“Umm adek itu bayi itu kok bisa ada di dalam perut sih?” celoteh gadis kecil dinda dengan rasa penasaran. Pada kasus lainnya, ada pula seorang anak laki-laki setelah pulang bermain, tiba-tiba bertanya kepada ibunya, “Bun, tadi teman-teman abang ada suka yang ngomongin ***** (sambil menirukan bahasa yang tak pantas tentang hubungan suami istri), apa sih maksudnya bun?”
Tentu saja pertanyaan itu akan membuat seorang ibu terkadang merasa gelapapan dan bingung harus memberi jawaban seperti apa. Hal ini memunculkan pertnyaan lain dibenak kita.
Sebenarnya perlukah pendidikan seks itu bagi anak-anak? Kapan usia yang cocok mengajarkan anak tetang pendidikan seks? Bagaimana caranya?
Kembali kepada kasus pertanyaan di awal, dalam satu sesi tanya jawab, dr Aisyah Dahlan seorang pakar tips rumah tangga, praktisi parenting dan pejabat Ketua ASIRI (Asosiasi Rehabilitasi Sosial Narkoba Indonesia) menyampaikan cara terbaik bagi para orang tua dalam menjawab pertanyaan senada. Beliau menyampaikan beberapa hal yang penting diketahui oleh orang tua, khususnya para ibu dalam menghadapi situasi seperti itu adalah bersikap tenang jangan panik. Selanjutnya orang tua bisa mempertegas apa tujuan anak mempertanyakan hal tersebut. Kemudian orang tua bisa menggunakan kalimat dengan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti oleh anak. Salah satunya seperti penjelasan berikut,
“Satu masa nanti pada saat mencapai umurnya setiap orang akan memiliki jodoh laki-laki dan perempuan kemudian mereka akan menikah setelah menikah dengan resmi secara agama dan negara, maka akan terjalin hubungan suami istri seperti halnya ayah dan ibu. Apabila Allah mengizinkan, maka akan Allah beri keturunan sebagai penerus keluarga dari hubungan resmi itu.”
Selain itu, sebagai orang tua kita juga perlu mempersiapkan buku-buku pengetahuan seputar organ tubuh manusia yang dapat menunjukkan secara rinci bagian tubuh dengan bahasa yang universal. Sehingga terhindar dari konotasi negatif saat menyampaikannya kepada anak-anak yang pemikirannya masih bersih dan polos.
Sampaikan bahwa apa yang dia dapat dari teman-temannya baik secara bahasa maupun tontonan dan hal lainnya yang tidak baik berkaitan dengan masalah itu adalah sesuatu yang harus dihindari dan tidak pantas untuk diucapkan.
Di sisi lain, pendidikan seks dalam Islam sudah diatur sedemikian rupa. Allah Ta’ala telah memberikan penjelasan yang gamblang akan hal ini, mulai dari batasan aurat dalam rumah maupun di luar rumah. Di dalam Al Quran surah 24 ayat 58 Allah Ta’ala juga disampaikan agar anak-anak, laki-laki maupun perempuan, diajarkan tentang adab-adab Islam yang berkaitan dengan menutup aurat, menjaga pandangan, dan meminta izin (masuk ke ruangan orang tua), hendaknya dimulai sejak kecil, atau ketika usia tamyiz atau pada fase sebelum baligh.
Dalam ayat selanjutnya Al Quran surah An Nur ayat 59 dijelaskan bahwa apabila sang anak mencapai usia baligh, maka izin hendaknya dilakukan pada setiap waktu. Bahkan secara lebih rinci dalam hadits disampaikan pula agar memisahkan mereka dari tempat-tempat tidur mereka di usia 10 tahun (HR. HR. Abu Dawud, no.495 dan dishohehkan oleh Al-Alban di Shoheh Abi Dawud).
Semua ini bertujuan agar anak-anak terhindar dari memandang sesuatu yang tidak baik pada seseorang di tengah keluarganya. Atau amalan semisal itu pada waktu-waktu yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Adapun memisahkan mereka dari tempat tidur mereka pada usia 10 tahun merupakan bentuk antisipasi timbulnya syahwat, meskipun mereka saudara satu sama lain. Inilah petunjuk ajaran Islam yang suci dari Allah untuk menjaga aurat dan mengendalikan syahwat pada usia yang lazim bagi anak.
Sangat jauh berbeda dengan wawasan dan budaya barat. Secara umum kita ketahui bahwa pengajaran pendidikan seksual di dunia barat sangatlah berlebihan dan menjadi pusat perhatian sehingga dijadikan salah satu materi pelajaran di sekolah atau acara televisi, bahkan sampai-sampai ada orang tua yang ikut mendampingi anaknya menyaksikan tontonan yang tak pantas. Ironis sekali.
Ketika dunia sedang disibukkan dengan masalah yang berkembang mengenai kasus pelecehan seksual yang meningkat di berbagai negara akhir-akhir ini, beberapa orang menyarankan agar disediakan tempat terpisah untuk wanita. Seperti angkutan umum khusus wanita, konser khusus bagi wanita. Sejatinya, pemisahan inilah yang menjadi ajaran Al Quran yang menjadi solusi terbaik bagi wanita di dunia dalam mengatasi permasalahan ini.
Abdul Quddus Arif, Pemimpin Pemuda Ahmadiyah UK, menyampaikan, “Kita menyaksikan dengan takjub bagaimana Al Quran sekali lagi memberikan ajaran yang unggul bahwa lawan jenis harus tetap terpisah, mereka bahkan jangan sampai mengangkat pandangan mereka agar mereka tidak tersentuh godaan, ini adalah satu-satunya solusi pragmatis untuk perilaku yang tidak bermoral seperti itu. Hz. Khalifatul Masih V aba (Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifah ke-5 Ahmadiyah) menyatakan hendaklah selalu memperhatikan pakaian anda sehingga tidak ada yang bisa mempertanyakan kesopanan anda dan banggalah dengan fakta bahwa jilbab adalah sarana untuk menjaga kehormatan dan kesucian seorang muslimah, setiap pria dan wanita Ahmadi memiliki lingkaran di mana mereka semuanya berkewajiban untuk tetap tinggal padanya dan lingkaran itu adalah apa apa yang diajarkan oleh Islam.”
Demikianlah seyogianya umat Islam mengambil sikap yang benar, menjunjung tinggi nilai kesopanan, menjaga batasan dalam pandangan dan pergaulan sejak masa anak-anak hingga ruh terpisah dari badan. Wa’allahu ‘Alam.
Oleh : Aisyah Begum
Sumber Gambar : idntimes.com