Implementasi Teladan Rasulullah SAW Untuk Keselamatanku

1968

 “Saya meninggalkan dua hal bagimu. Apabila kamu berpegang teguh padanya kamu tidak akan pernah sesat. Yaitu Alquran dan Sunnah dari RasulNya.” (Al Muwaththa Imam Malik).

Tidak ada perdebatan lagi bagi sesama umat muslim bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW  adalah manusia paling sempurna dan tiada yang menandingi kemuliaannya di muka bumi ini. Segala amal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW sudah pasti merupakan akhlak yang sempurna, yang jika kita diberi taufik untuk meneladaninya, maka keselamatanlah yang menjadi hasilnya. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

 “Sesungguhnya bagi kalian di dalam diri Rasulullah SAW ini terdapat martabat yang tinggi dan suri teladan yang sangat baik. Bagi setiap orang yang mengharapkan pertemuan dengan Allah di hari akhirat. Dan dia yang banyak mengingat Allah Ta’ala.“ (QS: Al Ahzab : 22)

Firman Allah Ta’ala ini membawa kesadaran bahwa betapa sesungguhnya gambaran semua jenis amal saleh telah terhimpun di dalam zat Rasulullah SAW. Dimana Hadhrat Rasulullah SAWmemberikan bimbingan tarbiyyat kepada kita disertai dengan amal & teladan beliau SAW sendiri, di sana beliau juga memberi nasihat-nasihat kepada orang-orang mukmin.

Saat ini kita mendapati dunia sedang menghadapi wabah pandemi yang siapapun tiada bisa menghindar darinya. Semua berada dalam ketakutan, gelisah dan kesulitan yang sama dari berbagai aspek kehidupan. Namun demikian, sebagai umat Muslim yang sudah beriman kepada Rasulullah SAW telah mendapatkan petunjuk yang hakiki untuk menghadapi ini semua. Jika ditelaah secara mendalam, banyakupaya pencegahan penyebaran virus ini berasal dari cerminan sempurnanya teladan akhlak Rasulullah SAW dan itu semua tertuang di dalam kitab suci Al-Quran.

Kita mengenal bahwa Rasulullah SAW menyandang gelar Al-Amin atas dasar keluhuran akhlaknya sebagai insan yang jujur dan amanah (dapat dipercaya). Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Masud ra, Rasulullah SAW bersabda bahwa:

“Hendaknya kalian memperhatikan kejujuran, karena kejujuran membimbing kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa kita ke surga. Dan hendaknya kalian memperhatikan dusta.karena berkata dusta mengarahkan kita kepada dosa. Dan ingatlah bahwa dosa itu membawa kita ke neraka.” (HR. Bukhari & Muslim).

Kejujuran memiliki nilai yang sangat penting diterapkan oleh setiap manusia. Mengapa demikian? Seperti sekarang, dalam menangani penyebaran wabah ini, seseorang yang pernah memiliki riwayat kontak langsung dengan orang yang berasal dari wilayah pandemi harus segera melaporkan dirinya sendiri sebelum divonis menjadi Orang Dalam Pemantauan (ODP). Sebagai contoh nyata, mari kita teladani apa yang telah dilakukan oleh salah satu pasien positif wabah Covid-19, Bapak Walikota Bogor. Beliau yang merasa bahwa dirinya berasal dari negara lain, lalu menyerahkan diri pada petugas medis khusus penanganan wabah Covid-19. Benar saja, setelah menjalani tes Bapak Walikota positif terpapar wabah Covid-19 walaupun dirinya merasa sehat-sehat saja. Akhirnya, Bapak Walikota harus diisolasi dan dikarantina dengan penanganan khusus oleh petugas medis Covid-19. Seandainya beliau bersikap tidak jujur, akan ada banyak orang yang terpapar wabah Covid-19 disebabkan karena beliau adalah seorang carrier wabah Covid-19. Dimulai dari keluarga, kemudian rekan kerja, lalu dari rekan kerja beliau yang pulang ke rumah, dan menularkannya ke anggota keluarga di rumah, dan masih banyak lagi orang lain yang berisiko untuk terpapar. Pada akhirnya, kejujuran yang merupakan akhlak Rasulullah SAW inilah yang menyelamatkan banyak nyawa dari paparan wabah Covid-19.

Teladan Rasulullah SAW yang selanjutnya adalah menjaga kebersihan. Rasulullah SAW bersabda:

Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR Tirmidzi).

Berulang kali kita diingatkan betapa pentingnya mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun sesering mungkin. Bagi sebagian orang, kesadaran mengenai pentingnya menjaga kebersihan mungkin baru muncul setelah wabah ini. Terbukti dari animo masyarakat akan kebutuhan hand sanitizer meningkat drastis. Semua orang berburu hand sanitizer seolah-olah mereka merasa tidak aman jika belum memilikinya. Di samping itu, saat ini di beberapa titik sudah tersedia keran air dan sabun yang untuk mencuci tangan bagi orang-orang yang lewat di jalanan. Sebetulnya, ribuan tahun jauh sebelum ini semua, Rasulullah SAW dalam syariat Islam telah mengharuskan umat muslim untuk berwudhu lima kali sehari sebelum melakukan ibadah shalat.

Mengenai menjaga kebersihan diri, kita mengenal juga protokol ketika tiba di rumah setelah bepergian, yakni sebelum menyapa keluarga harus terlebih dahulu mandi dan mengganti serta mencuci pakaian. Berbagai upaya dan tindakan dilakukan untuk menjaga agar anggota tubuh selalu dalam keadaan bersih. Selain menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan juga harus dijaga, terlebih lingkungan rumah kita sendiri. Misalnya menguras bak mandi, membuang sampah-sampah plastik dan barang-barang yang sudah tidak terpakai, membersihkan langit-langit dari debu, dan lain sebagainya. Semua itu merupakan pengamalan dari teladan Rasulullah SAW untuk menyatakan diri sebagai mukmin.

Dalam menghadapi pandemi ini, pemerintah juga mengeluarkan peraturan social distancing, yang berarti setiap individu harus menjaga jarak antar sesama. Contohnya ketika mengendarai sepeda motor, diberlakukan aturan untuk tidak boleh membonceng orang dibelakang pengemudi motor. Begitupun bagi kendaraan roda empat, ada aturan tersendiri mengenai posisi duduk yang harus berjarak. Tentunya aturan ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Di samping aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan, peraturan social distancing ini juga memengaruhi kegiatan keagamaan. Kita semua harus beribadah di rumah, termasuk Salat Jumat yang biasa dilakukan berjamaah di Masjid harus ditiadakan. Meski demikian, ketaatan pada pemerintah harus ditegakkan, seperti pada firman Allah Ta’ala:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu… (QS: An Nisa ayat 59).”

Jika kita tidak menaati peraturan pemerintah saat ini demi mencegah penyebaran wabah Covid-19, maka kita sama saja tidak menaati Alquran. Jika kita tidak taat pada Alquran, kita sama juga tidak mengikuti salah satu perintah Rasulullah ﷺ yaitu menjadikan Alquran sebagai pedoman dan menaatinya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

 “… Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.“ (HR Bukhari Muslim).

Sama halnya seperti peraturan pemerintah saat ini. Ternyata, korelasi antara peraturan pemerintah dan hadits tersebut adalah agar wabah ini tidak menyebar dan menyelamatkan orang di wilayah yang belum terkena wabah agar tetap terbebas dari wabah. Pencegahan penyebaran wabah dapat ditahan dengan tidak bepergian atau keluar apabila terjangkit wabah di suatu wilayah. Rasulullah SAW memang tidak mempelajari sains, namun beliau adalah Rasul Allah sehingga apapun yang dibicarakan oleh beliau SAW dahulu kala, tetap berlaku hingga saat ini dengan pemaparan yang ilmiah dan sangat logis alasannya.

Mengenai pertemuan-pertemuan antar sesama perwakilan dari sebuah negara, biasanya mereka saling menyapa satu sama lain. Ada yang berjabat tangan, ada yang berpelukan, bahkan ada juga yang sampai saling menyentuhkan pipi ke lawan jenis, baik pria maupun wanita. Tentu saja hal ini bertentangan dengan pardah, atau batasan lawan jenis berdasarkan hukum Islam. Jika saling bersalaman antara sesama laki-laki atau sesama perempuan tidak masalah. Namun seringkali tidak memandang gender, baik laki-laki maupun perempuan tetap bersentuhan sehingga melanggar pardah jika dalam aturan Islam. Tetapi, situasi sekarang membuat semuanya berubah, bahkan sesama laki-laki pun tidak melakukan jabat tangan. Dengan hal ini, laki-laki dan perempuan menjadi terjaga pardahnya.

            Rasulullah SAW bersabda:

 “Semua makhluk adalah keluarga Allah, maka oleh karena itu Allah suka pada orang yang memperlakukan keluarganya dengan baik.” (HR Baihaqi).

Di dalam Alqurán juga Allah Ta’ala telah menjelaskan secara rinci mengenai hak-hak sesama makhlukNya & kita juga telah menyaksikan secara rinci bagaimana kehidupan Rasulullah SAW telah menunjukkan banyak sekali teladan dalam pelaksanaan terhadap sesama makhluk Allah Ta’ala.

Kejadian wabah ini menjadikan kita sadar bahwa manusia hanyalah makhluk yang lemah dan tidak berdaya. Banyak orang berada dalam kesulitan dan berlomba untuk menolong sesama. Pertolongan yang diberikan tidak lagi memandang suku, agama, dan ras. Siapapun berhak mendapat pertolongan. Petugas medis pun masih memerlukan bantuan peralatan keselamatan diri saat menjalankan tugas sebagai garda terdepan. Tanpa adanya mereka, akan sulit bagi kita untuk memerangi wabah Covid-19 ini. Mereka rela meninggalkan sanak keluarganya demi menjalankan kewajiban dan tidak sedikit juga yang sudah menjadi korban dari wabah ini. Selain petugas medis, banyak dari antara mereka yang tetap harus bekerja untuk menjadi jasa pelayanan bagi masyarakat. Sebut saja pegawai supermarket yang tetap harus beroperasi agar masyarakat dapat membeli kebutuhan pokok. Ada kurir paket yang tetap mengantar barang-barang belanjaan online dari pelanggannya. Ada petugas teknisi yang selalu siap memperbaiki dan menjaga agar sinyal selalu bagus, ada jasa ojek online,dan profesi-profesi lain yang belum disebutkan. Pada akhirnya kita semua menyadari bahwa keberadaan mereka sangatlah penting dan kita juga membutuhkan jasa-jasa mereka. Oleh karena itu, pandemi ini mengajarkan kita untuk saling mensyukuri keberadaan satu sama lain dalam kehidupan. Sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:

“Seseorang yang tidak berterimakasih pada orang yang berbuat baik padanya, tidak mampu menyatakan terima kasihnya kepada Allah.” (HR Tirmidzi)

Pandemi ini hanya contoh kecil dari sekian banyak peristiwa dalam kehidupan dunia bahwa sepatutnya sebagai mukmin adalah mengikuti Rasulullah SAW. Beliau SAW mencontohkan mutu kerohanian dari manusia yang sempurna adalah bahwa hubungannya dengan Allah dan sesama makhluk benar dan betul adanya dan itulah yang dimiliki oleh baginda yang mulia Rasulullah SAW.

Itulah beberapa teladan Rasulullah SAW, yang telah diajarkan kepada kita ribuan tahun yang lalu. Kemarin, hari ini dan esok pada masa mendatang, teladan ini akan selalu relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh siapapun tanpa mengenal ras, suku bangsa dan agama. Bukan tanpa tujuan, semua ini adalah untuk mencapai keselamatan dunia. Teladan tanpa keraguan ini adalah bukti nyata bahwa Nabi Muhammad Rasulullah SAW adalah benar Khataman Nabiyyin, materai para Nabi. Nabi yang menutup syariat terakhir yaitu syariat Islam hingga akhir zaman. Rasulullah SAW adalah meterai para Nabi, yakni tiada Nabi dapat dianggap benar kalau kenabiannya tidak bermeteraikan Rasulullah SAW. Kenabian semua Nabi yang sudah lampau harus dikuatkan dan disahkan oleh Rasulullah SAW dan juga tiada seorang pun yang dapat mencapai tingkat kenabian sesudah beliau, kecuali dengan menjadi pengikut beliau. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kita untuk selalu bisa mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam menjalankan keseharian, sehingga kita bisa termasuk dalam golongan yang diselamatkan oleh Allah Ta’ala pada akhir zaman, Aamiin Tsumma Aamiin.  


Oleh : Mohammad Gaody

sumber

1. Khotbah Jum’at Sayyidina Amirul Mu’minin  Hadhrat  Mirza Masroor  Ahmad  atba tanggal 13 Zhuhur 1389 HS/Agustus 2010  di Masjid Baitul Futuh, London-UK – Sarana-Sarana Bagi Terkabulnya Doa dan Puasa Ramadhan

2.Minhajut Thalibin, Jalan Para Pencari

3.Nibrasul Mukminin, Pelita Untuk Para Mukmin (100 Sabda Nabi Muhammad SAW), Penerbit Lajnah Imaillah Indonesia, 2000

4.Tafsir QS Al-Ahzab ayat 41 no. 2359

Sumber gambar : islam.com