan memegang kunci menuju masa depan yang lebih cerah. Merupakan kehormatan seumur hidup untuk berada dalam posisi di mana saya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat seperti kata pepatah Reformasi suatu bangsa tidak dapat terjadi tanpa reformasi para pemuda.”

Terkait korelasi perempuan dalam pengkhidmatan sebagai Ibu dan masyarakat, Huzur atba telah memberikan petunjuk sbb:

Perempuan Sebagai Ibu dan Masyarakat dalam tinjauan Khalifah

Dalam Pidato yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba pada sesi Lajnah saat Jalsah Salanah UK tahun 2021, beliau menyampaikan :

Dalam perannya sebagai Ibu, pendidikan perempuan tidak harus  bertujuan untuk mendapat pekerjaan; tetapi juga penting untuk tarbiyat dan pendidikan bagi generasi berikutnya. Jika seseorang memperoleh keterampilan atau pendidikan di bidang tertentu dan kemudian mencari pekerjaan dan menekuninya. Hal itu tidak salah, tetapi jika perempuan meningkatkan pendidikannya dengan niat untuk membesarkan anak-anaknya, maka surga akan menjadi takdirnya.

Selanjutnya mengenai peran dalam masyarakat Huzur atba menjelaskan prinsip dasar dari ajaran Islam yang indah bahwa seseorang tidak boleh hanya memfokuskan diri untuk mendapatkan hak-hak mereka sendiri. Namun sebaliknya, jika kita ingin menciptakan lingkungan yang damai dan tenteram dalam masyarakat, maka kita juga harus fokus pada pemenuhan hak orang lain dan memperhatikan pemenuhan hak yang diberikan kepada kita masing-masing. Hanya dengan cara itulah semangat perdamaian dan kerukunan sejati dapat diciptakan, yang mencakup hak-hak setiap golongan masyarakat, sambil melaksanakan tanggung jawab mereka. Perempuan tidak hanya diperintahkan untuk memperjuangkan hak-hak mereka, tetapi mereka juga diajarkan untuk memahami status mereka dan mereka telah diberikan panduan bagaimana melindungi diri mereka dari keburukan. Inilah ajaran-ajaran komprehensif yang pada dasarnya menjadi penjamin bagi tegaknya kebebasan berekspresi dan hak-hak setiap kelompok. Tidak ada ajaran agama lain yang dapat menandingi ajaran-ajaran ini, begitu juga tidak ada ajaran atau hukum duniawi yang dapat menentangnya. Pada akhirnya, kisah Lubna Arshad ini bagaikan angin segar yang hadir sebagai penyejuk sekaligus pemantik semangat para Muslim Ahmadi khususnya para Lajnah, bahwa sebagai perempuan kita tidak hanya dapat berkhidmat dalam kancah keluarga semata namun juga dapat berkhidmat bagi masyarakat secara luas. Hal ini juga bukan berarti bahwa semua Lajnah harus menjadi walikota atau pemimpin, namun yang terpenting adalah bagaimana kita dapat partisipasi secara positif kepada masyarakat. Lubna Arshad mampu membuktikan bahwa dedikasi sebagai Ibu tidak menghalangi beliau dalam melakukan ibadah sosial. Semoga kisah beliau mampu menginspirasi kita menjadi Muslim yang memiliki kasih sayang kepada keluarga serta masyarakat. Aamiin.


Oleh: Rhaska Fortuna Arimansah Putri

Editor: Rokhila Farida