Menjadi Muslim yang Bermanfaat bagi Sesama: Inti dari Keislaman yang Sejati

57
Menjadi Muslim yang Bermanfaat bagi Sesama: Inti dari Keislaman yang Sejati
Menjadi Muslim yang Bermanfaat bagi Sesama: Inti dari Keislaman yang Sejati

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad).

Kalimat bijak ini sering terdengar dalam ceramah atau kutipan-kutipan motivasi islami. Tapi pernahkah kita benar-benar merenungkannya? Bahwa ukuran kemuliaan seorang muslim di sisi Allah bukan hanya pada banyaknya ibadah ritual, tapi juga pada seberapa besar ia membawa manfaat bagi sesamanya. Inilah esensi Islam yang mungkin sering terlupakan: menjadi rahmat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk seluruh alam.

Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, individualistik, dan kompetitif, menjadi pribadi yang “bermanfaat” kadang terdengar idealistik. Namun, Islam justru menempatkan nilai ini sebagai bagian dari pengamalan iman. Artikel ini akan membahas konsep “manfaat” dalam Islam, dasar-dasar syariatnya, bentuk-bentuk aplikasinya dalam kehidupan, serta bagaimana kita sebagai generasi muslim hari ini bisa mengambil peran.

Islam: Agama yang Mendorong Kepedulian Sosial

Islam bukan hanya ajaran spiritual individual, tetapi agama yang membentuk masyarakat dengan landasan keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab sosial. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya’: 107).

Ayat ini tidak hanya menunjukkan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menjadi arah hidup bagi umatnya: menjadi rahmat, artinya menjadi pembawa kebaikan, penghilang kesulitan, dan pelipur duka.

Rasulullah SAW pun adalah sosok teladan dalam membantu sesama. Beliau tidak hanya memimpin salat dan menyampaikan wahyu, tetapi juga aktif membantu masyarakat, menyantuni fakir miskin, memaafkan orang yang menyakitinya, dan memberi solusi atas problem umat.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Thabrani, Nabi bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”.

Hadits ini menunjukkan bahwa manfaat sosial merupakan indikator keimanan yang sehat. Seorang muslim sejati tidak hanya saleh secara vertikal (hubungan dengan Allah), tetapi juga saleh secara horizontal (hubungan dengan manusia dan lingkungan).

Manfaat: Bukan Sekedar Materi

Kata “bermanfaat” tidak harus dimaknai secara sempit dalam bentuk bantuan materi. Menjadi bermanfaat dapat berupa tenaga, waktu, ilmu, perhatian, bahkan senyuman. Rasulullah SAW bersabda:

“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah” (HR. Tirmidzi).

Membantu orang tua mengangkat belanjaan, mendengarkan keluh kesah teman, membimbing adik dalam belajar, berbagi pengetahuan yang kita miliki—semua itu termasuk amal yang membawa manfaat dan berpahala di sisi Allah.

Artinya, setiap orang, dalam kondisi dan kapasitas apapun, bisa menjadi pribadi yang bermanfaat. Kita tidak harus menjadi orang kaya dulu, tidak perlu menunggu posisi tertentu. Justru setiap kebaikan kecil yang dilakukan dengan niat ikhlas bisa menjadi pemberat amal di akhirat.

Dimensi Sosial dalam Ibadah

Islam menjadikan ibadah sebagai sarana untuk menumbuhkan kepekaan sosial. Puasa, misalnya, bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi juga melatih empati terhadap orang miskin. Zakat bukan hanya membersihkan harta, tapi mendistribusikan kesejahteraan. Salat berjamaah melatih disiplin dan kesatuan komunitas.

Dalam surah Al-Ma’un, Allah mengecam orang yang lalai shalat dan enggan membantu sesama:

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin” (QS. Al-Ma’un: 1–3).

Ayat ini menegaskan bahwa keimanan bukan hanya tampak dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam sikap sosial. Kita tidak bisa merasa cukup dengan salat dan puasa jika masih menutup mata terhadap penderitaan orang lain.

Menjadi Muslim Bermanfaat di Era Modern

Generasi muda muslim hari ini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Di tengah krisis identitas, pengaruh media sosial, dan tekanan hidup, muncul pertanyaan: bagaimana kita tetap bisa membawa manfaat?

Berikut beberapa cara konkret menjadi muslim yang bermanfaat di era modern:

  1. Berbagi Ilmu dan Inspirasi Di era digital, berbagi kebaikan bisa dilakukan lewat tulisan, video, atau media sosial. Mengutip ayat atau hadis yang memotivasi, menulis artikel yang menyadarkan, atau membuat konten positif adalah bentuk dakwah yang bermanfaat.
  2. Aktif di Komunitas Sosial Bergabung dalam kegiatan kemanusiaan, seperti penggalangan dana, edukasi anak yatim, atau bersih lingkungan, adalah bentuk konkret dari amal sosial. Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang memudahkan kesulitan seorang mukmin, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

  • Menjadi Teladan di Lingkungan Terdekat Kita bisa mulai dari hal-hal sederhana: menjaga ucapan, tidak menyebar hoaks, jujur dalam pekerjaan, atau menjadi siswa yang disiplin. Akhlak yang baik adalah dakwah paling kuat.
  • Membangun Karya dan Inovasi Dalam dunia profesional, kita bisa membawa manfaat melalui inovasi yang memudahkan hidup banyak orang. Dari guru, dokter, programmer, hingga petani semua bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk membantu dan memudahkan orang lain.

Menghadirkan Keikhlasan dalam Manfaat

Namun satu hal yang tidak boleh dilupakan: menjadi bermanfaat harus dilandasi niat yang tulus karena Allah. Kita tidak mencari pujian, tidak mengharap popularitas. Kebaikan yang tidak ikhlas hanya akan melelahkan jiwa. Tapi kebaikan yang tulus, meski kecil, akan bernilai besar di sisi Allah.

Sebagaimana disebut dalam hadits qudsi:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan hartamu, tetapi Dia melihat pada hati dan amalmu” (HR. Muslim).

Niat yang benar menjadikan setiap langkah dan tindakan kita bernilai ibadah. Bahkan jika hanya menyisihkan waktu untuk mendengarkan curhatan seorang teman yang sedang terpuruk, jika ikhlas, itu bisa menjadi pemberat amal di hari kiamat.

Penutup: Merawat Warisan Rasulullah

Rasulullah SAW telah mewariskan kepada umatnya bukan hanya ajaran, tetapi juga keteladanan dalam memberi manfaat. Beliau adalah pribadi yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk umat. Maka, jika kita ingin mencintai Nabi, kita harus berusaha meneladaninya salah satunya dengan memberi manfaat dalam kehidupan kita, sekecil apa pun.

Di dunia yang penuh persaingan dan kegaduhan ini, kehadiran seorang muslim yang lembut, dermawan, jujur, peduli, dan bermanfaat akan menjadi cahaya yang dirindukan. Kita bisa menjadi cahaya itu. Kita bisa menjadi jalan orang lain untuk mengenal Islam dengan cara yang lebih indah. Dan kita bisa menjadi sebab turunnya rahmat Allah bagi orang-orang di sekitar kita.

Mulailah dari hal kecil, dari senyuman, dari membantu, dari mendengarkan, karena sebaik-baik manusia, adalah yang paling bermanfaat.


Oleh : Wildan Fadlullah

Imgae: Generate ai ChatGPT, 17 Oktober 2025