Ketika kita mendengar Nabi Adam A.S, beberapa dari kita umunya akan membayangkan seorang manusia raksasa, yang lahir dari surga dan dibuat dari segumpla tanah liat yang ditiupkan ruh. Sebuah hikayat, seakan seperti dongeng, dan mustahil untuk ditangkap oleh logika. Nabi Adam seakan digambarkan layaknya mahluk yang berbeda dari manusia pada umumnya. Tahukah anda bahwa seelum Nabi Adam A.S, sudah terdapat manusia lainnya, yang ikut hidup berdampingan dengan manusia modern. Ribuan tahun yang lalu, bahkan terdapat 3 spesies manusia yang berbeda, dengan satu spesies yang kemudian menjadi bagian dari Nabi Adam A.S. Hal ini tentu sulit di terima oleh khalayak umum, yang selama ini hanya faham dengan konsep Nabi Adam AS layaknya kisah dongeng dan mitologi. Akan tetapi, bukankah Islam dulunya berfondasi pada ilmu dan sains? Lalu apakah Islam bertentangan dengan ilmu sains dan logika walaupun sudah ada bukti nyata akan keberadaan manusia “lain” yang hidup bahkan jutaan tahun sebelum Adam A.S?
EVOLUSI MENURUT SAINS DAN AL-QUR’AN
Teori Evolusi Charles Darwin
Membahas konsep manusia pertama dan teori evolusi tidaklah mungkin untuk dijelaskan secara terpisah. Kita pasti familiar dengan teori evolusi oleh Charles R. Darwin. Darwin menjelaskan secara singkat, bahwa pada suatu organisme yang hidup saat ini adalah sebuah produk dari evolusi yang panjang, dimana alam menentukan organisme mana yang mampu bertahan hidup, menyesuaikan diri akan perubahan, dan dapat berkembang biak melalui proses yang disebut adaptasi, dimana ciri yang membantu sebuah organisme bertahan hidup dilabeli sebagai adaptif (survival of the fittest). Konsep ini muncul setelah Darwin melakukan penelitian dengan spesies hidup di Kepulauan Galapagos, dan juga dari fosil mahluk yang pernah hidup di dunia.
Teori Evolusi menurut Al-Qur’an
Di dalam Al-Qur’an, terdapat banyak penjelasan terkait evolusi kehidupan, termasuk diantaranya adalah proses evolusi manusia. Di dalam Al-Qur’an berbunyi:
“.. Engkau tidak akan melihat ketidak-pantasan di dalam penciptaan Tuhan yang Maha Pemurah. Oleh karena itu pandanglah lagi! Adakah engkau melihat suatu cacat?” (Q.S Al-Mulk:2-4)
Ayat ini berbicara tentang perencanaan keseluruhan semesta alam, termasuk manusia di dalamnya. Didalam buku Wahyu Rasionalitas Pengetahuan dan Kebenaran karya Hz. Mirza Tahir Ahmad, Khalifah keempat Jamah Ahmadiyah, dijelaskan bahwa Allah SWT memiliki fitrat Al-Rabb yang seringkali diterjemahkan sebagai “sang Pemelihara” dan dikatikan dengan istilah Rabb-al-Fuluwwa, yang berarti seorang pelatih kuda telah membesarkan dan melatih kuda itu dengan baik. Ini mengindikasikan bahwa dalam proses penciptaan, Allah SWT juga menyiapkan tahapan perkembangan ciptaan-Nya. Hal ini sejalan dengan apa yang tercatat dalam fosil mahluk hidup yang ditemukan dari batuan purba. Terlihat bagaimana proses untuk mencapai sebuah body plan yang sesuai dan adaptif yang bertujuan untuk bertahan hidup.
MANUSIA PERTAMA DALAM SAINS
Penemuan di Afrika
Pada tahun 1974, sebuah ekspedisi gabungan yang dilaksanakan di Lembah Hadar, Ethiopa mengungkap sebuah spesimen yang jauh lebih tua ketimbang temuan Eugene Dubois. Fosil ini dinamai “Lucy”, dengan ciri layaknya seorang gadis kecil. Spesimen ini memiliki postur yang tegap, dengan tinggi sekitar 1,2 m. Lucy adalah anggota Australopithecus afarensis, yang saat ini masuk dalam suku Hominin, yang mencakup manusia dan simpanse.
Lucy bukanlah satu-satunya spesimen Australopithecus yang ditemukan di Afrika. Sudah ratusan spesimen jenisnya ditemukan, dan beberapa jejak kaki yang ditemukan oleh seorang peneliti Inggris bernama Mary Leakey. Australopithecus mungkin merupakan Hominin tapi bukan berarti mereka dapat dikategorikan sebagai manusia purba layaknya Homo erectus. Ini dikarenakan tingkat atribut morfologi mereka masih terlalu purba dan sangat berbeda dengan genus Homo, seperti volume otak yang terlalu kecil. Australopithecus afarensis sendiri memiliki genus yang berbeda dengan manusia, yaitu Australopithecine. Akan tetapi, temuan Australopithecus ini menunjukkan bahwa adanya bukti evolusi, sebuah perubahan adaptif yang kelak akan melahirkan manusia pertama.
Manusia Pertama itu Ditemukan di Jawa
Kapal itu melaju menuju pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Di buritan tertulis SS. Princess Amalia, dan didalam kapal itu terdapat seorang pemuda luar biasa yang kelak akan melakukan penemuan yang menggemparkan dunia. Namanya adalah Eugene Dubois, seorang dokter asal Eijsden, Belanda. Ia masih muda dan terdorong dengan obsesi akan kehidupan masa lalu. Ia mempelajari teori Darwin dan penelitian Alfred Russel Wallace, seorang geografer asal Inggris, mengenai penelitiannya tentang fauna dan pengelompokkan fauna berdasarkan Wallace Line. Dubois melaksanakan ekspedisi mengarungi nusantara, mulai dari Sumatra Barat dan berada disana selama dua tahun hingga muncul kabar ditemukannya tulang manusia yang berusia ribuan tahun di Jawa Timur.
Lokasinya berada di Desa Campur Darat, Tulungagung. Spesimen yang ditemukan oleh Dubois ini terdiri dari gigi dan atap tengkorak, dengan karakter yang sangat arkaik atau purba, namun memiliki atribut yang menyerupai manusia modern, sesuai dengan deskripsi yang ia tuliskan dalam buletin pemerintah pada waktu itu. Tulang ini adalah fosil manusia purba pertama yang ditemukan, sepuluh tahun setelah wafatnya Charles R. Darwin, sang pencetus teori Evolusi. Fosil ini dinamakan Pithecanthropus erectus yang kemudian diubah menjadi Homo erectus. Homo erectus saat ini berada didalam genus Homo, satu rumpun dengan sang penemu, Charles Dubois, seorang Homo sapiens.
Manusia Lain yang Bersua dengan Adam
Selama ribuan tahun, manusia modern (Homo sapiens) telah berhasil menciptakan sebuah kemajuan peradaban yang luar biasa. Kita lupa bahwa leluhur kita, para Adam dan Hawa yang pertama menginjakkan kaki mereka di bumi ini, pernah hidup bersama dengan manusia lain yang tidak jauh berbeda dengan kita saat ini. Manusia-manusia ini tidaklah sepenuhnya dungu, mereka bahkan memilki budaya yang kompleks. Ambil saja contohnya Homo neanderthalensis atau Neanderthal. Neanderthal pernah hidup berdampingan dengan manusia modern di belahan bumi barat, terutama di Eropa selama ribuan tahun sebelum mereka punah sekitar 25 ribu tahun yang lalu. Nama mereka diambil dari lembah Neandertal di Jerman. Mereka memilki budaya yang kompleks, ikatan sosial yang kuat, dan juga menguasai teknologi sederhana layaknya manusia modern. Beberapa dari mereka bahkan, berhubungan dengan manusia modern dan memiliki keturunan. Saat ini apa yang diwariskan oleh mereka adalah beberapa lukisan dinding dan juga sejumlah kecil uraian DNA didalam pesan genetik kita. Manusia lainnya yang berjumpa dengan leluhur kita adalah H. denisovans atau Denisovan. Denisovan merupakan spesies manusia lainnya yang tersebar di belahan bumi timur, dari Balkan hingga Australia. Denisovan diambil dari nama gua dimana spesimen pertama mereka ditemukan, gua Denisova di Siberia. H. denisovan terakhir tercatat hidup hingga 14 ribu tahun yang lalu, bersebrangan dengan masa Paleolitik akhir. Jejak genetis Denisovan dapat di deteksi melalui genom manusia modern saat ini dan menunjukkan adanya prevalensi di suku Aborigin, Polynesian, Oceanian, suku Jahai di Malaysia dan suku Onge di Kepulauan Andaman, menyarankan adanya proses kawin silang antara manusia modern dan H.denisovan.
Manusia manusia ini, walaupun tidak secara langsung bertemu dan bersua dengan Nabi Adam A.S, hidup berdampingan dengan manusia modern, beberapa bahkan membangun keluarga bersama. Lalu, kemana manusia ini di masa sekarang? Apa penyebab kepunahan mereka? Tidak ada jawaban yang pasti. Beberapa berpendapat bahwa ini adalah bukti bahwa adaptasi adalah hal penting dalam keberlangsungan sebuah organisme. Manusia ini tidak dapat beradaptasi dengan perubahan, berkompetisi dengan leluhur kita untuk mendapatkan sumber daya, dan juga mengalami penurunan populasi karena adanya wabah ataufaktor biologis lainnya.
LETAK ADAM A.S SEBAGAI MANUSIA PERTAMA
Di dalam surah Al-Qur’an, di jelaskan bahwa Adam diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Adam kemudian diajarkan nama-nama Allah SWT dan dipersilahkan untuk hidup di Surga. Hawa kemudian diciptakan untuk menjadi pendamping Adam di surga. Namun suatu hari, syaitan membujuk Adam dan Hawa untuk memakan buah Khuldi, buah terlarang yang membuat Mereka di keluarkan dari Surga. Adam dan Hawa terpisah ketika jatuh di Bumi, ada yang menyatakan bahwa Adam turun di Afrika dan Hawa di Semenanjung Arabia, namun hal ini sulit untuk dipastikan.
Akan tetapi kita semua sepakat bahwa Adam A.S adalah manusia pertama dan Nabi pertama yang diutus oleh Allah SWT. Melihat penjelasan diatas nampak sulit bagi kita untuk melihat sisi rasionalitasnya. Semua terlihat magis dan layaknya mitologi kuno. Sulit untuk mencari celah sains untuk menjelaskan fenomena Adam A.S sebagai manusia pertama. Agaknya tidak hingga saat ini. Didalam karya Hz. Mirza Tahir Ahmad, telah dijelaskan bagaimana Qur’an dan ilmu pengetahuan menjawab misteri turunnya Adam A.S sebagai manusia pertama.
Adam A.S, melihat riwayat dan juga penjelasan di dalam Al-Qur’an, tidak lain dan bukan adalah manusia modern layaknya kita. Al -Qur’an mengemukakan bahwa Adam A.S, adalah nabi yang diutus untuk manusia pada 6000 tahun S.M. Di masa ini manusia sudah masuk kedalam fase agrikultur, menetap di sebuah wilayah yang bernama fertile crescent yang membentang sepanjang lembah Mesopotamia. Peradaban di wilayah ini sudah mulai terbentuk, seperti Babilonia dan Sumeria. Beberapa bukti peradaban yang kompleks ditemukan di daerah ini pada masa yang berdekatan dengan diutusnya Adam A.S ke dunia, seperti perpustakaan pertama di Nippur, Sumeria pada 4,500 tahun yang lalu. Ini menegaskan bahwa Adam A.S memiliki satu rumpun dengan kita, manusia modern atau Homo sapiens dan bukan manusia yang berbeda. Manusia modern sendiri telah terekam mulai bermunculan di daerah yang sekarang menjadi Tunisia mulai dari 500 ribu tahun yang lalu. Ini menegaskan bahwa secara biologis, Adam A.S bukanlah manusia pertama yang Tuhan ciptakan, karena manusia sendiri telah melalui jalur evolusi yang kompleks sejak jutaan tahun yang lalu. Adam dan Hawa lainnya telah hidup dan pergi, begitu pula dengan manusia lain yang pada akhirnya punah dari muka bumi.
Di dalam Al-Qur’an pula, diterangkan bahwa Tuhan mengajarkan Adam A.S nama-nama dan kemudian Allah SWT mengemukakan kepada malaikat untuk menjelaskan nama-nama tersebut. Di dalam Al-Qur’an, hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT, telah menjalin hubungan komunikasi yang intensif dengan Adam A.S, yang kelak menjadi nabi pertama bagi umat manusia. Nama nama disini bukanlah bahasa yang Tuhan ajarkan untuk memahami hal-hal di bumi, akan tetapi nama ini adalah Asma’ul Husna yang mengajarkan manusia nama-nama akhlak. Hal ini tertera di dalam Al-Qur’an Q.S Al-Baqarah ayat:32-34.
Letak kemuliaan Adam A.S sebagai manusia pertama adalah pada tafsir bahwa Adam A.S merupakan manusia pertama yang beriman kepada Allah SWT. Konteks manusia ini adalah konteks me-manusiakan manusia yang sudah ada di muka bumi selama ribuan tahun. Adam A.S bukanlah manusia biologis pertama yang hidup di muka bumi, pada tahun 6000 S.M, manusia sudah mencapai standar peradaban yang kompleks, dengan sistim suku, agrikultur dan politik mereka masing-masing. Bahkan, sudah banyak “manusia” lainnya yang punah layaknya Neanderthal dan Denisovan. Adam lainnya, yang merupakan manusia biologis pertama, bahkan berjumpa, hidup bersama dan memiliki keturunan bersama mereka.
ADAM A.S MANUSIA BERIMAN PERTAMA
Hingga bagian ini, kita sudah faham bahwa, Al-Qur’an justru tidak menentang konsep ilmiah dan pengetahuan yang ada saat ini, salah satu mengapa Al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah SAW adalah karena ia menyimpan rahasia ilmiah yang baru bisa terjawab hampir seribu tahun setelah diturunkan. Al-Qur’an menjawab keraguan umat manusia dan justru menghubungkan agama dan sains. Inilah fondasi dan prinsip yang di tegakkan oleh para filsuf dan cendekia Islam pada abad pertengahan.
Dalam hikayat Adam A.S kita saat ini fahami bahwa Adam A.S adalah manusia pertama yang diberi kenikmatan dan kemuliaan untuk beriman kepada Allah SWT. Ia diajarkan nilai nilai Tauhid yang kemudian di teruskan hingga masa ini. Kita adalah cucu adam, karena kita semua sama-sama mengimani Tuhan yang Maha Esa, yang mengajarkan Adam A.S nama-nama sifat mulia seorang manusia. Terlepas dari apa agama kita, kita semua ini adalah manusia yang “lahir” setelah Adam A.S mendapat risalah dari Allah SWT.
Di sisi lain juga, terkadan kita menganggap bahwa kita adalah satu satunya manusia yang pernah menginjakkan kaki di muka bumi, mahluk yang teristimewa dan tidak ada duanya. Al-Qur’an mengajarkan bahwa kita ini adalah proses panjang adaptasi yang berlangsung selama jutaan tahun, dari saat Australopithecus berjalan di sabana Afrika, hingga manusia modern pertama yang membangun dinasti megah yang berdiri hingga saat ini.
Kita pernah berjumpa dengan manusia lain, seperti Neanderthal dan Denisovan, akan tetapi mereka tidak memiliki tingkat adaptasi yang cukup untuk melawan perubahan alam. Neanderthal yang memiliki atribut spesifik untuk hidup di area subtropis membuat mereka tidak mampu bertahan saat Zaman Es mulai berakhir.
Al-Qur’an mengajarkan bahwa rasionalitas merupakan salah satu fondasi dari keimanan. Agama di dunia tidak dibangun dari faham magis dan mitos, dan rahasia illahi dapat di jelaskan oleh nalar seperti yang dijelaskan oleh Khalifah ke-4 Jemaah Ahmadiyyah, Hz. Mirza Tahir Ahmad dalam bukunya Wahyu Rasionalitas Ilmu Pengetahuan dan Kebenaran. Ketahuilah bahwa Adam A.S adalah “manusia pertama”, yang dikaruniai kemuliaan untuk beriman pada Allah SWT, bukan sebagai manusia ciptaan pertamanya, dan bahwa leluhur kita, para Adam dan Hawa yang hidup sebelum Adam A.S diutus di bumi, telah berjumpa dan hidup bersama manusia lainnya, yang hidup ribuan tahun yang lalu.
Oleh: Robih Hilman Ardiatama
Sumber:
Al-Qur’an: Terjemahan dan Tafsir Singkat. (2014) Oleh Dewan Naskah Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Jakarta: Neratja Press
Revelation, Rationality, Knowledge and Truth.(1998) Oleh Hz. Mirza Tahir Ahmad. Bab. V hal: 367-395. United Kingdom: Islam International Publications Ltd.
Homo Neanderthalensis:The Neanderthals.(n.d) Oleh Bradshaw Foundation. Diambil pada: 23 April 2020. http://bradshawfoundation.com/origins/homo_neandethalensis
Sangiran Menjawab Dunia.(2009). Oleh Harry Widianto dan Truman Simanjuntak. Bab. I-II Hal:1-19. Sangiran: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran
Did Humans First Evolve in Africa?.(2019). by K.Kris Hirst. Diambil pada: 23 April 2020. http://thoughtco.com/out-of-africa-hypotheses
Homo Neanderhalensis, Homo Denisovans, Recent African Origins of Modern Human, African Replacement.(n.d) Diambil pada :23 April 2020. http://wikipedia.com
Sumber Gambar: Neanderthal Paintings by Tom Bjorklund