Pemuda Ahmadiyah: Pelayan Islam

4392

Masa muda adalah masa terpenting dalam kehidupan seorang insan. Dimana pada masa itulah ladang pengkhidmatan terbuka lebar. Dan pemuda adalah komponen terbaik lagi segar dari suatu kaum atau bangsa. yang oleh karenanya kemajuan atau kemunduran suatu bangsa dilihat dari moral para pemudanya.

Berkenaan dengan hal ini Khalifah ke-2 Jamaah Muslim Ahmadiyah (Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra.) bersabda:

“A nation can not be reformed without reformation of its youth” yang terjemahannya adalah “Sebuah bangsa tidak akan bisa dirubah tanpa perubahan yang drastis dari pemudanya”.

Ir. Soekarno pernah berkata dalam pidatonya: “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.”

Beliau menyampaikan hal ini karena beliau yakin bahwa para pemuda yang dari segi kesehatan, fisik dan kematangan dalam berpikir sudah mencapai titik puncak yang akan membawa kemajuan besar dan perubahan yang drastis bagi dunia. Akan tetapi hal sebaliknya akan terjadi jika moral para pemuda tersebut rusak.

Di dalam Jamaah Muslim Ahmadiyah terdapat beberapa badan organisasi yang salah satunya adalah organisasi yang diisi oleh pemuda yang dinamakan Majelis Khuddamul Ahmadiyah (MKA). Dan di bawah ini penulis akan sedikit menyinggung mengenai sejarah terbentukya Majelis Khuddamul Ahmdiyah Indonesia (MKAI).

Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia (MKAI) adalah badan dalam Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang telah memiliki badan hukum dengan SK Menteri Kehakiman RI tanggal 13 Maret 1953 No.J.A.5/23/13.

Anggota MKAI adalah laki-laki Ahmadi yang berumur 15 sampai dengan 40 tahun. Anak laki-laki Ahmadi dari umur 7 sampai 15 tahun disebut Athfal. Secara organisatoris, Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia telah terbentuk sejak tahun 1949 yang kemudian mengalami berbagai penyempurnaan.

Setelah melewati proses organisasi, MKAI pada tanggal 28 Desember 1952, susunan pengurusnya yang pertama terpilih tahun 1953, tanggal 1 Januari di Jakarta dan mengalami revisi pada tanggal 5 Juli 1953. Saat ini, Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia (MKAI) anggotanya tersebar di seluruh Indonesia dimana cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah Indonesia berdiri.[1]

Untuk meneguhkan niat dan langkah para Khuddamul Ahmadiyah, dibuatkan sebuah janji agar niat dan langkahnya senantiasa berada di atas langkah Khilafat.

Janji Khuddam

“Asyhadu Alla Ilaha IllaLlahu Wahdahu Laa Syariikalahu,  Wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuuluhu”

“Aku berjanji setiap saat bersedia mengorbankan jiwa raga, harta, waktu
dan kehormatanku untuk kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.

Aku bersedia menghadapi segala pengorbanan untuk tetap berdirinya
Khilafat Ahmadiyah.

Aku akan taat kepada segala keputusan yang ma’ruf dari Hadhrat Khalifah.

Insyaa Allah”

Janji adalah sebuah hutang yang harus dibayar. Ketika janji tersebut diikrarkan, maka bersamaan dengan itu mereka pun harus bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Karena Khuddam adalah para pelayan Allah Ta’ala yang senantiasa siap untuk mengorbankan seluruh kehidupannya demi keberlangsungan Agama bahkan disebutkan juga untuk Nusa dan Bangsa.

Saat kebanyakan pemuda menghabiskan waktu untuk menuruti keinginan pribadi mereka. Para pemuda Ahmadiyah (khuddam) yang sejak kecil sudah diajarkan untuk berkhidmat pada agama justru sedang berusaha menunjukan jati diri mereka yang sebenarnya. Mereka bertarung dengan keinginan pribadi mereka, membunuh hawa nafsu mereka demi memenuhi panggilan suci yang mengarahkan mereka pada ladang pengkhidmatan yang menganga lebar.

Jati diri mereka yang sebenarnya adalah menjadi pelayan agama yang melayani dengan penuh keikhlasan tanpa adanya keterpaksaan. menyingsingkan lengan baju, melangkah dengan rasa penuh percaya diri menuju ladang yang ingin mereka tuju, Yaitu ladang pengkhidmatan.

Berkenaan dengan hal ini, ada beberapa ladang pengkhidmatan yang bergerak dalam bidang kemanusiaan yang dinaungi langsung oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah seperti HF (Humanity First), Give Blood, dan CTC (Clean The City).

Gerakan-gerakan kemanusiaan tersebut bisa ditemui dimana saja terdapat Jamaah Muslim Ahmadiyah. Gerakan-gerakan ini dibentuk guna melancarkan bantuan atau kegiatan kemanusiaan di tempat-tempat yang memang sedang sangat membutuhkan.

Misalnya kegiatan Clean The City yang diadakan rutin setiap tanggal 1 Januari atau awal tahun di setiap kota dimana terdapat Jamaah Muslim Ahmadiyah. Bukan hanya pada saat itu, akan tetapi kegiatan ini juga dilaksanakan jika ada perhelatan besar seperti ajang olahraga Asian Games yang mana Indonesia sebagai tuan rumah beberapa bulan yang lalu.

Sebab jiwa pengkhidmatan yang tinggi, para pemuda Ahmadi pun merasa terpanggil untuk ikut serta dalam ajang tersebut. Bukan sebagai atlet atau panitia, tapi sebagai sukarelawan kebersihan.

Hebat bukan? Mereka berbenah, memungut sampah yang berserakan di mana-mana. Tanpa memperdulikan rasa malu dan panasnya terik matahari, mereka berkhidmat dengan senyuman tanpa adanya kerutan di dahi.

Tidak hanya CTC, ada juga kegiatan donor darah yang dalam hal ini telah dibuatkan aplikasi Give Blood untuk mempermudah. Ada juga kegiatan bazzar murah, dan kegiatan bakti sosial lainnya yang para relawan dari gerakan-gerakan ini kebanyakan adalah para pemuda Ahmadiyah dari berbagai negara, akan tetapi ada juga relawan yang non-Ahmadi yang mempunyai misi yang sama dalam hal kemanusiaan dan keinginan untuk berbagi.

Ada juga gerakan Humanity First (HF) yang sekarang tengah sibuk dalam membantu korban-korban gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala. Tidak sedikit para relawan HF adalah para pemuda Ahmadiyah yang meninggalkan rumah mereka demi kemanusiaan. Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan kemudahan demi kemudahan dalam pengkhidmatan yang sedang mereka lakukan. Amiin.

Kecintaan terhadap Allah Ta’ala, keitaatan terhadap Khilafat dan ketulusan dalam berkhidmat adalah tugas utama para pemuda Ahmadiyah. Dan di bawah ini adalah sebuah nasehat yang disampaikan oleh Khalifah Ke-2 Jamaah Muslim Ahmadiyah Untuk seluruh generasi muda Jemaat.

Nasehat Untuk Generasi Muda Jemaat

Wahai kaum muda jemaat, ada sesuatu yang ingin kukatakan (kepada kalian)

Dengan syarat, janganlah pesanku ini disia-siakan

Hendak aku sampaikan beberapa penggal nasihat kepada kalian

Agar kelak di kemudian hari tidak ada kecaman dialamatkan kepadaku

Ketika kami telah tiada, kelak kesempatan (untuk memikul semua tanggung jawab)

akan terpikul di atas (pundak) kalian

Tinggalkanlah kemalasan, janganlah kalian duduk bertopang dagu

Ketahuilah, mengkhidmati agama merupakan suatu karunia Ilahi

Janganlah kalian menuntut suatu hadiah sebagai imbalan

Jika di dalam hati terdapat ghairat, maka air mata akan mengalir dari kedua belah mata

Intisari dari Islam harus meresap dalam diri kalian. Jangan hanya sekedar nama

Kerjakanlah shalat dan puasa dengan hati yang penuh kecintaan

Janganlah ada bagian dari perintah-perintah (agama) yang kalian abaikan

Aku benar-benar memanjatkan doa untuk kalian yang kusayangi

Jika diri kalian berada dalam naungan Allah, maka kalian tidak akan mengalami kegagalan  Jika kalian memiliki harta kekayaan maka berikanlah sebagian darinya untuk zakat dan sedekah Senantiasalah berpikir cukup, janganlah kalian bersedih akan kehidupan

(Karya Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. 17 Oktober 1960)

Ini adalah sebuah nasehat yang beliau tulis dalam bentuk Nazm (Syair) berbahasa urdu yang berjudul asli No Nehalan-e-Jamaat Se Khitab”dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Yang kesimpulannya adalah bahwa kaum muda Jemaat janganlah bermalas-malasan karena semua tanggung jawab ada di atas pundak mereka, dalam berkhidmat jangan menuntut balasan, kecintaan serta keitaatan terhadap Islam, shalat dan puasa, mengerjakan semua perintah agama, perintah untuk berkorban harta, senantiasa merasa cukup, kesabaran dan yang terakhir adalah doa beliau untuk kebarhasilan kaum muda Jemaat,.

Jika semua pemuda pada suatu bangsa mengamalkan perintah ini, maka tidak diragukan lagi bahwa bangsa tersebut pasti akan mengalami kemajuan yang pesat.

Berikut ini adalah contoh para sahabat pada zaman Rasulullah saw. yang sejak muda telah menunjukan kecintaannya terhadap Islam mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Sabit, Arqam bin Abi arqom, Muadz bin Afra, Muadz bin Amru, Bilal bin Rabbah, Sa’ad bin Abi waqash, Zubayr Al-awwan, Usamah bin Zaid, Muhammad Al-fatih.[2]

Ketika pada masa Rasulullah saw. Para sahabat muda inilah yang dengan tulus dan penuh kecintaan telah mengorbankan harta, waktu dan kehormatannya demi mengkhidmati Islam. Dan contoh terbaik pun ada di dalam Jamaah Muslim Ahmadiyah yaitu Khalifah ke-2 mereka (Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra.) yang merupakan putra dari pendiri Ahmadiyah (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as.) beliau menjadi Khalifah sejak usia 25 tahun yaitu sejak wafatnya Khalifah Pertama (Hadhrat Al-hajj Maulana Hakim Nuruddin ra.) pada 13 maret 1914.

Beliau adalah Mushlih Mau’ud ra. (putra yang dijanjikan) yang kelahirannya telah dinubuwatkan oleh Masih Mau’ud as. dan Rasulullah saw.

Pemuda Ahmadiyah dari Indonesia yang namanya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita juga merupakan contoh pemuda yang dengan semangat juangnya patut diacungi jempol. Siapakah beliau? beliau adalah Arif Rahman Hakim (ARH) yang Syahid pada peristiwa Ampera puluhan tahun yang lalu. Beliau adalah Mahasiswa asal Sumatera Barat yang belajar di Universitas Indonesia.

Kala itu beliau sedang mengikuti kegiatan mahasiswa yang diadakan demi memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Beliau menjadi salah satu orang yang syahid pada peristiwa itu. Hingga kini namanya masih terkenang sebagai salah satu Pahlawan Ampera.

Itulah beberapa kisah pembangkit semangat para pemuda yang mengobarkan api semangat dalam berkhidmat dan berjuang. Untuk para pemuda tunggu apalagi? Mari kita tingkatkan kecintaan terhadap Allah Ta’ala dan ketulusan dalam berkhidmat.


Oleh: Muhammad Dahlan

[1] http://khuddam.id

[2] Kisah-kisah Inspirasi Islam

Sumber Gambar: Dokumentasi PPMKAI